Mia pulang malam, ia sudah menyiapkan mentalnya, sedari tadi Mia merutuki dirinya, bagaimana bia ia hampir celaka tadi, dan sial nya ia baru bisa pulang saat malam-malam seperti ini, karena Dela menyuruhnya istirahat dulu. Saat masuk kedalam rumah, Mia sudah disambut dengan tatapan tajam milik Devin, cowok itu tengah duduk tepat dikursi ruang tamu. Mia menghampiri Devin, yang masih sana duduk.
"Mm..maaf Vin, gu.."
"Kemana aja lo? Ini udah jam sembilan malam." potong Devin, ia berdiri dengan tatapan yang sama, Mia meremas baju nya, saat ini Devin sangat menakutkan, ia benar-benar marah padanya. "Oh, lo pergi sama pacar lo yah." lanjutnya.
"Enggak Vin, aku tadi abis..."
"Abis pacaran?" potong Devin.
"Kamu bisa gak sih, gak motong ucapan aku, aku bisa jelasin." ucap Mia entah kenapa ua merasa sesak saat Devin menuduh nya.
"Terus apa? Bukan nya itu yang selalu lo lakuin, dengan bapak anak itu." cibir Devin.
Mia benar benar tak percaya dengan ucapan Devi barusan. Ia mengepal kan tangan nya, matanya benar-benar panas. Ia tak ingin menangis saat ini, Mia berusaha menahan nya.
"Apa katanya mau jelasin, gak bisa kan, karena yang gue bilang barusan emang kenyataannya. Lo tuh emang gak tahu terima kasih, udah dipungut masih aja ngelunjak!"
Mia langsung menarik kerah baju Devin.
"Gue emang pernah jadi cewek murahan, tapi perlu lo tahu, gue gak gratisan!" ucap Mia ia menatap penuh kebencian pada Devin. "Gue udah berulang kali nanya sama lo, salah gue apa, tapi gak pernah sekalipun lo ngomong, malah ngediemin gue kayak orang bisu. Asal lo tahu gue baru aja pulang dari rumah sakit, gue hampir aja kehilangan bayi gue, dan itu semua gara-gara lo! Gara-gara gue yang suka mikirin lo." Mia menghempas kan tubuh jankung Devin kesopa, "Apa mau lo Vin?" tanya Mia, kini air matanya tak bisa ia tahan lagi, pondasi nya runtuh.
"Gue..."
"Gue emang murahan..hiks...gue emang gak pantes jadi istri lo..tapi gue selalu berusaha Vin, buat jadi istri terbaik lo!" ucap Mia final, tubuhnya bergetar, tangis nya benar-benar pecah, Devin hanya diam sedari tadi, hatinya ikut tergores melihat Mia yang menangis, ia tak bisa apa-apa, ia juga tidak tahu kenapa ia begitu marah pada Mia, bahkan Mia sama sekali tak begitu salah.
Devin mendekati Mia, ia mengelus bahu yang tengah bergetar itu. Devin tak kuat lagi saat melihat mata Mia yang merah karena nya. Devin menarik Mia, mendekap Mia.
"Lepasin..hiks..gue Vin..gue murahan.."
Devin menggeleng bukan itu yang ia maksud, ia sama sekali tak ingin memgatakan hal itu. Mia memukul-mukul lemah dada Devin, ia merasa terhina saat ini.
"Lepasin gue..mmmphh.."
Devin mendarat kan bibir nya tepat dibibir Mia, ia tak bisa berpikir sekarang, ia tak bisa mengucapkan sesuatu lidah nya kelu sedari tadi. Tangan yang sedari tadi berontak, kini tangan ini sudah mengalung indah ditengkuk Devin, Devin melumat bibir bawah Mia tanpa ada balasan dari Mia, cewek itu masih syok dengan tindakan Devin. Devin ingin menghentikan waktu saat ini, ia tak ingin akal nya menguasainya lagi, ia ingin hatinya menyampaikam semuanya. Ia menyayangi wanita dihadapannya.
Devin melapas pagutan bibirnya, ia menatap lekat mata yang penuh luka itu. Devin menempelkan kening nya pada kening Mia.
"Vin..."
"Sssttt...gue mohon, ijinin seperti ini dulu sebentar." potong Devin dengan suara berat nya. Mia mengangguk ia tak ingin membangunkan singa tertidur lagi.
"Sorry." ucap Devin sambil mengelus pipi Mia lembut. "Gue gak maksud gitu." lanjutnya.
Mia menggeleng dan menarik kepalanya, kini kening mereka tak lagi menempel. "Gue yang salah Vin, gue emang bod..."
Devin menggeleng, ia mengusap lembut kepala Mia. "Lo udah makan?" tanya Devin yang tak mau membahas hal bodoh itu lagi.
Mia mengangguk. "Udah dibeliin sama Dela tadi." ucap Mia.
Devin mengernyit, baru pertama ki rasanya ia mendengar nama itu.
"Dia temen aku." ucap Mia.
"Tadi lo gue, sekarang pake bahasa aku kamu lagi." gumam Devin.
Mia menggenggam tangan Devin. "Aku gak mau, kamu ngediemin aku lagi. Aku prustasi Vin." ucap Mia. Devin tersenyum. "Kamu jangan senyum." lontar Mia, menepuk lembut pipi Devin.
"Apa kata dokter?" tanya Devin, dapat Mia lihat dari matanya bahwa Devin sangat merasa bersalah.
"Aku hampir keguguran..."
"Hah?! Kok bisa, maafin aku. Bodoh banget sih." Devin memukul-mukul kepalanya. Mia tertawa kecil mendengar nya.
"Katanya kandungan aku kurang gizi, terus aku nya banyak pikiran." adu Mia.
"Bisa-bisa nya calon anak ku, kurang gizi. Kamu jarang makan yah." ucap Devin.
"Ini semua gara-gara kamu ngediemin aku." ucap Mia tak mau kalah.
"Kan aku yang diemin kamu, kenapa kamu malah ngediemin balik ke makanan. Mereka kan gak salah apa-apa." ucap Devin sekena nya. Mia hanya mendengkus, perasaan baru saja cowok itu mengalah padanya, sekarang udah balik lagi kewatak nya.
"Sial." umpat Mia.
Devin langsung menyentil kening Mia, sampai cewek itu meringis.
"Sakit bangsat." ucap Mia.
"Tuh mulut mau dijahit apa dibedah?" lontar Devin enteng.
"Bukan salah mulut tapi bibir nya." ucap Mia sambil menyentuh bibirnya, dan mengangkat kedua alisnya. "Bibir nya mau kayak tadi lagi, katanya." Mia menyentuh bibir Devin. Membuat cowok itu melotot saat sadar ucapan Mia mengarah kemana. Ah, ia benar-benar bodoh.
"A..apaan sih." Devin menarim tangan Mia agar menjauh dari bibir nya. Mia tertawa puas.
"Ahahaa...lo manis banget sih, gak rugi gue punya suami kayak gini." ucap Mia lalu mengecup lembut pipi Devin. Percayalah wajah Devin saat seperti kepanasan, dan tentu jantungnya ikutan dah dig dug ser, konser didalam sana.
______________
Mia masih sibuk bergelut dengan selimutnya, ia masih enggan untuk membuka mata. Apalagi semalam tidur nya nyenyak karena Devin tidur memeluknya, ah, jika masalah akhirnya seperti, akan menbuat Devin si batu jadi lembut. Mia tak keberatan harus ada masalah. Benar, setiap ada masalah pasti ada hikmah, dan inilah hikmah nya. Devin masih tidur juga disamping Mia, biasanya cowok itu akan pergi pagi-pagi untuk kerja. Mia langsung terperanjat, ia duduk dan mengucek matanya. ini hari selasa bukan hari libur, Devin seharusnya tugas.
"Vin bangun, lo gak mau kerumah sakit apa." Mia mengoyangkan lengan Devim cukup keras, Devin hanya melenguh ia seperti nya tak mau membuka matanya. "Devin!" Mia menaikan suaranya dan manarik selimut agar Devin bangun.
"Bentar lagi." Devin menarik selimut nya kembali.
"Devin bangun! Woy..."
Devin langsung menarik lengan Mia, memeluk erat tubuh Mia. Membuat cewek itu sesak, perlahan mata yang selalu dingin itu menatap Mia lekat. "Hari ini gak ada jadwal my wife." ucap Devin serak, dan menenggelamkan kepala nya diceruk leher Mia.
"Geli Vin." Mia berusaha mendorong kepala Devin, namun sulit. "Geli bangsat." ucap Mia. Devin langsung duduk.
"Siapa yang lo bilang bangsat?" Devin menatap Mia sinis.
"Lo." singkat padat jelas Mia menjawab nya.
"Gue dokter, perlu lo inget gue dokter, bukan bangsat. Gak ada yah, bangsat seganteng gue."
Mia menganga ini pertama kali nya Devin narsis, apa ini sifat asli dari suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married By Accident [END]
Romance"Ngandung anak hasil kondom bocor aja bangga." lontar Difa ia memalingkan wajah nya, seakan jijik melihat Mia. Mia berusaha tenang, ia mengepalkan tangan nya. wajah nya merah padam. plakkk... dan ya, kini tangan Mia sudah mendarat tepat di pipi mul...