Bab 6. Rahasia Besar yang Disembunyikan

4.6K 190 0
                                    

Wulan berusaha tersenyum dan berpikir positif ketika melihat suaminya menggendong Indira. Entah apa yang dirasakan oleh wanita itu. Yuri yang ada di sebelah Wulan ikut tercengang. Bagaimana mungkin kakaknya pulang dengan seorang wanita? Dan tunggu!
'Bukankah wanita itu Mbak Ira? Jadi, dugaanku benar? Mas Aryo berselingkuh dengannya? Mungkinkah cinta bersemi kembali saat Mbak Ira kembali?' batin Yuri.

Aryo membawa tubuh Indira ke kamar ditemani ibunya. Meski dalam hatinya berkecamuk rasa tak nyaman serta gelisah takut istrinya salah paham. Dia tak mungkin mengabaikan Indira yang sedang pingsan. Dia tahu bagaimana kalau gadis itu selalu drop jika tubuhnya kedinginan.

Setelah merebahkan tubuh gadis itu di kasur. Aryo berpamitan keluar.

"Tadi, kulihat dia sedang menunggu di halte bis dengan keadaan setengah basah dan kedinginan. Jadi, kuajak kami pulang bersama. Motornya nanti akan diantarkan oleh orang suruhanku," jelas Aryo saat melihat Ibu Indira memandangnya dengan segala pertanyaan.

"Terima kasih, Nak Aryo sudah mengantar Indira. Dia memang sering begini kalau kedinginan. Maaf jika putriku merepotkan."

"Tidak, Tante. Bukankah memang sewajarnya seseorang membantu tetangga yang sedang kesusahan,"

Ibu Indira tersenyum lembut. Aryo pria yang sangat baik. Itu kesan yang diberikan wanita paruh baya tersebut. Pria itu keluar dari kamar setelah berpamitan. Meninggalkan ibu Indira yang akan merawat sang putri.

''Semoga saja tak terjadi apa-apa dengan dia,' batin Aryo.
Teringat dengan Wulan dan Yuri, gegas Aryo menemui mereka di ruang tamu. Namun, kata Pak Taufik ayahnya Indira mereka baru saja pulang. Hati laki-laki itu merasa tak tenang serta kegelisahan menyelimuti. Dia takut istri dan adiknya berpikir macam-macam.

Tak menunggu lama setelah itu Aryo berpamitan untuk pulang. Dia ingin segera menjelaskan segalanya agar tak terjadi kesalahpahaman.

Sampai di rumahnya. Wulan menyambut sang suami. Dia mencium tangan Aryo dengan takjub seperti biasa. Bahkan tak tampak ekspresi kemarahan apa pun di wajahnya. Sedangkan di sofa ruang tamu. Yuri duduk dengan sorot mata yang tajam dan menahan kemarahannya.

"Kak, aku ingin bicara. Ada sesuatu yang mau Kutanyakan." Aryo duduk di kursi sesuai keinginan sang adik. Menunggu apa yang akan dikatakan kepadanya. Pria itu tahu adiknya ini pasti perlu penjelasan terutama istrinya. Dengan tenang dia duduk sambil menatap wanita di hadapannya satu persatu. Menunggu pertanyaan demi pertanyaan yang akan diberikan padanya.

"Apa kakak mempunyai hubungan dengan Kak Ira?" tanya gadis itu.

Aryo terkejut tetapi mencoba menutupinya dengan masih bersikap tenang seperti tadi.

"Enggak, RI. Kakak hanya membantunya saat dia sedang dalam keadaan sulit. Biar kakak jelaskan. Jadi, kakak lihat dia di sebuah halte bis sambil menunggu hujan reda. Karena kasihan kakak mengajaknya untuk pulang bersama. Itu saja."

Yuri menatap sang kakak dengan tatapan menyelidik. Masih agak kurang percaya dengan jawaban sang kakak.

"Bener begitu, Mas? Mas jujur, 'kan?" Mata Yuri memicing. Mencoba menyelidik melalui ekspresi sang kakak. Namun, yang terlihat dari gestur tubuh Aryo dia sama sekali tak menyembunyikan apa pun.

"Untuk apa, Mas berbohong? Kamu percaya, 'kan, sama aku, Sayang?" Aryo memandang sang istri. Dia ingin tahu apa yang dirasakan Wulan. Lagi pula memang seharusnya dia menjelaskan.

Wulan mengangguk," Aku percaya, Mas. Lagi pula Indira 'kan calon istri, Mas. Memang seharusnya Mas Aryo membantunya. Aku akan merasa sedih kalau terjadi sesuatu terhadap Indira," jawab Wulan dengan suara lembut tetapi bergetar.

"Jangan mulai lagi, Sayang! Mas 'kan bilang tak ingin menikahi wanita lain. Jangan membahas hal ini terus"

"Tapi, Mas. Indira sudah menerima lamaranku!"

"Cukup, Dek. Jangan buat aku membentakmu." Aryo bangkit meninggalkan Wulan dan Yuri dengan kesal. Melangkahkan kakinya ke kamar serta langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sedang di ruang tamu, selepas kakaknya pergi. Yuri memandang Wulan dengan tatapan yang tak biasa. Dia ingin mendengarkan penjelasan kakak iparnya.

"Aku enggak tahu apa alasan Mbak Wulan kekeh meminta Mas Aryo menikahi Mbak Ira. Mbak harus tahu kalau dia itu __"

"Mbak hanya ingin Mas Aryo bahagia, RI." Cepat-cepat Wulan memotong perkataan adik iparnya. Dia tahu apa yang akan dikatakan sang adik, dan itu takut membuatnya berubah pikiran.

"Tapi kenapa menyuruhnya menikah lagi? Yang kulihat Mas Aryo bahagia dengan Mbak Wulan selama ini," tukasnya.

"Untuk saat ini Mbak mohon jangan tanyakan alasan menyuruh Mas Aryo menikah lagi. Mbak mohon kamu bujuk kakakmu buat menerima keinginan Mbak."

Yuri melotot mendengar permintaan Wulan. Dia menggelengkan kepala sambil menarik napas tak tahu harus mengatakan apa.

"Terserah, Mbak Wulan saja lah." Gadis berdiri dan meninggalkan Wulan yang termenung ketika melihat adik iparnya berlalu dari hadapannya.

'Bagaimana lagi cara yang harus kutempuh agar Mas Aryo mau menikahi Indira.'

Dia menyusul Aryo ke kamar mereka. Sambil menunggunya yang tengah mandi, Wulan menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya tersebut.

Sejenak dia merenungkan sesuatu. Berpikir langkah selanjutnya agar Aryo secepat mungkin menikahi Indira. Gadis yang menjadi cinta pertama suaminya.

Teringat sesuatu yang ditemukannya di gudang beberapa bulan lalu serta kilasan demi kilasan perkataan almarhum kakaknya sebelum meninggal membuat Wulan membuka laci. Mencari sebuah benda yang menjadi alasan dia menginginkan suaminya untuk menikahi Indira. Sesuatu hal besar yang harus dia rahasiakan.

Apa yang dirahasiakan Wulan kepada Aryo? Benda seperti apa yang menjadi alasan dia merelakan suaminya menikah lagi?

Bersambung ...







Kasih yang Terbagi /Bukan Inginku Menjadi Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang