Haiii! Siapa yang udah nggak sabar buat baca part kali ini??
Satu kata sebelum baca part ini??
✨Happy reading✨
***
PART 28 | HATI PENUH SESAK
Flashback.
Marsel mengernyit, ketika mendapati panggilan masuk dari Dimas. Dimas XI-MIPA 5. Dengan keraguan, Marsel menjawab panggilan tersebut.
“Halo?” Terdengar suara Dimas dari seberang sana. Membuat Marsel berdejam sejenak.
“Kenapa telepon gue?” tanya Marsel to the point.
“Sel, gue minta tolong elo. Jemput Renjana di depan mall. Gue rasa dia belum jauh dari mall. Kendaraan umum jarang kalo udah mau malam. Please? Gue nggak mau dia kenapa-kenapa.”
“Hah?” Marsel masih berusaha mencerna kata-kata yang terlontar dari mulut Dimas.
“Jemput dia. Nanti gue shareloc. Gue ceritain di chat, kenapa gue bisa minta tolong ke lo dan latar belakangnya juga.”
“Oh, oke.”
Panggilan langsung diputuskan sepihak oleh Dimas. Membuat Marsel menghela napasnya panjang.
“Ada apaan sebenernya, ya?” gumam Marsel.
***
Octa termangu. Termangu dalam keheningan yang mengisi seluruh udara di ruangan ini—kamar tidurnya. Bersama air mata yang kembali mengalir, atas ingatan memori yang kembali muncul dan atas semua yang terjadi.
Kadang, Octa berpikir. Kalo keadaannya udah kayak gini, apa ada gunanya gue nangisin Rizano? Octa rasa, nggak. Tapi, dia nggak bisa lupain Rizano. Octa munafik.
Octa nggak akan pernah bisa jauh dari dia. Octa masih sayang sama dia. Octa nggak mau putus dari dia. Tapi, situasi berubah. Kenapa harus kayak gini?
“Ta, mau tukeran balon ini terus kita terbangun bareng-bareng?” Rizano tersenyum. Menatap Octa sejenak yang mulai menganggukkan kepalanya. Saat itu, kedua kaki Octa masih berfungsi dengan baik.
“Boleh.”
Selang beberapa menit kemudian, mereka bertukaran balon. Kumpulan balon lebih tepatnya. Beberapa balon yang ditiup, terkumpul dan terikat ujungnya menjadi satu dengan sebuah benang wol tebal.
“Terbangin, nih?” Octa terlihat girang. Membuat Rizano tersenyum tipis.
“Mhm, gimana kalo nulis hope sama wish lo di balon ini?” tanya Rizano.
Octa mengernyit sejenak. “Uhm, boleh. Tapi gimana?”
“Gampang itu, mah. Tulis hope sama wishnya di stiky notes. Terus tempelin deh selembar stiky notes itu, baru terbangin balonnya.”
Octa mulai menutup wajahnya yang berlumuran air mata dengan kedua tangannya. Matanya semakin memanas, seiring air mata yang menetes semakin cepat dan banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be Us [TAMAT]
Teen Fiction••Sequel atau bagian kedua dari Novel Lost My Euphoria. Disarankan membaca Novel Lost My Euphoria, jika ingin tahu detailnya•• *** #6 Alaskar *** ❗TAMAT ❗ *** "Faktanya, kita emang nggak pernah ditakdirin buat bersatu." *** Renjana Malania, gadis ma...