Part 7 | Ego kita

32 7 16
                                    

Haii! Siapa yang nungguin aku update cerita ini lagii?

Seneng nggak pas tau cerita ini update lagii?

Satu-tiga kata sebelum baca part ini??

Okee, selamat membaca☺️ semogaaa setelah baca part ini bawaannya happy, tapi author ga jamin bakal happy abis baca part ini ☺️☺️

***

PART 7 | EGO KITA

"Cemburu itu ego kita masing-masing. Aku harap kamu mikir pake otak kalo mau ngatur aku berdasarkan ego kamu, karena aku juga kayaknya nggak pernah ngatur kamu lewat ego aku."

-Renjana Malania

***

USAI kejadian tadi pagi, Octa memilih pergi ke taman dengan bantuan Sintia agar dia bisa turun ke lantai dasar-saat istirahat. Octa menghela napasnya panjang sembari mengingat-ingat kejadian tadi pagi. Begitu sakit hatinya, saat kembali mengingat hal tadi.

"Gue telat tidur, Ren. Gue baru tidur pagi," sahut Rizano pelan. Membuat Renjana mengangkat alisnya sejenak.

"Tapi, kenapa kamu tidur malem?" Renjana menatap Rizano intens. Hal serupa juga dilakukan oleh Rizano, sehingga tatapan keduanya jatuh pada satu titik. Di mana mereka saling menatap intens satu sama lain.

"Kenapa Jano harus deket banget sama Renjana? Padahal baru kemarin kenal," gumam Octa bergetar. Setetes air matanya mengalir cepat ke dagunya.

Octa memejamkan matanya sejenak. Gadis itu terisak pelan. Menumpahkan air mata sebagai wujud sakit hatinya. Semilir angin yang berembus dan suasana yang hening, membuatnya semakin merasa tersakiti.

Octa menghela napasnya bergetar. "Apa Jano ke depannya bakal tetep deket sama Renjana kayak sekarang?" lirihnya.

"Gue tau, gue emang nggak seharusnya ngelarang dia deket sama temen ceweknya, termasuk Renjana. Tapi, gue cuman takut Jano berpaling, apa gue salah?" lanjutnya sambil menyeka air mata yang mengalir di wajahnya.

"Apa Jano deket sama Renjana, karena bosen pacaran sama cewek cacat kayak gue, ya?" gumamnya pedih. Menatap sendu pepohonan di hadapannya.

"Gue tau, Renjana lebih cantik dari gue. Renjana lebih manis dari gue, bahkan Renjana bisa jalan pake kedua kakinya. Sedangkan gue? Gue lebih buruk dari Renjana. Gue cacat, kaki gue lumpuh, gue nggak secantik Renjana," isaknya. Air matanya semakin deras. Wajah Octa semakin memerah. Hidungnya tersumbat karena tangisannya.

Rizano, pria itu tanpa sengaja melewati taman. Dia sedang berkeliling lingkungan sekolah untuk menghilangkan rasa bosannya saat istirahat. Saat ini, tentu saja langkahnya terhent-melihat Octa duduk di kursi rodanya di dalam taman. Alisnya tertaut.

"Octa?" Rizano bergumam pelan. Kemudian dia mulai melangkah ke arah Octa.

"Octa?" Suara Rizano membuat Octa menoleh ke samping. Keterkejutan ada di dalam dirinya Octa. Gadis itu sesegera mungkin menghapus air matanya, meski dia tahu Rizano telah mengetahuinya.

"Eh? Ja-jano?" Octa tersenyum tipis. Membuat Rizano berjongkok di depannya, lalu menyeka air matanya. Jujur saja, Rizano masih tersentak karena melihat Octa menangis di taman sendirian.

Never Be Us [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang