Senyum Jioon langsung terbit kala melihat istrinya masih bergelung di balik selimut. Sekarang sudah waktunya makan siang, tetapi Tara masih terlelap sejak subuh tadi. Jioon bahkan sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga, beres-beres, mencuci baju dan piring, bahkan sampai menyetrika beberapa pakaian yang bisa ia lipat.
Langkah Jioon semakin mendekat pada ranjang di mana istrinya masih terlelap. Ia ikut bergelung di samping sang istri, merapikan anak rambut yang mengganggu wajah Tara. Napas yang beraturan, ekspresi wajah yang tenang, dan mulut sedikit terbuka. Bagi Jioon, itu adalah pemandangan indah yang tak pernah bosan ia lihat.
Semalam Tara tak bisa tidur. Ah, lebih tepatnya tidak diberi kesempatan tidur. Perempuan itu bahkan baru terpejam selepas salat subuh. Jadi, masuk akal kalau ia masih enggan membuka matanya sampai tengah hari ini. Selain kelelahan, tubuh Tara juga terasa remuk, tadi subuh saja kakinya kehilangan tenaga saat akan beranjak untuk mandi besar.
Untungnya Jioon sebagai pelaku utama sadar diri. Ia juga semalaman begadang dan baru tidur setelah salat subuh. Tetapi, dua jam lalu Jioon sudah kembali bangun, lalu mengerjakan semua aktivitas yang biasanya Tara lakukan. Semuanya, kecuali berbelanja ke pasar.
Mengingat tingkah Tara semalam yang sangat berbeda membuat senyum Jioon semakin merekah. Perempuan pemilik gengsi tinggi itu berani memulai permainan. Wajah Tara yang merah padam saat duduk di atas pangkuannya bahkan masih Jioon ingat jelas. Belum lagi kata-kata sedikit kotor yang terus terlontar dari bibir perempuan itu.
Sisi lain Tara yang baru telah Jioon temukan. Dan, akan Jioon pastikan pula hanya ia yang dapat melihat itu. Tak ada orang lain yang mendengar suara, tatapan mata, bahkan ucap Tara semalam.
"Selamat pagiii," sapa Jioon saat istrinya mulai mengerjap. Senyum teduh langsung ia beri pada Tara yang belum sadar sepenuhnya. Ibu jari Jioon dengan tenang terulur untuk mengusap liur di sudut bibir sang istri. "Nyenyak banget tidurnya, sampe ngiler, niiih."
Tara berdecak. Ia baru bangun, tetapi sudah mendapat ledekan dari suaminya. "Sekarang jam berapa, Mas?" tanyanya sembari merenggangkan tubuh yang masih terasa nyeri. "Hari ini waktunya belanja mingguan."
"Sekarang udah setengah dua belas--"
"Seriusan?" pekik Tara dengan refleks beranjak dari posisi tidur. Niat untuk langsung berdiri seketika sirna, punggungnya masih terasa nyeri, belum lagi area bawah yang juga ngilu.
Mendengar istrinya meringis membuat tangan Jioon terulur untuk mengelus punggung Tara. "Masih sakit?" tanyanya menatap cemas. Gerakan jari Jioon bahkan sedikit memijat area pinggang bawah Tara. "Mau dipijit--"
"Nggak!" tolak Tara cepat. Ia bahkan langsung menjauh dari suaminya. "Semalem aja janji pijet, geraknya ke yang lain!" Bibir Tara merengut, dengan mengumpulkan semua tenaga ia berusaha beranjak dari kasur, ia tak akan percaya dengan tawaran Jioonn gara-gara kejadian semalam.
Giamana Tara tidak percaya. Dini hari tadi, saat ia mengeluh tentang tubuhnya yang pegal-pegal, Jioon menawarkan pijatan di punggung setelah pergulatan panjang di ronde yang kesekian. Awalnya memang benar, Arjioon memijat punggung Tara, menekan area yang sakit dengan hati-hati, tetapi tangan suaminya itu menjalar ke bagian lain, dan berakhir dengan ronde berikutnya hingga membuat tubuh Tara semakin ngilu dan mereka berakhir saat alarm ponsel Tara berdering.
"Kali ini seriusan pijet," bela Jioon yang beringsut duduk dengan telunjuk dan jari tengah membentuk v sebagai simbol janji. "Waktu semalem kamu nggak pake baju. Kan, aku jadi mau lagi."
Bola mata Tara memutar malas. Ia memilih untuk keluar, niat awalnya ingin ke dapur, tetapi fokusnya teralihkan pada suasana apartemen yang rapi, dan tumpukan baju di ruang tengah. Senyuman di wajahnya seketika terbit, rasa kesal pada Jioon juga ikut sirna kala melihat semua pekerjaan rumah tangga sudah selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Julid ARJIOON✓
General FictionDi balik tingkah nyinyir dengan mata tajam Jioon, dia menyimpan rahasia yang ia tanggung sendiri. Penyiar radio yang selalu membuat tawa orang sekitar itu rupanya tak cukup untuk memberi warna pada hidupnya. Semua rahasia Jioon mulai terungkap ketik...