🔞
Chicken cordon bleu menjadi lauk makan malam kali ini. Senyum Jioon yang baru saja tiba tentu langsung terbit. Dada ayam yang dilumuri tepung roti ini memang makanan kesukaannya. "Makasih, yaaa," ucapnya karena Tara sudah memasakkan salah satu makanan yang selalu ia makan sebagai reward.
Lelehan mozzarella berpadu dengan smoke beef di dalam fille dada ayam berhasil menggoda liur Jioon. "Enak nggak?" tanya Tara saat suaminya mulai menikmati karya terbarunya bersama dengan kentang goreng. "Ini pertama kalinya aku bikin chicken cordon bleu. Ayamnya mateng, kan?"
Daging ayam yang juicy dengan bercampur dengan garam dan lada yang mendominasi langsung menyambut lidah Jioon. Acungan ibu jari ia beri sebagai jawaban. "Agak keasinan dikit, tapi masih aman soalnya saus yang kamu bikin pedes. Ini asinnya mungkin dari keju juga, Yang," jawabnya yang masih tetap memberi komentar. "Aku boleh minta nasi? Biasanya makan ini sama nasi."
"Pake nasi?" Tara menatap Jioon tidak percaya. Seingatnya setiap kali Bunda memasak cordon bleu karbohidrat yang tersedia di meja makan adalah kentang, entah itu goreng atau kukus. "Emang enak?"
Jioon mengangguk di sela-sela kunyahan mulutnya. "Nggak kenyang kalo nggak pake nasi, Yang," jelasnya yang memang memiliki perut lokal. Bahkan, lambungnya memiliki moto, 'Belum makan kalau belum telen nasi'.
"Ada, kok. Sebentar, aku ambil dulu." Tara yang juga sedang menikmati cordon bleu langsung beranjak menuju dapur. Menyiapkan nasi panas untuk suaminya. "Tapi, ini nasi pas pagi. Masih enak, kok."
"Nasi kemarin juga kalo masih enak tetep aku makan, Yang," balas Jioon yang antusias menerima piring berisi nasi dari sang istri. "Tau nggak, dulu aku kalo mau cordon bleu harus beli, soalnya Mama nggak mau bikin, katanya ribet." Mulut penuhnya sedikit maju kala menceritakan alasan sang mama yang malas membuatkan makanan kesukaannya.
Tara mengangguk setuju dengan perkataan mertuanya. Cara bikinnya memang cukup ribet, apalagi waktu menipiskan fillet ayamnya. Tapi, rasa pegal saat menipiskan daging mentah itu terbayar kala melihat suaminya makan dengan lahap. "Nanti aku buatin lagi," ucapnya sembari memindahkan potongan cordon bleu miliknya ke piring Jioon.
Seperti malam-malam biasanya. Tara dan Jioon terus berbincang selama di meja makan. Topik pembicaraan kali ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang ia terima dari dosen penguji. Mulut Jioon yang penuh dengan makanan, tetapi masih tetap terus berbicara. Untung saja lelaki itu tidak tersedak dan untungnya lagi Tara sudah ancang-ancang dengan segelas air mineral.
Obrolan di meja makan itu terasa sangat hangat. Mereka hanya berdua, tetapi percakapannya sangat menyenangkan. Ini entah karena Jioon yang memang pintar membuat obrolan menjadi menarik atau memang keduanya berada di frekuensi yang sama. Tara yang biasanya jarang bercerita saja selalu mengeluarkan banyak kata jika sedang bersama suaminya.
"Kamu mandi, gih," titah Tara sembari membereskan sisa makan mereka. Ia beranjak kembali ke dapur dengan tumpukan piring yang harus dicuci. "Abis ini aku siapin baju gantinya."
Jioon mengangguk, tetapi bukannya beranjak ke kamar mandi, ia justru ikut bergabung dengan Tara. Membersihkan piring dan perkakas bekas memasak yang sudah berlumuran busa. "Makasih, yaaa," ucapnya sembari membersihkan spatula dan wajan bekas menggoreng.
"Makasih buat apa lagi?" Kepala Tara sedikit mendongak, menatap suaminya dengan bingung.
"Buat hadiah yang kedua," balas Jioon dan menundukkan kepalanya, mengecup singkat pucuk kepala sang istri sedangkan tangannya masih membersihkan wajan. "Aku suka banget sama cordon bleu buatan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Julid ARJIOON✓
Ficção GeralDi balik tingkah nyinyir dengan mata tajam Jioon, dia menyimpan rahasia yang ia tanggung sendiri. Penyiar radio yang selalu membuat tawa orang sekitar itu rupanya tak cukup untuk memberi warna pada hidupnya. Semua rahasia Jioon mulai terungkap ketik...