22. Harinya Jioon

3K 468 102
                                    

"Ji, beliin gue ketoprak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ji, beliin gue ketoprak. Cabenya dua aja, terus sama teh poci di sebelah."

Jioon langsung menerima uang dari seorang wanita yang sudah siap menunggu jam makan siang. "Nggak pake nasi, kan, Mbak?"

"Kagak. Itu aja."

"Eh, Ji. Gue juga nitip, mau bakso sama poci juga."

"Baksonya aja, Mas?"

"Campur, deh. Saos sama sambelnya jangan banyak-banyak."

"Siap."

"Siapa lagi ini? Mbak Nita mau nitip nggak?" Jioon mengelilingi bagian keuangan dengan semangat. "Pak Reza nggak mau pesen sop buntut?"

Rutinitas baru Arjioon di siang hari adalah menjadi juru titip para karyawan di kantor sang papa. Dengan seragam biru muda yang selalu ia cuci diam-diam di kamar mandi studio radio, laki-laki itu terus menawarkan titipan makan siang kepada pegawai keuangan.

"Siang Pak Yanto, mau nitip makan siang nggak?"

Manajer keuangan dan satu-satunya yang tahu bahwa Jioon adalah putra bungsu dari pemilik perusahaan ini tentu saja langsung tersenyum sopan. "Nggak, Ji. Saya ada jadwal makan siang sama klien," jawab pria paruh baya itu sembari menepuk pelan pundak Jioon.

"Ji, buruan beli makanan. Gue udah laper! Abis ini ada meeting sama anak pemasaran," perintah seorang pria saat pimpinnya sudah keluar dari ruangan. "Inget! Batagor pake kupat!"

"Ini udah nggak ada lagi?" tanya Jioon yang kembali lanjut berkeliling. "Fotocopy, fotocopy? Biar sekalian."

"Cepet, Ji! Lelet lo!"

Jioon hanya menyengir dan setelah itu langsung bergegas menuju lift yang akan membawanya ke lobby. Laki-laki itu selalu bersemangat membeli makan siang untuk para pegawai walaupun saat makanan datang ia akan menerima satu atau dua proteskarena pesanan mereka salah.

From: Tuan Tua Haris
Abis makan siang. Saya tunggu di kantor FEB.

"Gukguk!" Mata Jioon seketika membulat. Demi tuhan, pesan dari dosen pembimbingnya selalu membuat ia mengeluarkan kata-kata kasar. Untung saja tadi lidahnya berhasil memperhalus nama hewan menggonggong itu. "Gue chat dari zaman prasejarah, dia balasnya pas udah di era Doraemon," dumal Jioon, tetapi masih tetap membalas pesan tersebut dengan sopan.

Pembelaan dari Jioon, itu bukan bermuka dua. Ia hanya menjalankan kehidupan untuk bertahan di dunia yang menyebalkan ini. Ya, katanya gitu.

Dengan cepat Jioon memesan makan siang titipan pegawai keuangan di kantornya. Laki-laki itu juga sesekali mengecek data skripsinya yang sudah diolah. Untuk ukuran mahasiswa yang masuk kelas saja jarang, Jioon dapat dibilang cepat dalam progres skripnya. Walaupun, selama nabung paragraf mulut kotor itu selalu mengeluarkan keluhan dan kata-kata kasar.

Si Julid ARJIOON✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang