Bonus Chapter 1
KKN Vs Jatah SuamiPendingin ruangan di kamar tak mampu membuat suasana hati Tara dan Jioon menyejuk. Tatapan tajam Tara masih terus mendominasi, sedangkan suaminya berlagak tidak peduli dan fokus menatap layar laptop. Sudah lima bulan Jioon memimpin AR Tower, jabatannya memang masih mejadi pemimpin sementara, tetapi semua tanggung jawab sang kakak dilimpahkan padanya. Tara juga sudah selesai magang, perempuan itu lanjut mengikuti kuliah kerja nyata, dan permasalahan KKN ini yang menjadi gas penghasil panas diantara keduanya.
"Mas, KKN-nya di Lekong Wetan, deket banget dari rumah mama," bujuk Tara entah untuk keberapa kalinya. Tubuhnya semakin mendekati Jioon, Tara bahkan sudah mendaratkan kepalanya di Pundak sang suami. "Boleh, ya, Maaas .... Cuma sebulan, kok."
Jioon menghela napas, draft iklan dari divisi public relation gagal menjadi pengalih emosinya. Macbook di pangkuan Jioon sudah tertutup dan berpindah tempat ke nakas samping. "Dari awal juga aku izinin kamu KKN," balas Jioon dengan lembut, ia bahkan merapikan rambut istrinya. "Kamu boleh KKN, tapi aku anter jemput—"
"Maaas!" sela Tara dengan rengekan, kepalanya bahkan kembali menegak. Tara duduk bersila, menghadap langsung pada suaminya yang masih bersandar di kepala ranjang. "KKN itu serunya justru waktu nginep, diskusi sampe tengah malem sambil ngomongin proker, terus bercanda sama anak-anak muda di sana."
Jioon akhirnya ikut bersila, menghadap Tara, bahkan menggenggam jemari istrinya. "Kegiatan KKN yang sebenernya itu dimulai dari jam setengah 8 sampe jam 5 sore aja, mentok malem itu cuma anak laki-laki yang ngobrol sama pemuda lokal, Sayaaang."
"Mas, kalo aku bulak-balik, nanti nggak ngerasain suasana KKN yang seru kayak di Tiktok gituuu—"
"Seru pas kayak simulasi rumah tangga?" Alis kanan Jioon sedikit menukik, lelaki itu paham arah pikiran istrinya. "Lagian, kamu itu bukan simulasi lagi, orang udah langsung ke paraktek," ucapnya sebisa mungkin meminta Tara untuk tidak menginap. "Kamu ngurus anak laki-laki di kelompok kamu, tapi suami sendiri nggak keurus."
Mata Tara seketika membulat, pikiranya tentu bukan ke arah sana. Lagi pula teman-teman lelaki di kelompoknya itu hanya sebatas teman kampus dan ia mengurus mereka karena berada di kelompok yang sama. "Kamu cemburu—"
"Nggak, aku Cuma ngingetin kamu," dalih Jioon yang bahkan sampai membuang wajahnya, menghindari tatapan introgasi Tara. "Lagian buat apa aku cemburu? Beberapa dari mereka bahkan junior aku di BEM. Si Asarli, wakil ketua kelompok kamu, aku kenal sama dia. Itu bocah bahkan takut sama aku."
Jioon bahkan mengenal semua anggota kelompok Tara, ia juga berusaha mengakrabkan diri pada para lelaki di kelompok itu. Selain sebagai informan, para junior lelakinya juga harus tahu kalau Tara sudah punya suami. Ya, jaga-jaga saja takut timbul rasa baper selama kegiatan KKN. "Pokoknya kamu pulang pergi, aku yang anter sama jemput," putusnya dan mulai menarik selimut.
Perdebatan sepasang suami istri itu semakin alot, malam ini bahkan lebih parah. Hari-hari sebelumnya Jioon masih mendengar penjelasan Tara, sedangkah kali ini ia sampai mengambil keputusan sepihak. Tara menghela napas berat, ia masih bersila, tepat di samping suaminya yang berbaring memunggunginya. Sebenarnya masih ada dua cara yang belum Tara keluarkan. Pertama melakukan playing victim dan menyalahkan Jioon yang membuat ia berada di posisi sebagai ibu rumah tangga saat menjadi mahasiswi, sedangkan yang kedua membujuk menggunakan suara mendesah.
"Maaas ...," bisik Tara yang ikut berabring menghadap pada punggung suaminya, lengan kanan Tara sudah mendarat di atas perut Jioon, dan dengan sangat berani mulai membuka kancing piyama sang suami, "aku janji weekend pulang." Perempuan itu memilih cara kedua. Baginya, membuat sang suami kembali merasa bersalah itu lebih kotor daripada harus menyerahkan tubuhnya sebagai negosisasi terakhir. "Jatahnya seminggu dua kali, tapi sepuasnya. Mau uji coba malem ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Julid ARJIOON✓
Ficción GeneralDi balik tingkah nyinyir dengan mata tajam Jioon, dia menyimpan rahasia yang ia tanggung sendiri. Penyiar radio yang selalu membuat tawa orang sekitar itu rupanya tak cukup untuk memberi warna pada hidupnya. Semua rahasia Jioon mulai terungkap ketik...