6.😊

6.9K 289 8
                                    

Seperti biasa Mia akan pergi kuliah, dan akan mendapatkan note dari suami aneh nya itu. Terkadang ia selalu berpikir, apakah ada celah untuk nya bersama lagi dengan Aldo? Namun segera Mia buang jauh-jauh pikiran sialan itu. Cowok biadab yang hanya ingin enak nya saja.

"Sial, si Devin kurang ajar banget si. Dia gak ngasih uang jajan apa, buat gue." gerutu Mia saat melihat isi dompet nya, yang sisa uang lima ribu.

Mia segera mengirim pesan pada Devin. Ia tak mau rugi dalam hal ini.

Anda

Duit gue abis,
Pokok nya gua gak
Mau tahu.

Read

Mia melongo saat pesan nya hanya di read Devin, bahkan sama sekali tak di beri jawaban. "Anying." umpat Mia sambil mengelus perut nya. Kalau dia gak hamil mungkin sudah mengobrak-abrik seisi apartement Devin.

Alhasil terpaksa Mia naik angkot, dia yakin Devin akan marah jika tahu soal ini, makanya ia sengaja melakukan nya.

Mia sudah sampai di kampus nya, ia segera masuk kelas, sial nya lagi mr. Anang sudah masuk kelas awal nya. Mia setengah berlari ia juga sadar diri tengah hamil.

"Maaf mister, saya telat." ucap Mia ngos-ngosan, sambil berdecak pinggan. Mr.Anang mengerutkan kening nya ia tak mengerti dekat ucapan Mia.

"Bukan nya kamu sudah pindah?" tanya Mr.Anang meyakinkan. Mia melotot, ternyata Devin gak main-main dengan ucapan nya. "Are you okay?" tanya Mr.Anang lagi. Mia mengangguk dan segera keluar kelas, malu nya bukan main.

"Si goblok!" umpat Mia. Dari kejauhan Mia melihat Aldo yang tengah duduk mesra dengan cewek kemarin yang sudah masuk list sebagai musuh nya. Hari nya begitu berat, harus bertemu mantan bersama pacar baru nya, tunggu tapi emang bener Mia dan Aldo belum pasti putus nya, karena belum ada tuh kata putus diantara mereka. Tapi masa bodo Mia tak peduli, ia lebih memilih Devin saat ini, yang ia yakini menikahi karena kasihan.

Saat Mia duduk selonjoran di lantai, yang jelas-jelas kotor, ada seseorang menghampiri nya.

"Bangun." ucapnya. Mia kenal suara itu, suara cowok yang udah bikin Mia berhenti kuliah, siapa lagi kalau bukan Devin.

"Nongol juga lo, kemana aja lo? Kenapa gue gak bisa masuk kelas? Lo ngapain di kampus gue?" tanya Mia bertubi-tubi.

"Yang mana, yang harus di jawab?" tanya balik Devin.

"Semuanya lah." ketus Mia dan jongkok di depan kaki Devin, Devin pun ikut jongkok menghadap Mia.

"Pertama gue ada, kedua gue udah bilang semalem, ketiga gue ngisi materi seminar disini." jelas Devin tenang. "Bangun Mi, gak baik kelamaan duduk ataupun jongkok." ucapnya, mengangkat bahu Mia.

Mia berdiri berhadapan dengan Devin, gila sejak kapan, Devin bisa ganteng gini, gerutu Mia dalam hati, ia mengamati wajah Devin dari dekat, tanpa ia sadari bahkan tangan nya dengan lancang menyentuh pipi Devin, membuat cowok dihadapan nya tak berkutik. Setelah lama tangan Mia main-main dengan pipi Devin, tangan nya langsung dicekal Devin yang sudah geram dari tadi. "Bisa gak tuh tangan gak nakal." ucap Devin melepas tangan Mia.

"Galak banget si lo, gue lagi hamil lo Vin, kalau gue stress gimana?" ucap Mia seperti memberi ancaman pada Devin.

"Mia!" teriak teman-teman nya. Sial umpat Mia dalam hati, kenapa teman-teman nya harus datang di waktu yang tak tepat. "Wah...hallo, dokter Devin!" ucap Nazla dan Sibni menyapa Devin dengan cemtil nya, membuat Mia mendelik kesal.

"Hai." balas Devin singkat dengan senyuman nya sekilas.

"Mi, lo lagi ngapain si disini? Kok lo mau pindah? Terus ngapain lo sama dokter Devin?" tanya Sofi yang diangguki Nazla dan yang lainnya.

"Gue gak tahu." ucap Mia tak mau menjawab pertanyaan Sofi.

"Oke. Tapi lo pasti tahu dong ngapain sama dokter Devin disini?" tanya Nazla nyosor.

"Dia..."

"Saya suami nya." potong Devin membuat Nazla, Sofi dan yang lainnya kaget termasuk Mia, ia tak menyangka Devin akan bicara seperti itu.

"What! Kapan lo nikah njirr?" tanya Sibni.

Mia lelah rasa nya seperti di introgasi, ia langsung menarik tangan Devin, membawa dalang gosipnya.

"Kenapa lo ngomong gitu si?!" ucap Mia tak suka.

"Fakta." jawab Devin singkat. Mia hanya diam sesaat sebelum perut nya merasakan sakit entah kenapa, ia merasakan sakit membuat ia harus mengerang menahan kesakitan.

"Vin, a..ee..sa-sakit." adu Mia ia mengaduh sambil memegang perut nya, Devin dengan sigap menggendong Mia membawa nya menuju parkiran. Sofi yang melihat itu kaget seakam terhantam jauh jatug ke jurang. "Beneran anjir!" ucap Sofi saat melihat pemandangan di depan nya.

"Si Mia kenapa?" ucap Iren mengamati Mia yang kelihatan kesakitan.

Selama perjalanan, Devin terus fokus sambil sesekali melirik Mia yang menahan kesakitan. Tangan nya memegang erat lengan Devin yang tengah menyetir.

"Kok sakit banget ya Vin?" ucap Mia di tengah-tengah kegelisahan Devin.

Devin melirik Mia, wajah nya sudah penuh dengan keringat sempat-sempat nya cewek itu bertanya seperti itu.

Karena Devin cukup tapis dalam membawa mobil. Jadi tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah sakit. Segera Devin turun dan menyuruh staf membawa brankar.

Devin terus memegang erat tangan Mia, ia tak ingin terjadi apa-apa pada Mia dan juga bayi nya.

Devin melepas tangan Mia, saat brankar nya masuk ke ruang UGD. Devin duduk dan menunggu di luar.

Devin memijit pangkal hidung nya, ia merasa hari ini sangat melelahkan sekali. Tak lama kemudian seorang dokter wanita yang memeriksa Mia keluar.

"Dokter Devin." sapa nya menghampiri Devin, yang dipanggil langsung berdiri.

"Gimana keadaan nya?" tanya Devin panik. Dokter berwajah pucat pasi itu hanya tersenyum menenangkan bagi Devin.

"Ini sudah sering terjadi, sakit perut saat hamil adalah hal yang normal terjadi. Kondisi ini termasuk ke dalam proses perubahan tubuh karena pertumbuhan janin di dalam rahim. Saat rahim terus membesar untuk memberi ruang pada janin, ini dapat menempatkan tekanan pada otot, sendi, dan pembuluh darah." jelas sang dokter.

"Terima kasih dokter Meysi." ucap Devin ia membalas senyuman, sang dokter. Mereka cukup saling mengenal karena bekerja di rumah sakit yang sama.

Dokter hanya mengangguk dan pergi setelahnya. Devin langsung masuk menemui Mia yang tengah terduduk di brankar.

"Apa kata dokter? Gue keguguran ya? Atau gue harus operasi?" cerocos Mia saat Devin masuk. Bukan nya menjawab Devin malah reflek memeluk Mia.

"Syukurlah." bisik Devin di sela pelukan nya.

"Lepasin Vin, gue sesek ni." ronta Mia memukul-mukul dada Devin. Dengan terkejut Devin langsung melepas pelukan nya.

"Maaf." ucap Devin gelagatan malu sendiri dengan aksi nya.

"Lo suka ya sama gue? Jujur aja kali." goda Mia mencolek-colek bahu Devin.

"Jangan banyak berharap." ketus Devin tak terima. Mia hanya menggut-manggut tak peduli dengan ucapan cowok itu, lalu turun dari brankar nya.

"Ayo!" ajak Mia menarik tangan Devin untuk keluar.

Dari pada kena godaan dari Mia lagi, lebih baik Devin ikut dan tak lupa membayar administrasi terlebih dahulu. Entah kenapa ia sangat khawatir saat melihat Mia yang merintih kesakitan, padahal ia sendiri tahu kalau hal itu sudah biasa terjadi, namun ia takut analisis nya salah makanya ia membawa nya ke rumah sakit.




Married By Accident [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang