Sudah seminggu Mama disini, itu membuat Mia harus ijin dari pekerjaan nya, Mia merasa tak enak hati pada Iren.
"Lo tenang aja kali, gue ngerti keadaan lo Mi." ucap Iren.
"Thanks ya." ucap Mia. Iren hanya membalas dengan senyuman, sudah dari pagi Iren menamani Iren, sambil melihat keponakan nya, ia sudah sangat merinduka Bian.
"Mi, lo gak pernah berpikir apa, buat ninggalin Devin." ucap Iren pelan. Mia sontak menatap Iren penuh tanda tanya.
"Gue pikir ini udah keterlaluan." ucap Iren.
"Gue gak mau hubungan gue hancur lagi Ren, gue gak mau Bian dipandang aneh." ucap Mia sendu.
"Tapi kalau gini cara nya, lo sama aja nyakitin diri lo." cicit Iren tak setuju dengan pemikiran nya.
"Gak papa, gue pengen masa depan Bian terjamin, gue gak mau dia dibully gak punya ayah nanti Ren, gue gak apa yang gue rasain, Bian juga ngerasain." jelas Mia.
Iren memejamkan matanya, ia juga tak bisa memaksa keinginan sahabatnya, ia tak mau terlalu ikut campur, ia hanya perlu ada dan selalu mendukung Mia saat ini.
"Kalau lo ada apa-apa cerita aja sama gue, lo jangan sungkan, lagian lo udah sering nyusahin gue." kekeh Iren, Mia mendengkus, sifat Iren yang terlalu jujur rasa ingin meretakan kepala sahabatnya itu. "Bian anteng bener sama Mama lo." ucap Iren.
"Iya, dia gak rewel, ngertiin banget keadaan gue." ucap Mia yang diakhiri kekehan nya. Iren hanya mangut-mangut gak jelas.
"Gue pulang dulu ya." ucap Iren.
"Hmm, hati-hati dijalan. Semoga lo segera dapetin cowok bangsat lo." ucap Mia, Iren memutar bola matanya malas, bangsat mana suami nya dengan cowok inceran nya.
Setelah kepergian Iren, Mia kembali lagi kekamar ia melihat Mama nya yang ikut tertidur disamping Bian. Mia tersenyum kecut, ia tak bisa memberi tahu Mama nya, itu sangat menyiksa nya.
"Lo bisa Mi, lo jauh lebih baik dari Difa." lirih Mia menguatkan diri sendiri.
Ini tekad nya, biarlah Devin besar kepala karena berasa diperebutkan, Mia belum siap untuk kehilangan apa yang ia miliki.
___________
Devin memijit pangkal hidung nya, keberadaan mertua nya dirumah itu sangat membatasi kepergiannya, ia tidak mungkin ketempat Difa, itu bisa saja memunculkan kepercayaan mertuanya.
"Lo cowok paling tolol, dari semua orang yang gue kenal Vin." ucap Arif, yang sedari tadi menyaksikan kebingungan Devin.
"Gue harus apa Rif?" tanya Devin gusar.
"Lo pikir goblok, seberapa besar lo perjuangin Mia waktu itu, lo bahkan gak mau kehilangan dia, tapi karena datang nya cewek dari masa lalu, lo udah berpaling." ucap Arif kesal. "Lo ingatkan, waktu cewek itu ninggalin lo, lo sampe nangis-nangis ke gue." ucap Arif.
"Makanya saat dia pengen balik lagi ke gue, gue mau." lirih Devin.
"Dan lo gak mikir, rasa sakit lo itu pindah ke Mia, dia lagi ngerasain apa yang lo rasain waktu itu, bahkan lo lebih tolol, karena lo egois, gak mau ngelepasin dia Vin." ucap Arif.
"Jadi maksud lo, gue harus lepasin Mia?" ucap Devin. "Tapi gue gak bisa Rif, gue gak mau kebilangan Bian." ucap Devin.
Arif menganga tak percaya bagaimana bisa, pikiran Devin semakin tolol.
"Lo mau anak nya?" ucap Arif. Devin mengangguk. "Tapi lo gak mau ibu nya?" tanya Arif lagi, Devin hanya diam. "Betapa lucknut lo Vin, lo berniat memisahkan anak dari ibu nya, waras lo!" ucap Arif, punya dosa apa dia dimasa lalu sehingga mempunyai teman yang bajingan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Married By Accident [END]
Romance"Ngandung anak hasil kondom bocor aja bangga." lontar Difa ia memalingkan wajah nya, seakan jijik melihat Mia. Mia berusaha tenang, ia mengepalkan tangan nya. wajah nya merah padam. plakkk... dan ya, kini tangan Mia sudah mendarat tepat di pipi mul...