8. Mas Kawin

2.8K 502 34
                                    

"Giselle"

Giselle yang sedang fokus pada ponselnya langsung menoleh. "Kak Arji? Kenapa, Kak?"

Jioon dengan semangat menghampiri Giselle. "Liat Tara nggak?" tanyanya. "Biasanya dia bareng sama lo."

"Ghista?" Giselle lebih mengenal Tara sebagai Ghista. Anak-anak kampus juga begitu. "Dia nggak ke kampus hari ini. Jadwalnya besok, Kak."

"Lah? Kok lo ke kampus?"

"Gue ada urusan BEM," jelas Giselle. "Kalo Tata anaknya nggak main begituan."

Jioon tertawa kecil. "Mainnya drakor, sih, tu anak," gumam Jioon. "Oke, deh. Makasih, ya--"

"Eeeh, sebentar, Kak." Giselle menahan Jioon yang sudah siap pergi. "Gue mau nanya sesuatu."

"Apaan?" Alis kiri Jioon sedikit terangkat. "Nanyain radio?" tebaknya. Lelaki ini tahu Giselle adalah pendengar aktif radionya.

"Bukan," balas Giselle cepat. "Nanyain Ghista."

Alis Jioon semakin menukik. Kerutan di keningnya terlihat jelas. "Tara kenapa?" tanyanya. "Lo lebih deket sama dia, kan?"

"Nah, karena gue cukup kenal sama Ghista. Gue aneh liat lo bisa akrab samanya. Tata bukan jenis manusia yang gampang deket sama orang lain. Senior di jurusan sendiri aja dia nggak hafal, Kak. Kok bisa dia deket sama lo?"

"Orang tua kita saling kenal. Gue sama Ghilang juga cukup deket, kok." Ini satu-satunya alasan paling logis yang Jioon punya.

"Kalo Ghilang anaknya emang gampang akrab sama siapapun, tapi Tata bukan orang yang kayak gitu. Kok, lo bisa akrab sama dia?"

"Kok bisa?" gumam Jioon. Otaknya berpikir keras untuk memberikan alasan yang sesuai dengan keinginan Tara. "Bisa aja, sih. Kan nggak ada yang nggak mungkin." Otaknya tak bisa menemukan jawaban logis. "Gigi sama Zayn aja bisa putus. Padahal udah punya Rafathar."

Giselle pendengar lama dari siaran Jioon saja masih tetap shock saat mendengar celetukan asal idolanya ini. "Oooh, okay ...," balasnya. "Iya, bisa aja, sih."

"Bisa, kan?" tanya Jioon meyakinkan. "Udah, ye. Gue buru-buru. Bye Jijeeel!"

Tak ada balasan dari Giselle. Perempuan itu sedang berpikir keras akan jawaban yang sebenarnya. Bagaimana bisa seorang Arjioon mencari Ghistara. Temannya dari awal masuk kampus itu paling jarang bersosialisasi, ia bahkan tak mau terlihat oleh para senior atau junior di jurusannya. Hal itu tentu membuat Giselle curiga karena senior hits sekelas Jioon menyadari kehadiran Tara.

.
.
.

"Ra, lo ada di mana?"

"Hallo?" Suara anak kecil menyambut indra pendengar Jioon.

"Leon?"

"Uncle Jioon?" balas anak laki-laki yang menguasai ponsel Tara. "Uncle ngapain nelpon Aunty Tala?"

"Uncle yang harusnya nanya. Kamu ngapain mainin hape Aunty Tara?"

"Aku lagi sama Auty Tara. Kita lagi beli baju, terus sekarang Aunty lagi cobain bajunya."

"Leon cuma berdua sama Aunty Tara?"

"No. Ada Eyang Adel sama Eyang Tari juga." Leon--putra kakaknya Jioon--dengan fasih menjawab pertanyaan sang paman. "Uncle Jioon ngapain nelpon?"

"Bilangin ke Aunty Tara kalo Uncle nelpon," pinta Jioon. "Inget ya. Bilangin ke Aunty Tara."

"Iya! Uncle Jioon bawel!" Leon memutus panggilan suara tersebut. Ia kembali memainkan games di ponsel Tara.

Si Julid ARJIOON✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang