Bab 38. Dia Cintaku!

3.1K 116 0
                                    


“Ayah takut Indira ada di dalam dan terjadi sesuatu. Makanya Nak Aryo Ayah panggil soalnya pintunya tertutup dan terkunci dari dalam. Kami tak memiliki kunci cadangan untuk kamar mandi, Nak,” terang Ayah panjang lebar.

Aryo mengangguk dan mencoba untuk mendobrak pintu kamar mandi yang terkunci tersebut. Dengan beberapa kali tendangan dan dorongan paksa, akhirnya pintu terbuka. Alangkah terkejutnya semua orang ketika melihat Indira sudah terkapar lemas dengan luka sayatan di pergelangan tangannya.

“Ira ...,” pekik Aryo. Alangkah panik luar biasa dirinya menyaksikan keadaan sang istri yang begitu memprihatinkan.

**

Dengan sekejap, Aryo langsung memangku tubuh sang istri yang telah bersimbah darah. Terlihat beberapa pecahan kaca, bisa semua orang tebak itu benda yang dipakai Indira untuk melukai dirinya sendiri. Air mata bunda merebak dengan tubuh tuanya yang mulai bergetar, pun Ayah yang hampir saja limbung saking syoknya.

“Yah. Bantu saya menyiapkan mobil. Kita bawa Ira ke rumah sakit sekarang,” pinta Aryo sesaat setelah memangku tubuh Indira. Ia sama paniknya dengan mertua, tetapi dirinya mencoba untuk fokus dan tetap tenang.

Ayah mengangguk setelah tersadar dari keterkejutannya, pria paruh baya tersebut mengeluarkan mobil tua milik keluarganya yang sudah beres diperbaiki dari bagasi rumah.

Aryo memang tak datang ke rumah istri mudanya tersebut dengan mobil, ia mengendarai motor karena merasa dengan memakai kendaraan roda dua tersebut membuatnya lebih praktis. Terpaksa, dirinya memakai mobil milik mertua.

Bunda mengekor di belakang menantunya yang tengah membawa tubuh sang putri yang sudah pucat pasi serta terkulai lemas mengikuti Ayah Indira. Setelah siap, Aryo meminta ibu mertua perempuannya untuk duduk di bangku belakang untuk menidurkan kepala Indira di atas pangkuan. Sedangkan Ayah mertua dan dirinya segera menghempaskan diri di jok depan, dan Aryo sebagai sopirnya.

Sepanjang perjalanan, Bunda tak henti-henti menangis sambil menyebut nama sang putri dan menepuk pipi Indira. Sedangkan Ayah, terus saja menganjurkan napas demi menetralkan detak jantung miliknya. Ia mencoba untuk tenang, walau pun ia pun memiliki riwayat penyakit jantung. Namun, pria paruh baya tersebut berusaha agar menahan sakitnya. Tak ingin memperparah kepanikan. Keselamatan sang putri lebih penting.

“Ra. Ini Bunda. Apa yang kamu lakukan, Nak? Kenapa sampai berbuat nekat seperti ini? Jangan tinggalkan Bunda. Bagaimana kami bisa hidup tanpamu.”

Bunda terus saja tergugu. Kerudung milik Indira telah bersimbah air mata sang Bunda. Tak kuasa wanita paruh baya tersebut melihat buah hati satu-satunya dalam keadaan menyedihkan seperti itu. Kilasan masa lalu putrinya kembali teringat. Kejadian yang menyebabkan sang putri kecelakaan dan kisah setelahnya membuat wanita paruh baya tersebut merasa sesak.

Dalam hatinya, terus keluar sumpah serapah untuk pria brengs*k yang telah membuat masa depan putrinya kehilangan masa depan.

Ayah tak banyak bersua, hanya saja, dirinya tak kuasa menyimpan luka dan kekhawatiran seperti sang istri.

Berulang kali Aryo melirik ke arah istrinya yang masih menutup mata, dada pria itu teramat sesak kini. Kalau saja, ia tak harus fokus ke jalanan, pria itu pasti akan histeris melihat wanita yang teramat dia cintai berusaha mengakhiri hidupnya sendiri.

Rasa bersalah kembali menggulung relung hati Aryo. Pria itu merasa dirinya tak berguna sebagai seorang suami. Bahkan, ia tak tahu ketika Indira dalam keadaan tertekan, sedangkan dirinya bersenang-senang dengan istri yang lain.

Mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Sampai, kendaraan roda empat tersebut telah sampai di rumah sakit dan Indira langsung dibawa ke ruang IGD untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Kasih yang Terbagi /Bukan Inginku Menjadi Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang