Malam ini malam pertama bagi Indira, gadis cantik kembang desa tempat tinggalnya. Rasa gugup menyergapnya, kala dia berhadapan dengan pengantin pria dihadapannya.
Menikah dengan laki-laki yang baru dia kenal dan tak terbayangkan sebelumnya, serta menjadi seorang istri kedua bukanlah impian Indira.
Gadis itu bukanlah pelakor, permintaan istri pertama lah yang membuatnya menerima lamaran dan pernikahan ini. Masih teringat jelas oleh Indira, saat Wulan istri Aryo meminta serta memohon kepada orang tua gadis itu agar dia sudi menjadi madunya. Sungguh permintaan yang tak masuk akal. Di saat orang lain secara terang-terangan menolak suaminya berpoligami, Wulan malah sengaja menghadirkan Indira sebagai madunya.
‘Bagaimana mungkin ada wanita seperti Mbak Wulan yang malah rela melamar wanita lain untuk suaminya?’ batin Indira.
Indira tahu Aryo laki-laki yang sempurna, tampan, mapan dan berkarisma serta baik pada siapa pun. Tapi bukan berarti dia senang hati menerima begitu saja permintaan Wulan. Indira dengan tegas menolak ketika orang tuanya bertanya dan meminta jawaban kepadanya.
“Maaf, Mbak. Aku tak bisa menerima lamaran ini. Tak ada sedikit pun kepikiran kalau aku akan jadi istri kedua. Aku tak mau menjadi duri dalam rumah tangga orang lain,” tolak Indira.
“Tidak ... kamu bukanlah duri dalam rumah tangga kami. Aku tulus memintamu menjadi maduku. Aku mohon jangan tolak lamaran ini,” bantah Wulan. Dengan berbagai cara dia meyakinkan Indira agar menerima lamaran itu.
Dengan berat hati gadis itu menerima. Betapa leganya Wulan saat itu, ketika akhirnya Indira mengatakan kesediaannya. Dengan hati semringah Wulan pulang ke rumahnya yang jarak dengan rumah Indira tak jauh. Ternyata mereka bertetangga.
Tak sabar Wulan ingin menyampaikan kabar ini kepada suaminya, Aryo. Dia menunggu sampai sang suami pulang dari tempat kerja sore hari. Ketika suara mobil Aryo terdengar memasuki teras rumah mereka. Wulan segera berlari dan menghampiri Aryo di depan pintu.
“Asalamualaikum, Sayang,” sapa Aryo.
“Waalaikumsalam, Mas.” Sambut Wulan sambil mencium tangan Aryo takjub. Pria itu merangkul pinggang sang istri dan memberikan kecupan hangat di kepalanya. Aryo memang laki-laki yang romantis. Tak segan dia menunjukkan rasa cinta kasihnya kepada Wulan. Sungguh sebagai istri Wulan sangat bersyukur, tapi ada satu hal yang membuat Wulan merasa bersalah terhadap sang suami sehingga dia berani menyiapkan Indira menjadi Madunya.
Ya, saat ini Aryo belum tahu apapun tentang keinginan istrinya. Mempunyai istri sempurna di matanya membuat pria itu setia sampai sekarang. Apalagi rumah tangga mereka lengkap dengan hadirnya seorang anak tampan dan cantik bernama Danish dan Ria.
Danish berusia tujuh tahun, sedangkan Ria masih berusia empat tahun. Betapa sempurnanya bahtera rumah tangga mereka.
Setelah kecupan mendarat di kepala Wulan, Aryo masuk ke dalam kamar diikuti sang istri di sampingnya. Wulan menyuruh Aryo untuk mandi dan dia menyiapkan pakaian untuk suaminya. Ketika Aryo sudah masuk ke kamar mandi, dia pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih yang Terbagi /Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua
RomantikBukan impian Indira menikah dengan Aryo apalagi menjadi istri kedua. Permohonan Wulan --istri pertama Aryo lah yang membuat Indira akhirnya menerima lamaran pernikahan itu. Apakah alasan Wulan menghadirkan Indira dalam rumah tangganya? Akankah Indir...