38. Rumah Tangga yang Baik?

3.6K 518 61
                                    

Kotak makan siang dengan menu nasi liwet, ayam goreng lengkuas dan sayur asam sudah siap di dalam tas. Tara juga baru selesai membersihkan diri dan sekarang akan bergegas menuju tempat suaminya bekerja. Kali ini ia memilih untuk berjalan kaki, walaupun matahari sedang terik-teriknya, perempuan itu tetap semangat melangkahkan keluar dari unit apartemen.

Setelah kejadian memergoki suaminya yang bekerja sebagai office boy, Tara menjadi lebih rajin mengirim makan siang untuk Jioon. Ini adalah hari terakhir sebelum akhir pekan, mereka juga sudah janjian untuk pergi siaran bersama. Lebih tepatnya Tara menemani suaminya siaran.

"Gila, ini karena gue yang udah biasa jalan kaki dari Simprug atau emang jarak kantor Kak Jioon yang terlalu deket?" Tara menatap takjub pada gedung pencakar langit di depan. Rasanya baru tadi ia keluar dari lobi, kenapa sekarang sudah tiba di AR Tower Property? "Sedeket ini sih enak banget buat jalan-jalan, sekalian olahraga."

Security dan front office sudah mengetahui siapa Tara. Mereka juga langsung mengantar perempuan itu ke lift, memperlakukan Ghistara layaknya pimpinan karena tahu Tara adalah menantu kedua dari pemilik perusahaan ini. Iya, cuma tahu menantunya saja, mereka belum tahu siapa putra bungsu seorang Arjuna Parswera.

"Ini Arjioon yang aktingnya bagus atau emang dia nggak dikenal sama karyawan kantor di sini, sih? Masa iya cuma petinggi-petinggi yang tau siapa dia," gumam Tara yang sendirian di dalam lift menuju lantai 15. Dan, saat tiba di lantai 7 pintu terbuka lalu 3 wanita kantoran masuk.

Di lantai 7 memang terdapat pantry besar, kata Jioon itu pusatnya makanan dan minuman gratis. Beberapa hari berkeliaran di gedung ini membuat Tara jadi tahu beberapa ruangan AR Tower. Perempuan itu juga semakin leluasa menggunakan fasilitas khusus di lantai 15. Ruangan yang memang hanya digunakan oleh keluarga Papa Juna itu sudah seperti kamar keduanya.

"Eh, ada gosip baru, katanya anak Big Bos yang bungsu udah nikah," ucap seorang perempuan bertubuh tinggi dengan blazer lilac sebagai outer, "gue kalah start buat jadi menantunya."

Perempuan dengan potongan rambut sebahu dan berwarna abu seperti uban ikut menyahuti perkataan perempuan di samping. "Tapi, kata anak FO itu adik iparnya Pak Jinaan, bisa jadi itu adiknya Ibu Shania."

"Nah, iya! Masih ada harapan buat gas bungsunya Pak Juna, kok."

Tara yang posisinya di pojok lift dan tidak dikenal oleh para perempuan itu tentu saja langsung mendengkus. Bisa-bisanya mereka membicarakan suaminya dan berharap dapat menjadi menantu keluarga Parswera. Jujur, Tara sangat ingin berteriak dan bilang kalau gosip Si Mbak blazer ungu pucat katakan itu benar.

"Eh, tapi ada gosip yang lebih hot lagiii," perempuan yang sebelumnya hanya menjadi pengamat kini ikut mengeluarkan bahan berita yang belum tentu benar, suara pelan penuh penekanan seakan yang dikatakan perempuan dengan hijab marun itu adalah hal yang sangat menggemparkan, "katanya Arjioon si OB di lantai 11 itu sebenernya anak bungsu keluarga Parswera--"

"Sarap, lo!"

"Sinting!"

"Diiih, seriusan! Anak HRD yang bilang, mereka liat data karyawan. Nama belakang Arjioon itu Parswera. Logikanya siapa yang pake nama Parswera kalo bukan anaknya Pak Juna?"

"Lagian juga mana mungkin ada Office Boy pake mob--"

Perkataan bandar gosip yang berhijab marun itu seketika terhenti, berbarengan dengan pintu lift yang terbuka dan langsung disambut oleh Jioon yang menyengir pada para barisan wanita karir itu.

"Widiiih, tumben nggak lunch di hidden gem, Mbak?" ucap Jioon yang ikut masuk ke dalam lift, lelaki itu sebenarnya melihat Tara, tetapi ia tetap memilih berdiri di depan, agar tiga penggosip tidak curiga.

Si Julid ARJIOON✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang