Mia merasa Devin sudah seperti dulu lagi. Devin juga banyak menghabiskan waktu bersama nya. Mia merasa cukup senang, ada perubahan dengan sikap Devin.
Namun akhir-akhir ini Mia ada sesuatu yang harus ia urus dengan Arif, ini rahasia mereka berdua, Mia belum berani mengatakan nya pada siapapun.
"Rif, apa tak apa?" tanya Mia, yang hanya diangguki Arif. Cowok disampingnya ini tak pernah melepas geganggaman nya pada tangan Mia.
Mia benar-benar takut, apa yang ia lakukan ini salah. Bagaimana jika Devin tahu? Bagaimana jika Iren tahu? Apa mereka akan kecewa padanya.
"Jangan terlalu dipikirkan." ucap Arif yang masih fokus pada jalanan. Mia pun mengangguk, entah mau kemana mereka saat ini, yang jelas hanya mereka yang tahu. Bahkan Mia menitipkan Bian pada Bi Titin.
______
Devin sengaja membeli bunga dan coklat, ah ia merasa seperti ABG, yang tengah masa pubertas.
Senyuman tak pernah luput menghiasai wajah nya. Ia ingin cepat pulang dan menemui Mia.
Saat Devin sudah sampai rumah, ia membuka pintu besar rumah nya. Sepi, itulah hal pertama yang Devin tangkap. Ia segera pergi ke kamar, mungkin saja Mia sedang tidur.
Namun nihil, kamar nya kosong, bahkan sangat rapih, tanda bahwa Mia sudah pergi lama.
Devin segera mengirim pesan pada Mia, tak biasa nya Mia pergi tanpa seiijin nya.
Anda
Dimana Mi?
Wife❤
Diluar.
Anda
Kapan pulang?
Kamu bersama Bian?Wife❤
Masih lama.
Tidak.Anda
Hati-hati, dimanapun
Kamu berada.Tak ada balasan, Mia hanya membaca pesan dari Devin, cowok itu menghela napas nya berat, ah sulit, padahal ia sudah menyiapkan kejutan buat Mia. Namun istri nya itu seperti nya ada acara bersama teman-teman nya.
Devin segera turun untuk menemui Bian yang tengah ditimang-timang oleh Bi Titin ditaman belakang.
"Hay, anak Papa lagi ngapain?" Devin langsung menghampiri Bi Titin.
"Eh, tuan udah pulang." ucap Bi Titin setengah terkejut.
"Hm, dari kapan Mia pergi Bi?" tanya Devin.
"Dari pagi tuan." ucap Bi Titin jujur.
Devin tak bertanya lagi, ia langsung mengambil Bian, mengajak anak itu berbicara, yang hanya dibalas dengan tawa riang sikecil.
Bi Titin menatap interaksi anak dan ayah itu, hati nya menghangat sudah lama tuan nya selalu tak pulang, tapi sudah dua minggu ini, Devin selalu menghabiskan banyak waktu di rumah. Yang berbada adalah nyonya nya saat ini, Mia jarang ada dirumah, dan sering menitipkan Bian padanya.
Ini sudah sore, Devin langsung membawa Bian masuk karena udara yang sudah dingin, Mia masih belum pulang juga, itu sedikit membuat Devin kesal, entah kenapa Devin merasa ada yang Mia sembunyikan dari nya.
Saat Devin menidurkan Bian diranjangnya, suara pintu dibuka membuat Devin menoleh, dan benar dugaan nya Mia pulang.
"Dari mana kamu?" tanya Devin, dengan nada yang meng intimidasi.
"Aku perlu menghirup udara segar, apa tidak boleh?" ketus Mia, ia melempar tas selempang nya ke sembarang tempat.
"Dari pagi sampai sore seperti ini, apa kamu lupa ada anak yang perlu kamu urus." cetus Devin tak suka dengan sikap Mia.
"Ah, benarkah, bukankah waktu itu kamu juga jarang pulang, apa kamu lupa ada istri dan anak yang perlu kamu urus." sinis Mia. Devin diam dengan pernyataan Mia, ia juga tak bisa menghakimi Mia, namun ia tetap kepala keluarga.
"Lain kali jangan pernah keluar dengan waktu yang lama. Dan perlu kamu ingat, beri tahu aku, supaya aku tak khawatir." lirih Devin, sebenarnya ia tak mau berdebat, mendengar itu Mia hanya berdecih, melihat dari pakaian Devin, cowok itu belum juga membersihkan diri dari pulang kerja.
Devin segera masuk ke kamar mandi, Mia tak peduli lagi, lagi pula urusan nya sangat penting bagi nya.
Saat Mia sudah mengganti baju, dan akan merebahkan tubuh nya, tak sengaja ia menatap bunga dan juga sebungkus coklat diatas nakas.
Dan sebuah not, yang bertulisan. 'To my wife' Mia hanya tersenyum tipis saat melihat nya.
"Apa kamu suka?" tanya Devin yang tiba-tiba saja sudah duduk disamping Mia.
"Hm." hanya itu jawaban yang Mia keluarkan.
"Jika tidak suka, aku akan memberikan nya pada Bi Titin. Sayang jika dibuang." ucap Devin, ia berdiri dari duduk nya.
"Kamu benar, maka berikan lah." ucap Mia, ia mulai memejamkan matanya, ia tak melihat wajah kecewa Devin dengan ucapan nya barusan.
Devin meremas bunga yang siang tadi ia beli, lalu membuang nya ke tong sampah. Sedangkan coklat nya akan ia berikan pada Bi Titin.
'Apa kamu ingin membalas Mi?" Lirih Devin dalam hati, jika ia Mia ingin membalas semua sikap Devin saat itu, maka dengan senang hati Devin menerima nya.
Devin membuka laptop nya, banyak pekerjaan yang harus ia lakukan, belum sempat ia kerjakan dirumah sakit, karena terlalu buru-buru ingin memberi kejutan, namun nyata nya istri nya sama sekali tak menyukai nya.
Hanya bekerja lah yang bisa membuat Devin lupa akan segala nya. Sampai ia tak sadar ini sudah pukul tiga dini hari, ia sama sekali tak merasakan kantuk, bahkan ia sudah menghabiskan tiga cangkir teh.
Devin menutup laptop nya, ia mengalihkan pandangan nya pada Mia, yang dengan manis menutup mata, mungkin Mia tengah bermimpi indah sehingga ada senyuman tipis yang menghiasi wajah nya.
Devin mengelus lembut pipi Mia, menatap lekat wajah didepan nya ini.
"Aku benar-benar menyesal Mi." lirih Devin, ia mengecup kening Mia. Lalu berbalik tidur memunggungi Mia, Devin tak mau memperlihatkan rasa sakit nya, bagaimana pun ini semua ia yang mulai, pantas saja jika Mia ingin membalas.
Devin mulai terlelap karena kantuk yang menyerang nya. Ia sudah masuk kealam mimpi.
Dari belakang punggung nya Mia membuka matanya, menatap punggung besar dihadapan nya.
"Maaf." lirih Mia, ia melingkar kan tangan nya pada pinggang Devin. Dan menyembunyikan wajah nya, pada punggung Devin.
Waktu itu Devin mengkhianati nya, apa Mia harus? Apa Devin akan menderita jika Mia melakukan nya juga, Mia takut Devin akan kembali pada pribadi nya yang dingin.
Bayangan Devin yang membentak nya masih membekas dikepala Mia. Bahkan pernikahan mereka sudah akan selesai jika saja Devin tak memaksa untuk tetap bersama. Mia juga sebenar nya muak dengan keadaan nya sekarang, tak bisakah ia hidup dengan perasaan yang bahagia, tanpa ada beban yang harus ia pikirkan, dan tanpa melukai perasaan siapapun.
Mia rasa nya ingin menangis, setiap kali mengingat kebodohan nya, ia merasa sesak sendiri, hanya Arif yang dapat mengerti nya saat ini, hanya dia pikir Mia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married By Accident [END]
Любовные романы"Ngandung anak hasil kondom bocor aja bangga." lontar Difa ia memalingkan wajah nya, seakan jijik melihat Mia. Mia berusaha tenang, ia mengepalkan tangan nya. wajah nya merah padam. plakkk... dan ya, kini tangan Mia sudah mendarat tepat di pipi mul...