15.😊

5.3K 208 4
                                    

Mia sudah bangun, ia sudah berkutat didapur, ia ingin menyajikan masakan nya pagi ini pada Devin. Ia sudah belajar memasak dari jauh-jauh hari.

"Mi." suara serak Devin, ia menghampiri Mia yang tengah mengiris bawang.

"Hmm." gumam Mia, ia mendongakan kepalanya, air matanya tak bisa ditahan, bawang adalah sesuatu yang bisa saja membuat seseorang menangis tanpa harus menyakiti.

"Kenapa?hmm." tanya Devin.

"Kamu gak lihat apa? Aku lagi ngiris bawang." celetuk Mia, sambik sesekali menghapus air matanya. Segera Devin mengambil alih tangan Mia. Devin menggelengkan kepalanya.

"Gimana mau makin perih, kalau kamu gisik mata kamu, pake tangan yang udah nyentuh bawang." cetus Devin, Mia mencibik kan bibirnya, itu jelas ia terlihat bodoh didepan Devin.

"Cuci tangan kamu, biar aku yang ngerjain." ucap Devin.

"Tapi aku, pengen masak buat kamu Vin." rengek Mia.

"Iya kita masak bareng-bareng." ucap Devin, Mia hanya bisa menurut, bukankah sudah Mia bilang, bicara dengan Devin hanya mengurasa tenaga saja, pada akhir nya ia juga harus mengalah.

Ucapan dan tindakan Devin jaug berbeda dengan ucapannya, cowok itu malah memasak sendiri, membuat Mia kesal, ia benar-benar egois tak menghargai usaha Mia.

"Kamu kenapa si? Kok diem aja." tanya Devin, sambil menyajikan pasakan nya. Mia memutar bola matanya malas, 'benar-benar tak pekak.' gumamnya dalam hati.

"Katanya mau bareng, kok malah ngerjain sendiri!" cicit Mia tak terima.  "Aku mau goreng ini gak boleh, mau goreng itu gak boleh." Mia mencibik kan bibirnya.

"Aku takut kamu kenapa-napa Mi." ucap Devin.

"Gak usah lebay deh, kamu tuh gak ngehargain usaha aku tahu gak?!" Mia terisak, entah kenapa ia merasa sakit hati, padahal ini hal sepele, Devin menghela napas nya, ia yakin ini hanya bawaan bayi yang ada dalam kandungan nya, jadi Mia sangat  sensitif.

"Maaf, oke, lain kali kamu boleh yang masak." rayu Devin, Mia mengalihkan pandangan nya. "Aku janji." ucap Devin.

"Bener?" tanya Mia meyakinkan. Devin mengangguk.

Mia tak ambil pusing lagi, ia segera mengambil piring dan siap memakan sarapan nya pagi ini.

Devin tersenyum kecil saar melihat bagaimana Mia makan, ah, itu sudah seperti manusia yang tak pernah makan sebulan, benar-benar rakus. Tubuh Mia juga sudah mulai membesar begitupun dengan perutnya.

"Kenapa kamu ketawa?" tanya Mia sinis. Devin baru sadar bahwa ia telah meng ekspresikan penglihatannya.

"Kamu gendut yah, sekarang." celetuk Devin, tanpa menyadari perubahan ekspresi wajah Mia.

"Jadi kamu bilang aku jelek kitu?hah!" pekik Mia tak terima.

"Bukan gitu maksud aku Mi." Devin lagi-lagi menghela napas nya, ia salah lagi sekarang.

"Yaudah aku bakaln berhenti makan, bodo amat bayi nya kekurangan gizi juga." ucap Mia. "Lihat aja, aku bakalan cantik kalau udah lahiran." Mia berdiri dan melangkah pergi menuju kamar. Ah, Mia sangat sensitif.

Devin tak menghiraukan ia melanjutkan makan nya, bukan nya tak peduli, ia hanya membiarkan Mia sebentar agar ia sadar bahwa dirinya saat tengah sensitif.

Setelah selesai makan, Devin berniat membujuk Mia kembali. Saat membuka pintu, Devin sudah mendapati Mia yang tengah meringkukan tubuhnya, mata nya terpejam, dengan tenang suara dengkuran dapat Devin dengar saat menghampiri Mia.

Married By Accident [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang