🍃🍃🍃🍃
Aryo terus menepuk-nepuk pipi Indira karena sejak dari tadi wanita itu belum juga siuman. Itu semua membuat Aryo gelisah tidak menentu. Diusapnya pipi sang istri yang kepalanya ia baringkan di pangkuannya. Perlahan, mata Indira mengerjap kemudian terbuka dengan sempurna. Ia dapat melihat wajah Aryo yang sedang menundukkan kepalanya memandang wajah wanita itu.
“Alhamdulillah kamu sadar, Sa ... ehmm, Ra.” Saking bahagianya pria itu, ia hampir saja keceplosan kembali memanggil Indira dengan panggilan sayang. Memang tidak ada yang salah, toh mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Akan tetapi, mengingat masih ada jarak di antara keduanya membuat Aryo tidak terlalu terang-terangan menunjukkan perasaannya.
“Mas, aku kenapa?” tanya Indira masih memegang kepalanya karena masih sedikit pening.
“Tadi kamu pingsan, Ra. Apa kamu lupa? Tadi, kepalamu seperti kesakitan. Kamu enggak apa-apa, kan? Apa masih sakit?” tanya Aryo.
Indira ingat apa yang terakhir kali ia rasakan. Sebelumnya bayangan seperti mimpi berputar begitu saja. Semakin Indira memaksakan diri untuk mengingatnya, wanita itu semakin kesakitan di area kepalanya. Setelah itu, segalanya terlihat gelap. Meski begitu, Indira masih setengah sadar. Ia tetap dapat merasakan serta mendengar bagaimana paniknya sang suami. Indira juga merasakan saat Aryo memangku tubuhnya serta membawanya masuk ke dalam mobil.
“Aku enggak apa-apa, Mas.”
Indira bangkit hendak duduk dan Aryo langsung sigap membantunya.
“Bisa minta tolong antarkan aku pulang, Mas?” pinta Indira, membuat suaminya menggeleng.
“Tidak, Ra. Kamu harus diperiksa dokter. Mas takut kamu sakit,” bantah pria itu. Namun, Indira kekeh tidak ingin pergi ke dokter. Dia meyakinkan sang suami kalau dirinya baik-baik saja. Wanita itu beralasan hanya kecapaian saja. Dan dirinya hanya butuh istirahat sejenak. Ini juga bukan kali pertama wanita itu jatuh pingsan. Indira memang sadar memiliki tubuh yang lemah dari dulu.
Meski ragu, tetapi Aryo tidak dapat menolak keinginan istri mudanya tersebut. Dia menyuruh bawahannya tersebut untuk putar balik. Lalu, meminta mengantarkan mereka ke alamat rumah Indira.
Sebenarnya, sejak tadi pria yang bernama Tedi tersebut heran bukan kepalang melihat reaksi atasannya kepada wanita yang ia tidak tahu siapa. Ya, Tedi adalah bawahan Aryo di kantor tempatnya bekerja. Ia sama sekali belum tahu Aryo telah menikah lagi dan memiliki dua istri.
Meski tidak mengatakan sepatah kata pun, Tedi yang sejak tadi memperhatikan segala perhatian Aryo kepada Indira membuatnya sungguh tidak percaya. Rasa hormat dan kagum yang selama ini ia lihat dari sosok Aryo seketika berubah menjadi rasa jijik. Tedi berpikir Aryo tengah berselingkuh dari Wulan. Sesuai yang dia tahu dan lihat.
Begitulah manusia, tanpa tahu kebenarannya, bisa seenaknya menyimpulkan kejelekan orang lain. Padahal, yang dilihat belum tentu benar. Semua orang di kantor Aryo kecuali atasannya serta asisten pria itu belum tahu dia sudah menikah untuk kedua kalinya. Yang para karyawan tahu Wulan lah istri pria itu.
Dari arah kaca spion, Aryo dapat melihat tatapan yang tidak biasa dari bawahannya tersebut. Seolah-olah mencibir atau terlihat memandangnya dengan sinis.
“Oh iya, Ted. Saya belum sempat mengenalkan Indira, ya. Dia ini, istri kedua saya. Kami baru menikah kemarin.” Ucapan Aryo membuat Tedi langsung terkejut bukan main. Sedikit heran dan bertanya-tanya apa kiranya alasan pria itu menikah lagi. Pria itu tebak Indira telah menggoda Aryo sehingga atasannya tersebut berani poligami.
![](https://img.wattpad.com/cover/289622030-288-k731126.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih yang Terbagi /Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua
Storie d'amoreBukan impian Indira menikah dengan Aryo apalagi menjadi istri kedua. Permohonan Wulan --istri pertama Aryo lah yang membuat Indira akhirnya menerima lamaran pernikahan itu. Apakah alasan Wulan menghadirkan Indira dalam rumah tangganya? Akankah Indir...