Bab 35. Kisah Dibalik Malapetaka (3)

2.2K 87 0
                                    


“Sebentar lagi rencana kita berhasil, Om. Indira tak lama lagi masuk perangkap kita. Ia akan menjadi istri sandiwaraku. Setelah Aryo menikahi adikku, Indira akan kuceraikan. Om kan tahu, Papa dan Mama tak akan suka dengan wanita rendah seperti Indira. Lagi pula, aku tidak mencintainya. Dia bukan levelku.”

Kejutan kembali Indira dapatkan. Ia tak menyangka ternyata selama ini, dirinya telah tertipu dan masuk perangkap mereka. Tega sekali kedua orang ini. Tapi kenapa, bukankah ia sudah rela pergi menjauh, sampai-sampai mengganti nomor ponsel agar Aryo tak dapat menghubunginya? Apa itu masih kurang?

Indira menutup mulutnya. Ia sungguh terkejut dengan yang baru saja dia dengar. Rasa sakit mulai menggerogoti hatinya.

“Tega sekali. Apa salahku kepada mereka?” gumam Indira sambil meraup banyak-banyak udara di sekitarnya yang terasa mulai menipis. Sesak, itu yang kini wanita itu rasakan.

Orang yang dikira akan mengobati rasa kehilangan atas sosok Aryo yang terpaksa ia lepaskan. Ternyata, menjadi bagian dari rencana licik bersama orang tua pria yang dia cintai.

Tubuh Indira menegang. Air matanya luruh seketika membanjiri pipi putih gadis itu. Lalu, diusapnya dengan kasar.

Indira tak akan membiarkan kedua orang itu melakukan hal seenaknya. Ia sangat bersyukur, Tuhan menunjukkan segalanya sebelum semua terlambat. Bagaimana nasib kalau dirinya telah sah menjadi istri Rama? Hidup Indira pasti akan hancur. Apalagi, Rama berniat untuk meninggalkannya setelah rencananya berjalan mulus.

Tidak!

Indira berpikir harus membatalkan pertunangannya dengan Rama segera. Dan wanita itu tak mungkin Sudi lagi menikah dengan laki-laki brengsek seperti Rama.

Cukup sudah Indira mendapatkan informasi yang mengejutkan hari ini. Wanita itu merasa sudah terlalu lama meninggalkan Juna yang sudah pasti menunggu di meja tadi. Indira bergegas pergi dari sana dengan mengendap-endap.

Namun, nahas ketika berbalik, tubuhnya tak sengaja menyenggol nampan yang tengah pelayan bawa hingga menjatuhkan makanan ke lantai. Suara piring pecah terdengar mendominasi ruangan yang notabenenya sepi tersebut. Apalagi, Indira dan pelayan tersebut pun tak sadar memekik saking terkejutnya.

“Maafkan saya, Mbak. Maaf ... saya sungguh tidak sengaja. Biar nanti saya bayar kerugiannya,” ujar Indira ketika melihat pelayan tersebut meredupkan wajahnya.

Suara Indira membuat Rama dan Tuan Wijaya terkejut dan menoleh ke asal suara. Mata mereka membulat karena dapat menangkap visual orang yang sedang mereka bicarakan.

“Om ... jangan-jangan ...,” bisik Rama dan membuat kedua pria beda usia itu saling bertatapan.

Rama segera berdiri dan menghampiri Indira dan meraih lengan wanita itu. Membuat Indira yang sedang berjongkok membantu pelayan membereskan pecahan piring langsung berdiri karena tarikan Rama yang kuat.

“Ra ... sedang apa kamu di sini?”

Indira gelagapan, seakan sedang ketahuan sudah menguping. Namun, ucapan Rama tadi terus terngiang di benaknya. Indira langsung tersadar dan menepis tangan sang tunangan di lengannya.

“Maaf, Mas. Jangan pernah menyentuh saya sedikit pun. Anda harus menghargai perempuan. Kita bukan mahram,” sarkas Indira tak ingin mengatakan sesuatu di hadapan orang lain. Apalagi, masih ada pelayan yang tadi sejak memperhatikan dirinya dan Rama.

Namun, mendengar penolakan calon istrinya, kakak Wulan itu langsung naik pitam. Emosinya mulai terpancing. Sejak dulu, dirinya tak suka dibantah, tetapi setelah mendengar penolakan dari Indira, Rama mulai tak terima. Apalagi, kata-kata calon istrinya tersebut berubah menjadi formal dan itu membuat Rama yakin kalau tunangannya pasti telah mengetahui sesuatu.

Kasih yang Terbagi /Bukan Inginku Menjadi Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang