16. Pikiran Sendiri

2.7K 474 57
                                    

"Mereka temen SMA. Eh, kayaknya mereka pacaran, deh."

Jioon yang awalnya tidak terlalu peduli tentu saja langsung menoleh kepada Alvin. "Lo jangan bikin gosip kagak jelas, Vin!"

"Dih! Noh, gue stalking Instagram kelas si Tara sama Mahes. Mereka temen SMA." Dengan sebal Alvin menunjukkan layar ponselnya kepada Jioon.

Postingan foto Tara di akun Instagram kelas langsung matanya tangkap. Caption bertuliskan Icerannya @mahes.a jangan disalip membuat pikiran Jioon semakin berkelana.

"Incerannya Mahesa, eh disalip sama sepupunya," balas Alvin yang memiliki kadar komentar pedas cukup tinggi, setara dengan Jioon. "Jahat banget emang Arjioon ini."

"Ghista," gumam Jioon tiba-tiba saja mengingat cerita Mahesa saat dahulu. "Ghistara." Ia baru ingat jika sepupunya memang selalu bercerita tentang perempuan yang disukainya saat SMA.

"Ck, ck, ck, Arjioon PHO!" sindir Alvin yang semakin senang meledek Jioon. "Punya sepupu lo itu!"

Yoshep yang merasakan aura berbeda dari Jioon langsung menyenggol pundak Alvin, memberi kode pada temannya untuk diam.

"Emang lo kagak tau sama sekali, On?" tanya Yoshep berusaha mencairkan suasana yang mulai mendingin. "Lo beneran nggak sadar kalo Tara itu Ghista yang Mahesa suka?"

"Gue lupa," bela Jioon dengan tatapan kosong setelah mengembalikan ponsel Alvin. "Gue bahkan baru inget sekarang. Lagian, Mahes juga udah lama kagak cerita tentang perempuan itu."

Yoshep menghela napasnya. Entah mengapa ia ikut merasa frustrasi saat mendengar pembelaan dari Jioon. "Terus sekarang gimana?" tanyanya menatap Jioon dengan iba. "Di posisi ini lo jatuhnya kayak perebut pasangan orang."

"Mana orangnya itu sepupu sendiri," sahut Alvin dengan kurang ajar menyiram bensin ke bara api yang masih kecil. "Sepupu yang paling deket lagi."

"Tapi, gue rasa hubungan Mahes sama Tara juga kagak jelas. Bukan yang bener-bener pacaran gitu." Yoshep dengan cepat meredam hasutan Alvin dan perkataannya yang tadi. "Di sini lo kagak sepenuhnya salah, sih. Tara juga sebelum nikah kagak pernah bilang kalo dia lagi punya pacar, kan?"

Jioon merebahkan tubuhnya, tengkurap di karpet tebal kamar Yoshep. Seperti orang bodoh, tangannya memainkan helaian bulu-bulu halus karpet tersebut. Ia tak ada niatan menjawab pertanyaan Yoshep, pikirannya sudah berkelana.

Ingatan Jioon bahkan tiba-tiba saja membawanya ke perkataan Mahesa saat lelaki itu datang ke apartemen bersama Mama. "Posisi Bang Jioon enak ..., bisa nikah sama Tara tanpa perlu berjuang."

"Ini gue yang salah, ya?" gumam Jioon pelan. Matanya masih berlagak fokus pada helaian bulu-bulu halus milik karpet tebal Yoshep.

"Iya--kayaknya." Alvin dengan cepat merubah jawabannya saat mendapatkan lirikan tajam dari Yoshep. "Kagak sepenuhnya lo yang salah, tapi emang lo juga salah."

Yoshep dengan gemas menoyor kepala Alvin yang tidak paham situasi di kamar ini. "Tara pernah ngomong kalo dia punya pacar nggak? Atau lo inget nggak dulu Mahesa cerita tentang perempuan yang dia suka itu sampe tahap mana?"

"Seinget gue Mahes kagak pernah cerita dia pacaran sama Si Ghista itu, cuma sebatas suka aja."

"Nah! Berarti lo bukan perebut. Emang sepupu lonya aja yang lelet! Inget, On. Sebelum janur kuning melengkung, siapapun bisa nyalip." Dengan menggebu-gebu Yoshep memberikan semangat kepada Jioon. Lelaki itu bahkan terlihat berbeda, tidak ada lagi kata kalem dalam gaya bicaranya. "Justru harusnya hubungan lo sama Tara yang kagak boleh disalip sama siapapun. Tara punya lo, kagak bisa diganggu gugat."

Si Julid ARJIOON✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang