21. Joki Tugas dan Teman Bercerita

2.9K 475 43
                                    

"Gilaaa! Lo emang sahabat sejati gue, Ghis. Makasih ya, Beeebs!"

Tara hanya mengangguk disela-sela tawa kecilnya saat melihat tingkah Giselle yang berlebihan. Teman satu-satunya itu bahkan sampai memeluk tugas makalah yang dibuatkan oleh Tara.

"Sumpah, gue lupa banget sama tugas ini. Untung aja lo selalu bikin dua makalah buat cadangan," ucap Giselle sembari membuka-buka hasil kerja Tara, tetapi beratasnamakan ia. "Eh, ini buat ongkos lo."

"Nggak usah! Lo kayak ke siapa aja," tolak Tara yang mengembalikan dua lembar uang lima puluh ribu. "Lo kata gue joki tugas."

"Joki tugas justru lebih mahal, Ra. Udah terima aja, anggap ini ongkos print sama bensin."

"Printer ada di rumah, gue juga kagak pake mobil--"

"Eh, iya! Perasaan gue sekarang jarang liat lo pake mobil, Ghis? Brio lo dijual?"

Tara menggeleng. "Brio gue dibegal Ghilang," jawab ia menyebut nama adik laki-lakinya yang sekarang lenih sering memakai Honda Brio itu.

"Kenapa? Lo juga lebih sering naik Ojol. Dari Menteng ke sini kena berapa itu? Bulak balik gocap kena?"

"Nggak tau," jawab Tara asal, fokusnya sedang tertuju pada materi untuk mata kuliah hari ini. "Gue naik ojol dari Senopati."

Giselle tentu saja langsung menoleh. "Lo pindah rumah?"

"Kagak."

"Terus kenapa lo dari Senopati?"

"Hm?"

"Lo di Senopati ngapain?"

Tara yang awalnya tidak terlalu peduli dengan obrolan Giselle kini sudah duduk menegak. Mulutnya tiba-tiba saja blong, tanpa kendali menyebutkan tempat tinggalnya sekarang.

"Gue tadi kagak fokus, tiba-tiba pengen chicken cordon bleu punya kafe di Senopati," ucap Tara cepat. Untung saja otaknya dengan sigap menciptakan sebuah kebohongan yang masuk akal. "Ah, gue jadi laper."

"Mau makan itu? Ayok, kita makan siang di sana. Nanti baliknya lo gue anter."

"Nggak, nggak usah. Gue buru-buru, Gi," tolak Tara dengan cepat. Tidak mungkin ia diantar pulang ke rumah orang tuanya. "Lagian lo juga lagi banyak kerjaan di BEM, kan?"

Giselle memajukan bibir bawahnya. "Iya, nih. Anak-anak kreatif lagi sibuk bikin seminar dan gue jadi bendahara pelaksana. Ribet banget, gila!"

"Kagak dagang risol?" tanya Tara dengan nada meledek. "Dulu lo sering banget malak gue buat beli itu gorengan."

"Sekarang jualnya seblak, lo mau beli?" tawar Giselle dengan antusias. "Ada bakso aci juga, cireng kuah, terus minumnya--"

"Nggak, deh. Gue lagi berhemat."

"Hah? Lo kesambet setan apa, sih, Ghis? Tiba-tiba jualan snack bucket, terus sekarang bilang berhemat. Ini bukan Ghistara yang gue kenal!"

Tara hanya tersenyum tipis. Hatinya juga menyetujui apa yang Giselle katakan. Ini bukan dirinya yang biasa. Berjualan dan berhemat adalah hal yang tidak pernah Tara lakukan sebelumnya.

"Mending lo juga mula belajar buat hemat, Gi. Biar nanti kagak kaget," ucap Tara terlihat serius. "Dunia nyata nggak seasik itu."

"Lah, emang sekarang kita hidup di dunia mana? Dunia goib? Terus, siapa juga yang bakal ngagetin gue?"

Tak ada balasan dari Tara. Perempuan itu memilih untuk diam daripada nanti keceplosan lagi. "Dah, lah. Mending lo belajar, fokus! Jangan sampe ngulang, siapin judul skripsi juga, noh!"

Si Julid ARJIOON✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang