29. Cara Jioon Mendidik

3.3K 521 123
                                    

"Janji lo bilang sore balik, Kak!" protes Tara saat mereka berada di kamar setelah menikmati makan siang hingga menjelang sore. "Kenapa pas Bunda bilang nginep lo malah setuju?"

Jioon yang sudah rebahan di kasur Tara tak banyak berkomentar. "Ya masa gue yang nolak, harusnya lo, lah."

"Tadi kan gue udah bilang lo kerja, tapi Bunda malah jawab pulang subuh aja. Pas itu harusnya lo bilang mau benerin skripsi juga!" omel Tara yang kesal sendiri dan sudah bolak-balik tidak jelas. "Ish, terus sekarang pulangnya gimana?"

"Ya udah nginep aja selamem," jawab Jioon tanpa beban, "lo juga lagi libur kuliah."

Jelas Tara semakin kesal. Ini yang panik cuma dia, sedangkan Jioon sudah asik memeluk boneka beruang di tempat tidur. "Kak, lo besok kerja!"

"Bisa berangkat dari sini," jawab Jioon sembari beranjak dari posisi tidurannya. "Nginep semalem aja, Ra. Gue juga belum pernah nginep di sini, sedangkan lo udah pernah di rumah Mama. Kita harus adil."

Untuk kesekian kalinya Jioon berbicara tentang adil, ia menekankan kata itu. Seakan menyindir Tara yang jauh lebih condong ke mertua daripada orang tua sendiri. "Lagian, lo aneh banget. Nginep di rumah sendiri masa ogah."

Entah keberapa kalinya Jioon berkata seperti itu dan Tara sudah muak mendengarnya. Suaminya ini tidak paham alasan ia malas menginap dan Tara tak tahu harus bagaimana menjelaskannya.

"Terserah," ucap Tara yang sudah mengambil baju tidurnya dan siap membersihkan diri. Perempuan itu kembali menjadikan pintu kamar mandi sebagai sasaran.

Jioon tentu saja sampai terlonjak, tetapi kali ini tak lagi aneh melihat tingkah Tara. "Do you get deja vu?" sindirnya dengan mengalunkan sepenggal lagu Olivia Rodrigo dengan kencang.

Tidak sesuai dengan rencana Tara dan Jioon. Tadi saat makan siang, Bunda memaksa keduanya untuk menginap di rumah. Sebenarnya mereka sama-sama berusaha untuk menolak. Walaupun Jioon terkesan memaksa Tara untuk ke rumah bunda, tetapi ia juga tak mau istrinya tidak nyaman.

Jika saja Bunda tidak mengungkit tentang Tara yang menginap di rumah Mama, tentu Jioon bisa mengeluarkan alasan yang lain. Sayangnya, ia kalah dengan kata 'harus adil' yang Bunda sebut. Tara pernah menginap di BSD, itu berarti mereka juga minimal pernah menginap di Menteng.

Suara ketukan pintu dari luar membuat Jioon beranjak dari posisi duduknya. Bunda langsung menyambut di balik pintu dengan membawa setelan baju di tangan. "Abang pake baju Ghilang cukup, kan? Atau mau pake baju ayah aja?"

Jioon tentu langsung menerima baju di tangan Bunda. "Cukup, malahan kegedean kayaknya, Bun," ucapnya yang lebih memilih baju adik iparnya dibandingkan harus memakai baju mertua. "Ghilang badannya lebih gede dari aku, jadi pasti gombrang."

"Apa pake punya ayah aja?" tawar Bunda tidak enak. "Kamu nggak bawa baju ganti sama sekali di mobil, Bang?"

Kepala Jioon spontan menggeleng. "Nggak, Bund. Jioon pake baju Ghilang aja nggak apa-apa," balasnya dengan tenang, "lumayan karena gede bisa 2 in 1 sama selimut, Bund."

Wajah khawatir Bunda seketika berubah menjadi sinis, sangat mirip dengan ekspresi Tara setiap kali Jioon ganggu. "Yaudah, kalo kurang gede nanti Bunda kasih seprei juga biar makin anget," balasnya ikut dengan selera humor sang menantu.

Tawa Jioon jelas langsung pecah. "Dipeluk Tara udah cukup anget kok, Bund," lanjutnya semakin jadi bercanda pada sang mertua. Untung saja Tara tidak mendengar, bisa dilempar ke kolam renang depan kamar kalo sampai perempuan itu tahu.

Bunda tentu ikut tertawa. Ini menantunya benar-benar tidak punya malu. "Ya udah, sekalian nggak usah pake baju Bang."

"Jangan, dong. Kalo itu nanti arahnya beda, Bund," balas Jioon tanpa beban. Lagaknya ngomong seakan berpengalaman sebagai pria sudah menikah. Padahal, tidur satu ranjang aja baru sekali waktu di rumah Mama. "Nanti nggak cuma tidur."

Si Julid ARJIOON✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang