46. Sidang

3.8K 524 92
                                    

Kali ini Tara membangunkan suaminya lebih awal. Sebelum waktu subuh berkumandang, ia sudah berkali-kali menggoyang tubuh Jioon yang masih terlelap. "Kak Jioon, katanya mau latihan dulu sebelum berangkat," desak Tara. Posisinya bahkan sampai kembali naik ke ranjang dan menarik tangan sang suami. "Kak Jiooon!"

Tubuh Jioon mengeliat, lelaki itu masih enggan membuka mata. Posisinya bergerak sedikit, mencari tubuh Tara dan memeluknya dengan erat. "Lima menit," gumamnya yang sudah bersembunyi di perut sang istri.

"Nggak, ih! Bangun, Kak!" Tara memukul-mukul pelan pundak Jioon, masih berusaha membangunkan sang suami. "Arjioon Putra Parswera! Bangun atau aku aku biarin sampe siang? Sekalian nggak jadi sidang skripsi!" ancamnya sembari mendorong Jioon yang kembali terlelap.

Sebenarnya Tara tak tega mengganggu Jioon. Semalam setelah pulang siaran, mereka melakukan geladi resik, suaminya itu sampai 2 kali presentasi, lalu disusul dengan tanya jawab dengannya. Meskipun tak sampai tengah malam, tetap saja waktu tidur suaminya ini kurang.

Tara masih bisa berkata tak tega kalau waktu tidur suaminya ini kurang. Padahal ia pun sama. Sepulang ke apartemen lanjut menyiapkan untuk makan malam danm bekal besok, lalu terlelap tidur setelah lelah tanya jawab bersama Jioon. Perempuan itu sama lelahnya seperti Jioon, tetapi tidak dirasa.

Setelah guncangan dan pukulan yang kesekian dari Tara, akhirnya Jioon membuka mata, dan duduk sebentar dengan kepala yang kembali bersandar di kepala sang istri. "Ketika seseorang merasa puas dalam membeli atau memakai jasa atau produk di suatu tempat, ia cenderung akan menceritakan pengalamannya tersebut kepada orang lain, khususnya kepada orang terdekatnya ...," gumam Jioon dengan mata terpejam. Sejak semalam materi-materi dari skripsinya terus menghantui sampai ke mimpi, "Pada era digitalisasi seperti saat ini, WOM telah berubah nama menjadi e-WOM. Memang ada perbedaan antara WOM dan e-WOM seperti yang disebutkan oleh Bruyn & Lilien ...."

Senyum Tara kembali terbit, ia mengusap-usap kepala suaminya. "Kak, mending mandi dulu, terus salat," ajaknya dengan lembut. Beberapa hari kebelakang ini, nginggau suaminya selalu tentang electronic word of mouth, materi skripsi lelaki itu. "Kak Jioon."

"Iya ...," balas Jioon yang akhirnya beranjak dari kasur. Dengan langkah gontai ia menuju kamar mandi, sedangkan mulutnya masih terus bergumam, kali ini tentang metode penelitian.

Setelah ranjang king size itu kosong, Tara langsung merapikannya. Melipat selimut dan menarik semua sudut seprai agar tidak berkerut. Dua bantal yang biasanya hanya terpakai satu juga ia susun, lalu disusul dengan guling yang selalu berakhir di lantai karena Jioon lebih suka guling bernyawa.

Hari ini apartemen sudah rapi bahkan sebelum subuh. Selain karena sudah Tara cicil sejak malam, perempuan itu juga telah menyelesaikan sisanya tadi. Sarapan dan bekal pun sudah tertata di meja makan. Baju untuk Jioon sidang, sepatu serta dasinya, telah Tara siapkan di walk in closet. Ghistara bahkan tak melupakan perlengkapan untuk suaminya salat Jumat di kampus.

"Kak, tunggu bentar. Aku wudu dulu, kita jemaah," tahan Tara saat Jioon selesai mandi dan bersiap menggelar sajadah.

Jioon yang baru saja akan memakai sarung seketika terdiam. "Kamu udah selesai haid?" tanyanya. "Sejak kapan? Kenapa baru bilang."

"Baru tadi keramas," balas Tara lalu berlari menuju kamar mandi. Khusus hari ini tidak boleh ada detik yang terlewati dengan sia-sia. Waktu yang Tara miliki sangat berharga, demi menyokong kelancaran sidang skripsi sang suami. "Ayo, Kak." Tara sudah kembali dengan wajah yang masih basah, perempuan itu bergegas mengambil mukenanya.

"Belum adzan, Sayaaang." Jioon tak bisa menahan tawa kecilnya, tingkah istrinya ini memberi berhasil mengusir gelisah walau sesaat. "Orang baru jam empat, aku mau tahajud dulu."

Si Julid ARJIOON✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang