44.

5.3K 186 8
                                    

Sudah seminggu Mia tinggal dirumah Arif, ia merasa tak enak walau keluarga Arif menyambut nya dengan hangat. Ia selalu ditemani Caca, adik Arif, yang masih SMK kelas tiga.

"Bian nikah sama aku yuk!" rengek Caca, sambil menggenggam tangan mungil Bian.

"Kamu ini, ganti baju dulu dong aunty , Bian nya gak mau, aunty nya bau." ucap Mia.

"Yah, padahal aku sangat merindukan keponakan manis ku ini, ditambah aku akan punya keponakan lagi. Kakak tahu, aku selalu ingin punya adik." tutur Caca dengan kekehan nya, ia menciumi wajah Bian.

"Sana mandi Caca, kamu jorok banget." ucap Mia, Caca dengan berat hati keluar pergi ke kamar nya, ia juga merasa lengket pada seluruh tubuh nya.

Mia sudah sangat dekat dengan Caca, walaupun mereka baru kenal seminggu. Namun Caca sosok orang yang mudah akrab begitupun dengan Mia.

Mia mengelus perut nya, yang semakin hari semakin membesar. Kehamilan nya yang kedua, tak banyak mau nya, rasanya Mia tak merasakan yang namanya mengidam, terakhir ia hanya menginginkan jeruk.

Mengingat hal itu, Mia jadi ingat kebahagiaan Devin yang tahu kehamilan nya. Namun semua nya hanya bertahan beberapa bulan saja, Devin kini benar-benar membenci nya.

Rasanya ingin sekali ia mengadu pada tuhan, bahwa ia sudah benar-benar tak tahan dengan ujian yang tuhan berikan. Ia mengaku pernah melakukan dosa besar, yaitu hamil diluar nikah, namun apa ujian nya selama ini belum cukup untuk menebus dosa itu.

Mia cukup sadar diri, ia tak seharus nya mengeluh, karena dirinya sendiri yang memulai, ia sendiri yang menanam penderitaan nya saat ini.

Pepatah pernah mengatakan, apa yang kamu tanam, kamu juga yang menuai, Mia percaya pepatah itu sekarang.

"Ayok, makan dulu Mi." ucap wanita peruh baya diambang pintu, Mia cukup terhenyak dengan kedatangan bunda Arif yang tiba-tiba.

"Ah, aku belum lapar." ucap Mia dengan senyuman nya.

"Kamu memang tak lapar, tapi pikirkan anak dalam perut mu juga. Kamu harus banyak makan." nasihat bunda, Mia tersenyum canggung. "Ayok, bunda memaksa." ucapnya.

Alhasil Mia turun kebawah ikut bergabung makan, ini masih sore namun kata Arif dikeluarga nya makan malam itu digantikan dengan makan sore.

"Apa susu kehamilan mu masih ada?" tanya Arif pada Mia yang duduk dihadapan nya.

"Ada." singkat Mia, ia sengaja menghindari Arif, ia takut kejadian tempo hari, terjadi lagi. Arif menghembus kan napas nya, ka tahu kalau wanita hamil itu tengah menjaga jarak dengan nya.

"Kak, beliin aja susu nya, gak papa buat stok aja, lagian aku juga suka minum." sahut Caca antusias.

"Apa kamu hamil?hah." ucap Arif.

"Sembarangan. Susu hamil itu enak." ucap Caca setengah berteriak tak terima dengan ucapan kakak nya itu. "Iyasi aku hamil, ayah nya baso." kekeh Caca, yang langsung mendapat pukulan dikepala nya. Arif yang menggetok nya dengan sendok.

"Itu kotor bodoh!" umpat Caca, ia mendengkus.

"Apa kalian tidak malu dengan Mia?" celetuk Bunda.

Mereka diam langsung, hanya saling melempar tatapan tajam.

"Tidak lanjutkanlah, aku suka. lagian aku selalu berharap suasana makan yang rame, seperti ini." sahut Mia, dengan senyuman nya.

"Anggap saja si cantik ini, adik mu Kak." Caca menunjuk diri nya sendiri.

"Beda jauh." sajut Arif.

"Ah, baiklah kamu adik ku sekarang." timpal Mia, Caca tampak senang mendengar nya, karena Mia ada dipihak nya.

Married By Accident [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang