Hari ini tepat dimana Devin akan menikah untuk kedua kali nya. Tanpa kehadiran Mama nya juga. Difa tak masalah sama sekali jika harus menikah sirih dengan Devin, yang terpenting ia akan segera memiliki Devin.
Devin hanya diam, calon mertua nya terus tersenyum padanya, seakan mereka beruntung mendapatkan nya.
Sedangkan di rumah Mia sudah resah sambil menimang Bian, kehidupan sesungguh nya akan segera dimulai, ia memang berniat untuk menghadiri pernikahan suami nya itu, namun Devin melarang nya. Ia berkata 'diam lah dirumah, ku mohon' ah bahkan Mia merasa jika Devin juga sedang kesulitan.
Walau Arif sudah menyemangati nya, namun tetap saja hati nya resah. Mungkin beberapa jam lagi akan ada wanita lain di rumah nya. Karena Difa bilang ingin satu rumah dengan nya. Apalagi penyakit yang tengah bersarang ditubuh Mia semakin parah. Ia tak berani jika harus memberi tahu suami nya itu.
Bagaimanapun Devin harus menikahi Difa, Mia takut Difa mempertaruhkan nyawa didalam perut nya.
Mia rasa tidak ada salah nya berbagi, lagipula ia tak tahu sampai kapan ia bertahan melihat dunia ini, jika ia harus meninggalkan Devin, setidak nya ada seseorang yang tengah disamping nya saat ini.
Ah, seharus nya Mia tak selemah ini, tapi mau bagaimana lagi, fisik nya sudah tak sekuat dulu.
____________
Devin datang dengan Difa, wajah nya masih tanpa eskpresi, ia berasa mimpi, tak pernah sekalipun dalam benak Devin, bahwa ia akan mempunyai istri dua sekaligus.
Devin menghembuskan napas nya, rumah nya sepi. Ia hanya disambut oleh Bi Titin.
"Mia mana?" tanya Devin ragu.
"Lagi dikamar kayak nya, tuan." Bi Titin menjawab dengan sedikit kesal, karena tak menyangka akan ada nyonya baru dirumah tempat ia kerja.
Devin tak banyak bicara lagi, ia segera naik dan masuk ke kamar nya. Sedangkan Difa mencak-mencak tak suka di cuekkan.
Mia tidur dengan nyaman, Devin mengusap lembut wajah pucat Mia. Bahkan bibir yang selalu merah muda, kini kebiruan, pucat. Apa Mia sakit? Pertanyaan itu terlintas dalam benak Devin sesaat.
"Engh.." erang Mia, merasa tidur nya terganggu. Devin segera menghentikan aksi nya.
Namun terlambat Mia sudah membuka mata nya.
"Kamu sudah pulang?" lirih Mia berbasa-basi, yang diangguki Devin. "Ah, dimana Difa, bukan kah aku harus menyambut adik ku itu." Mia berdiri dari rebahan nya, mungkin ia akan belajar menganggap Difa adalah adik nya.
"Tidak usah." cetus Devin tak suka dengan sikap Mia, yang berlebihan.
"Hey! Dia adalah teman ku nanti nya, dia akan membantu ku, mengurus diri mu." ucap Mia ia meninggikan nada bicara nya.
Mia langsung turun dan menemui Difa yang tengah duduk selonjoran di sofa, sambil dipijat oleh Bi Titin.
"Ah, welcome, my sister!" Mia tersenyum sambil duduk dihadapan Difa. Difa agak terkejut dengan sikap Mia barusan, apa Mia tak marah padanya?
"Maaf aku telat menyambut mu, aku ketiduran." Mia menyunggingkan senyuman manis nya.
"Tidak usah repot-repot." tekan Difa ia memutar bola mata nya sinis. "Lagipula tak usah beracting." dengus Difa.
"Heh, sudah. Kaki ku sudah baikan." ucap Difa yang diangguki Bi Titin. Mia tak suka dengan sikap tak sopan nya Difa, bagaimana pun Bi Titin, lebih tua dari nya.
"Sopan lah sedikit." ketus Mia, ia mendelik tak suka.
"Kenapa? Bukan kah dia hanya pembantu disini, kenapa aku harus bersikap sopan padanya." cetus Difa.
![](https://img.wattpad.com/cover/272653532-288-k255945.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Married By Accident [END]
Lãng mạn"Ngandung anak hasil kondom bocor aja bangga." lontar Difa ia memalingkan wajah nya, seakan jijik melihat Mia. Mia berusaha tenang, ia mengepalkan tangan nya. wajah nya merah padam. plakkk... dan ya, kini tangan Mia sudah mendarat tepat di pipi mul...