Bab 29. Pembicaraan Suami Istri

3K 98 0
                                    


🍃🍃🍃🍃

Aryo membuka pintu rumahnya bersama Wulan. Mengucapkan salam ketika kakinya menginjak lantai ruang tamu. Melewati tempat tersebut dan masuk ke ruang keluarga yang terdengar riuh anak-anak sedang tertawa.

Terlihat oleh Aryo anak-anak sedang bermain lari-larian dengan riangnya. Sampai-sampai mereka sama sekali tidak mendengar ucapan salam dari ayahnya tersebut dan belum sadar juga akan kedatangan pria tersebut.

Mungkin pula karena suara teriakan anak-anak dan televisi yang terdengar keras sehingga Wulan pun sama sekali tidak sadar Aryo pulang.

Aryo menghampiri anak-anak, lalu sigap memangku tubuh Ria yang tengah berlari.

“Assalamualaikum, Sayang. Putri ayah lagi apa? Lagian main sama kakak, ya? Sampe enggak dengar ayah pulang,” sambut Aryo. Semua orang yang ada di sana menoleh termasuk Danish dan Wulan. Sedangkan mertua pria tersebut sedang tidak ada karena ada urusan di luar.

“Papa udah pulang!” teriak Danish girang sambil memeluk tubuh Aryo yang masih berjongkok sambil memangku Ria.

“Lho, Mas udah pulang? Kukira hari ini jadinya enggak pulang ke sini?” tanya Wulan heran. Dia langsung menghampiri sang suami serta mencium tangan Aryo takjub dan dibalas ciuman di kening oleh pria tersebut.

“Kenapa Papa enggak jadi pulang ke sini? Terus Ayah pulangnya ke mana dong?” tanya Danish polos. Di umurnya yang sekarang, ia memang lebih banyak ingin tahu dan segala macam yang didengarnya akan ditanyakan.

Bukannya menjawab Aryo hanya membisu. Ia bingung harus menjawab apa untuk pertanyaan dari putranya tersebut yang sudah mulai kritis.

“Papa kan harus lembur di kantor, Sayang. Kalau lagi banyak kerjaan. Jadi, Papa pulangnya ke kantor. Nginap di sana,” bohong Wulan setelah melihat sang suami yang seperti kesusahan menjawab pertanyaan putranya.

“Oh gitu, ya, Ma. Moga aja Papa kerjaannya enggak banyak terus bisa pulang tiap hari,” celoteh Danish.

“Huum ....” dukung Ria yang mulai mengerti apa yang orang lain katakan namun masih cadel saat mengobrol.

Aryo salah tingkah, pun Wulan yang tersenyum agak samar. Karena yang putranya harapkan itu, sepertinya Aryo tidak bisa mengabulkannya. Bagaimanapun, dirinya telah memiliki dua istri dan harus berbagi waktu bersama.

Di saat kebingungan yang melanda pasangan orang tua tersebut, Yuri keluar dari kamarnya dan menghampiri mereka. Dengan cepat Wulan menyuruh Danish dan Ria bermain dengan Yuri.

“Kakak sama adek main dulu sama tentu Yuri, ya. Papanya kan baru aja sampe rumah. Pasti masih capek. Biar Papa mandi dulu, ya.” Mendengar ucapan Wulan, Ria dan Danish terpaksa melepaskan pelukannya terhadap Aryo. Padahal, ia masih rindu terhadap sang Papa.

“Papa mandi dulu, ya, Sayang. Entar kalau udah bersih Papa turun terus ajak kalian main, ya.”

“Iya, deh. Yuk dek kita main sama tanteu Yuri dulu,” ajak Danish kepada adiknya kemudian kembali berbalik menatap Aryo yang hendak berdiri.



“Bener, ya, Papa janji kita main kalau Papa udah mandi?” ujarnya sambil menyodorkan telunjuknya tanda meminta Aryo berjanji. Dan melihat kelakuan lucu putranya tersebut membuat pria itu menyambutnya dengan menautkan jari kelingkingnya juga.

Setelah itu, Aryo masuk ke dalam kamar diikuti Wulan di sampingnya. Setelah pintu tertutup, Wulan memulai berbicara.

“Mas kok enggak langsung ke rumah Indira? Aku rasa dia lebih butuh Mas dibandingkan aku.” Wulan memandang Aryo yang mulai membuka kancing kemejanya, lalu setelah terbuka, pakaian kotor tersebut Aryo masukkan ke dalam keranjang cucian di sudut kamar.

Kasih yang Terbagi /Bukan Inginku Menjadi Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang