PART 41 | KEGUGUPAN YANG DISEMBUNYIKAN

16 3 0
                                    

Haiii! Kangen sama cerita ini? 👀 Akhirnya aku bisa up lagi :)

Kayak yang aku bilang, aku bakal up novel ini setiap hari sampe tamat. Doain bener-bener tercapai yaa:)

Playlist :
♪ Terlukis Indah ♪
Oleh Rizky Febian dan Ziva Magnolya

—Happy reading!—

***

PART 41 | KEGUGUPAN YANG DISEMBUNYIKAN

“Lo itu kalo gugup suka ditahan-tahan, ya? Hati-hati aja, sih, nanti mukanya jadi ijo kalo nahan gugup mulu. Jangan sembunyiin juga ekspresi muka gugup lo, soalnya gemesin, ehehe.”

—Renjana Malania

***

HUJAN DERAS mengguyur Kota Bekasi sejak dini hari, pukul 02.00. Akibat dari hujan deras tersebut, jalan raya menjadi tergenang oleh air. Sebagian besar orang mengenakan payung dan jas hujannya untuk melindungi diri dari hujan. Renjana Malania, gadis itu tak perlu repot-repot membawa jas hujan yang besar ataupun payung, sebab Dimas selalu membawanya dalam mobil cowok itu. Iya, hari ini Dimas menjemput Renjana di rumahnya secara mendadak dengan mobilnya. Sebenarnya nggak mendadak juga, sih, Dimas udah konfirmasi ke Renjana kau dia mau mengantar gadis itu ke sekolah bersamanya.

“Dimas, ac-nya bisa tolong dimatiin? Ini hawa dingin dari luar kayaknya masuk ke dalem mobil, deh. Dingin banget.” Renjana menggogoh kedinginan. Kedua tangannya digosokkan perlahan untuk mencari kehangatan.

Dimas menoleh ke arahnya sejenak sebelum menuruti permintaan Renjana. “Lo bawa jaket, cardigan, atau semacamnya? Kalo ada, pake aja. Gue nggak mau lo kedinginan,” katanya.

Renjana tersenyum canggung. “Renjana nggak bawa, Dim.”

Dimas menghela napasnya, kemudian menyerahkan jaket kulit hitam di pangkuannya ke Renjana. “Pake, ya,” titahnya.

Renjana menggigiti pipi bagian dalamnya. “Tapi Dimas gimana?”

Dimas menoleh ke arah Renjana sejenak. “Gue nggak kedinginan. Lo pake aja. Nanti keluar dari mobil kita pake payung juga, nggak usah khawatir kita bakal basah kuyup sampe kelas.”

Renjana mengangguk. Beberapa saat kemudian, Dimas mengembuskan napasnya berat saat kemacetan mulai terjadi. Dimas menoleh ke arah Renjana yang sibuk memainkan ponselnya.

Tangan Dimas mulai menyalakan radio di mobilnya. Membuat Renjana sedikit tersentak. “Gue nyalain radionya supaya nggak sepi-sepi banget. Calon pacar gue yang kedua kalinya sibuk maenin ponsel terus abisnya,” keluh Dimas yang membuat Renjana menatapnya tidak enak.

“Eh? Sorry.” Refleks, Renjana memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku rok abu-abunya.

Dimas tersenyum tipis. Dia menatap kearah depan. Membiarkan lagu mengalun merdu di dalam mobilnya.

Never Be Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang