Selepas subuh Tara langsung sibuk dengan kegiatannya di dapur. Iya, dapur apartemen. Setelah negosiasi, akhirnya Tara berhasil menghancurkan keras kepalanya Jioon. Walaupun sedikit alot, yang penting mereka pulang.
Sebenarnya bukan karena Tara jago negosiasi. Ini lebih ke Jioon yang mengalah dan merasa bahwa istrinya tak bisa langsung ia paksa. Biar sedikit-sedikit Tara diajari, rasanya batu yang keras tak mungkin bisa hancur dengan setetes air hujan.
"Ini Kak Jioon nggak akan bangun?" gumam Tara yang sudah tak lagi fokus pada chopper baru hasil pemberian bunda. "Dia nggak kerja? Udah salat subuh belum itu? Perasaan belum liat keluar dari kamarnya."
Perkedel tahu dan bahan masakan lainnya seketika Tara abaikan. Perempuan itu langsung melangkah menuju kamar Jioon, membangunkan sang suami yang sepertinya kesiangan. Keduanya memang kembali tidur di tempat yang berbeda, tanpa ada protes dari siapapun, semalam mereka langsung masuk ke kamar masing-masing.
"Kaaak? Kak Jioon?" Tara mengetuk-ngetuk pintu kamar suaminya, tetapi tak ada jawaban dari dalam. "Kak Jioon?" panggilnya sekali lagi dan dengan pelan membuka pintu kamar yang memang tidak dikunci. "Kak Jioon?"
Gumpalan manusia yang digulung oleh kain seprai langsung menyambut Tara saat masuk. Ia segera mendekati kasur tanpa ranjang di mana suaminya berada. Tubuh menggigil Jioon dan seprai yang basah karena keringat terlihat jelas. Mata Tara bahkan sampai membulat saat menyentuh kening Jioon yang panas. "Kak Jioon?" panggilnya pelan, "Kaaak?"
Hanya gumaman pelan yang Jioon beri sebagai jawaban. Suaranya hilang, tubuhnya juga lemas dan merasa dingin. Ia bahkan semakin merapatkan seprainya yang berubah menjadi selimut. Di kamarnya memang tak ada selimut karena tak ada kipas angin atau pending ruangan dan Jioon tidak pernah kedinginan, kecuali pagi ini.
"Kak banguuun," panggil Tara sedikit menepuk bisep suaminya. "Kak Jioon lo sakit?"
Tak ada respon dari Jioon. Kepalanya terlalu pusing dan tenggorokan terasa sakit saat akan mengeluarkan suara. Ia bahkan tak bisa melihat Tara dengan jelas saat membuka mata. Suhu tubuhnya juga meninggi, tetapi ia merasa kedinginan.
"Kakak bisa subuh dulu nggak? Nanti abis salat pindah ke kamar gue," pinta Tara, tangannya mengusap kening Jioon yang berkeringat, "ayo gue bantu ke kamar mandi."
Dengan pelan Jioon mengubah posisi tidurnya yang membelakangi Tara menjadi telentang. Ia menghela napas berat dan menatap istrinya. "Ja-jam be ...."
"Baru jam lima," jawab Tara yang untungnya paham dan mendengar suara pelan Jioon, "mau wudhu dulu nggak?"
Jioon mengangguk. Helaan napas beratnya kembali terdengar sebelum ia berusaha bangkit dari posisi tidur dan dibantu oleh Tara. "Bentar," pintanya meminta waktu untuk duduk sebelum beranjak.
"Mau minum dulu? Gue ambilin air anget ya." Dengan sigap Tara bergegas menuju dapur, mengambil segelas air hangat dari dispenser. Tak membutuhkan waktu lama perempuan itu kembali masuk ke kamar Jioon. "Minum dulu, Kak," perintahnya dengan hati-hati memegangkan mug untuk Jioon minum.
Hanya sedikit air hangat yang Jioon terima, kerongkongannya terasa perih saat menelan. Ia menjauhkan gelas di tangan Tara. Padahal biasanya Jioon menghabiskan satu mug besar air hangat setiap paginya. Tubuh lelaki itu benar-benar sedang tidak baik.
"Ayo gue bantu ke kamar mandi," ucap Tara dan langsung membantu Jioon untuk berdiri. Ia bahkan menuntun suaminya sampai ke kamar mandi, memastikan bahwa suaminya tidak kenapa-kenapa. Saat Jioon wudhu juga Tara masih tetap di dalam, berdiri tak jauh dan berjaga-jaga takut sang suami limbung.
"Jangan!" Jioon melarang Tara untuk menuntunnya. "Udah wudhu," jelasnya pelan dan berusaha jalan dengan tangan bertumpu pada tembok.
Tara yang kebingungan hanya mengikuti suaminya dari belakang, memastikan bahwa Jioon tetap aman. "Emang batal ya? Bukannya mahram?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Julid ARJIOON✓
General FictionDi balik tingkah nyinyir dengan mata tajam Jioon, dia menyimpan rahasia yang ia tanggung sendiri. Penyiar radio yang selalu membuat tawa orang sekitar itu rupanya tak cukup untuk memberi warna pada hidupnya. Semua rahasia Jioon mulai terungkap ketik...