Bab 39. Ada apa dengan istriku?

3.6K 137 0
                                    

Suara dering ponsel di saku celana Aryo terdengar, memotong obrolan antara mertua dan menantu tersebut. Ternyata, Wulan lah yang menghubungi Aryo. Pria itu pamit untuk mengangkat telepon kepada kedua mertuanya. Setelah mendapat izin, ia berjalan menjauh dari ruang IGD tempat Indira ditangani. Suara salam terdengar ketika baru saja mengangkat panggilan tersebut, dan Aryo pun membalasnya.

“Mas di mana? Bagaimana dengan Ira? Apa udah ketemu?” cecar Wulan terdengar khawatir di seberang sana.

“Sayang ... mas hari ini mungkin belum bisa pulang ke rumah. Juga, enggak akan dulu pergi ke kantor. Mas mau ambil cuti beberapa hari ke depan,” jawab Aryo membuat kening Wulan berkerut di seberang sana.

“Lho, memangnya Ira belum juga ditemukan?” Wulan kembali bertanya, membuat Aryo menghela napas berat, berusaha mengurangi beban di dada yang terasa menyesakkan. Pun pikirannya yang masih belum tenang sambil menanti kabar dari dokter mengenai kondisi Indira di ruang IGD.

“Mas sedang di rumah sakit.”

“Siapa yang sakit, Mas? Apa terjadi sesuatu terhadapku Ira? Kenapa dia?” berondong Wulan dengan nada terkejut.

“Ira ... melakukan percobaan bunuh diri dengan menyayat nadinya,” gumam Aryo dengan suara lirih, sarat akan luka di setiap kata yang terlontar.

“Apa? Mas jangan bercanda! Bagaimana mungkin dia melakukan hal itu?”

“Mas serius, Sayang.”

“Tapi kenapa?”

“Biar nanti Mas akan jelaskan semuanya kalau sudah pulang ke rumah. Jaga diri dan anak-anak, ya,” ujar Aryo. Wulan hanya menganjurkan napas. Ia ingin sekali mengetahui apa yang sudah terjadi, tetapi tak mungkin juga memaksa sang suami untuk menceritakan semuanya sekarang. Ini bukan waktu yang tepat.

Entah mengapa, rasa khawatir mulai menggulung di hati Wulan. Pun, merasa was-was, tetapi ia tak mengerti alasannya. Hanya saja, hati Wulan merasa tak tenang kini dan wanita itu memiliki firasat yang tak mengenakkan.

Tiba-tiba saja, pikirannya berlabuh kembali ke masa di mana Rama menceritakan segalanya dosanya terhadap Indira. Wanita yang ia nodai dalam keadaan emosi, cemburu, pun pengaruh minuman beralkohol yang pria itu sempat minum. Ketakutan dan perasaan bersalah kembali menggulung hati wanita itu.

Tanpa ada sebab mata Wulan berkaca-kaca. Perasaan apakah ini? Ia pun sama sekali tak mengerti apa yang telah terjadi dengan dirinya.

Sedangkan, di rumah sakit, ketika panggilan sudah diakhiri Aryo kembali ke tempat kedua mertuanya menunggu Indira mendapatkan penanganan. Terlihat, seorang dokter keluar dari ruangan tersebut, disusul beberapa perawat.

Bunda dengan tak sabar menghampiri dokter tersebut sambil mencecarnya dengan segala pertanyaan.

“Bagaimana keadaan putri saya, Dok?”

Pertanyaan tersebut tertangkap oleh Aryo, dan pria tersebut langsung bergegas untuk segera menghampiri dokter dan kedua mertuanya. Tak sabar juga mengetahui kondisi sang istri.

“Putri Ibu dan Bapak Alhamdulillah selamat. Luka sayatan di tangannya tidak terlalu dalam. Dia sudah melewati masa kritisnya di dalam. Mungkin, beberapa waktu akan kembali siuman. Tapi, ada ada sesuatu yang harus kami tanyakan,” ucap Dokter tersebut dengan mimik serius.

“Iya, Dok ada apa?”

“Siapa itu Rama dan Aryo? Beberapa kali dia mengigau kedua nama tersebut. Tapi, sepertinya itu bukan hal yang bagus. Putri Bapak dan Ibu seperti tengah tertekan. Mungkinkah ini penyebabnya?” tanya Dokter paruh baya yang bernama Anwar di nametag yang dipakainya.

Kasih yang Terbagi /Bukan Inginku Menjadi Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang