Bab. 47.

2.5K 100 0
                                    

Indira merasa kesusahan untuk bernapas karena Aryo begitu kuat memeluknya. Wanita itu melepaskan pelukannya. Pria itu membungkukkan badannya di depan Indira hingga membuatnya tak nyaman. Jemarinya mendorong bangkunya ke belakang agar ia bisa menghindar.

"Kamu mau ngapain, Mas?"

"Apa perlu aku sujud di kakimu agar aku bisa membuktikan rasa cintaku padamu? Betapa aku mengkhawatirkan keadaanmu. Apa masih ada tempat yang lebih nyaman untuk berbagi cerita selain kepada pasangan sendiri?"

Wanita itu tercengang atas ucapan Aryo. Matanya bersitatap dengannya. Tangan Aryo meraba ke bawah hendak mencari bunga yang terjatuh.

"Mas kok ngomongnya begitu."

"Kamu aja nggak percaya sama, Mas," jawabnya seraya bangkit dan kembali duduk di kursi kemudi. Sementara Indira membetulkan bangku ke posisi semula. Ia menghembuskan napas lega sembari mengusap dada.

"Aku percaya kok sama, Mas."

"Kalau percaya, berarti kamu bisa cerita sama, Mas," ucap Aryo.

Indira tersenyum dan mengangguk. Senyum di bibir Aryo semakin mengembang. Ia mencium keningnya sambil mengucap terima kasih.

"Apa Mas pernah punya mantan di kantor?"

"Maksud kamu?"

Sebelum mulai melanjutkan ceritanya, Indira menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan.

"Tadi aku didatangi sama beberapa wanita waktu lagi di kamar mandi. Apa mereka barisan sakit hati atas pernikahan kita?"

Aryo tak bisa menahan tawa. Ia mencubit pipi Indira dengan gemas. Menatapnya dengan tatapan penuh cinta. Merasa di perhatikan oleh Aryo, wanita itu membuang muka ke samping.

"Lihatinnya gitu banget, Mas. Apa ada yang salah dengan ucapanku?"

Pria itu menggeleng cepat. Ia senang karena Indira cemburu yang artinya dia sangat mencintainya.

"Apa kamu cemburu?" tanya Aryo.

"Buat apa aku cemburu sama mereka," jawab Indira ketus sambil mengalihkan muka ke arah lain.

Aryo mulai menggoda Indira dengan menggelitik pinggang sang istri sampai membuat wanita itu tertawa. Keduanya asyik bercanda dan bercerita hingga tak terasa ada seseorang yang mengetuk kaca dari luar.

"Kalau pacaran jangan di jalan, woy! Mending ke hotel aja sekalian!" teriak seorang pria dari luar.

Aryo membuka kaca dan meminta maaf. Ia bergegas mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, keduanya saling lirik dan tertawa terbahak-bahak.

"Lucu ya orang tadi masa kita dikira pacaran," ujar Aryo.

Ucapan Aryo membuatnya terbawa pada situasi silam yang menimpa mereka. Masa lalu yang mereka lalui dengan penuh kebahagiaan hingga sebuah petaka menimpa Indira dan membuatnya harus berpisah. Pria itu harus hidup dengan orang lain yang kini menjadi istri pertamanya.

Takdir cinta menyatukan cinta mereka. Indira sangat bahagia pada akhirnya ia bisa ada di samping pria yang sangat dia cintai. Walau takdir harus menjadikannya sebagai istri kedua.

Orang-orang pasti akan menganggapnya sebagai perusak rumah tangga. Walau pada kenyataannya istri Aryolah yang menjodohkan mereka. Wanita itu menyenderkan tubuhnya dengan pikiran yang berkecamuk.

"Aku merasa bersalah Mas sama mbak Wulan," lirih Indira.

Ucapannya membuat Aryo harus menghentikan mobilnya secara mendadak.

"Merasa bersalah kenapa, Sayang?"

Indira memejamkan mata sesaat, lalu menatap wajah Aryo. Suasana menjadi hening. Hanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Kasih yang Terbagi /Bukan Inginku Menjadi Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang