Sisa satu minggu sebelum memulai semester genap kuliah Tara. Perempuan itu masih terus menikmati masa liburannya, hari ini saja ia sudah fokus berkutat di dapur. Menyiapkan beberapa masakan setelah tadi pagi ke pasar menggunakan mobil suaminya.
Iya, Jioon berangkat kerja diantar Tara. Perempuan itu juga langsung ke pasar sebelum pulang ke apartemen. Tak banyak yang ia beli, hanya beberapa lauk, bumbu dan sayur, sesuai dengan menu yang akan dibuatnya selama satu minggu.
Belum tiga bulan Tara menjadi ibu rumah tangga, tetapi kemampuan memasak dan mengatur keuangannya semakin membaik. Hari ini saja ia hanya keluar uang kurang dari seratus lima puluh ribu, tetapi sudah banyak stok sayur dan lauk yang bisa ia beli. Semua barang yang dibeli sudah disiapkan dan diperhitungkan dengan baik.
Good job, Tara!
"Cabe ijo keriting ...," gumam Tara dan mengambil palawija yang ia butuhkan, "cabe ijo besar, rawit ijo--eh ini rawit dikit aja, Kak Jioon nggak suka pedes." Tara masih terus mengikuti resep di iPad yang menjadi pengarah setiap masakannya. Kali ini ia akan membuat sei sapi cabai ijo, tumis jamur dan tahu sutra goreng. "Bamer, baput, tomat ijo."
Sesuai arahan video, yang pertama Tara buat adalah bumbu sambal ijo untuk daging sapi yang sudah ia iris tipis-tipis. Perempuan itu memasukan semua bumbu ke dalam chopper pemberian Bunda untuk digiling secara kasar. Setelah itu ia menumis sambal, memberi daun jeruk, kadu jamur dan bumbu lainnya, serta disusul dengan irisan daging sapi itu.
"Sekarang bagian jamur ...." Dengan sigap Tara menyiapkan bahan untuk tumis jamur. Bakso, wortel, dan jamur kuping sebagai pemeran utama. Pertama, Tara mencincang bawang putih terlebih dulu, disusul dengan potongan wortel dan bakso serta jamur kuping. "Saus tiram, kaldu jamur oke!"
Manajemen Tara saat memasak sangat luar biasa, ia dapat membuat dua menu sekaligus. Sembari menunggu sei sapinya matang, ia sudah siap dengan bahan tumis jamur. Walaupun masih dengan bantuan video di iPad, tetapi kemampuannya tetap patut diberi apresiasi.
Siang ini Tara memang berencana untuk mengirimkan makan siang untuk Jioon. Kebetulan juga tadi pagi bahan-bahan di kulkas tidak cukup untuk bekal sang suami, jadi sekarang ia membuatnya. Lagipula Jioon sedang sakit, ia harus memastikan suaminya itu makan teratur dan tetap minum obat.
Tadi pagi saja sebenarnya Tara meminta Jioon untuk tidak berangkat kerja, suhu tubuh suaminya masih tinggi. Tetapi, Arjioon tetap kekeuh untuk berangkat kerja, lelaki itu bahkan sampai merengek dan berjanji tak akan banyak tingkah sampai membuat tubuhnya kembali tumbang.
"Oke, beres!" Tara menepuk tangannya. Kotak makan berisi makan siang untuk suaminya sudah selesai. Ia juga menyiapkan potongan buah naga di kotak yang lain. "Kirim sekarang aja kali ya? Perlu chat orangnya ng-eh, nggak usah kali ya? Biar surprise gitu."
Senyuman terbit di wajah Tara. Perempuan itu membayangkan hal-hal manis yang pernah ia baca di novel. Diam-diam mengirim makan siang ke tempat kerja suami, baginya itu adalah hal romantis. Yaaa, terlepas dari alasan ia dan Jioon menikah, rasanya sah-sah saja jika sesekali melakukan hal manis.
Orang-orang memang mengenal Tara sebagai manusia dingin yang terkesan cuek, tetapi perempuan itu tetap saja pencinta drama Korea dan pembaca buku novel romantis. Walaupun terkesan tidak mungkin, Tara tetap ingin merasakan dan melakukan hal-hal seperti di drama, dulu ia bahkan selalu membayangkan jalan-jalan romantis bersama pasangan, kejar-kejaran di bibir pantai, menikmati sarapan bersama, dan hal-hal manis lainnya. Bagaimanapun Tara ingin melakukan itu semua, sayang ego dan alasannya menikah menjadi penghalang yang cukup tinggi.
"Gue ganti baju dulu deh," gumam Tara setelah hasil karyanya sudah rapi di dalam tas makan siang. Dengan sigap ia mengganti baju, tak perlu mandi, cukup dengan menyemprotkan parfum, menggunakan sunscreen dan sedikit makeup. Tak perlu banyak persiapan, perempuan itu memang tidak begitu rewel tentang make up, Tara lamanya di mandi, bukan di dandan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Julid ARJIOON✓
General FictionDi balik tingkah nyinyir dengan mata tajam Jioon, dia menyimpan rahasia yang ia tanggung sendiri. Penyiar radio yang selalu membuat tawa orang sekitar itu rupanya tak cukup untuk memberi warna pada hidupnya. Semua rahasia Jioon mulai terungkap ketik...