"Gue lagi haid."
Tubuh Jioon seketika lemas dan mendarat di sofa, tepat bersebelahan dengan Tara yang masih shock. Ini bukan pertama kalinya lelaki itu menerima penolakan, tetapi kali ini memang rasa sakitnya lebih terasa. Gila saja, sudah siap tarik gas, tetapi gagal karena lampu merah.
Jioon menghela napasnya, berusaha menahan semua yang bergejolak di dalam diri. "Gue mandi dulu," ucapnya yang dengan lesu beranjak dan menuju kamar mandi. Tubuhnya membutuhkan siraman air dingin.
"Lah, bukannya tadi udah?" Dengan tatapan bingung Tara pada suaminya. "Mau ganti baju lagi nggak, Kak?"
Tak ada jawaban dari Jioon, lelaki itu sudah masuk ke kamar mandi. Menyalakan shower dengan air dingin, mengguyur seluruh tubuhnya. Jioon tidak marah pada Tara, ia marah pada dirinya sendiri. Bisa-bisanya lupa kalau istrinya itu sedang halangan padahal tadi pagi sudah bilang tidak ikut jemaah subuh.
Cukup lama Jioon berdiam di kamar mandi, Tara bahkan sudah melanjutkan setengah perjalanan di episode terakhir drama Korea-nya. Perempuan itu baru sadar kalau suaminya belum juga selesai mandi. "Ini Kak Jioon nggak marah, kan?" gumamnya sedikit panik dan langsung beranjak dari ruang tengah.
Pintu kamar mandi ragu-ragu Tara ketuk. "Kak Jioon? Kak?" panggilnya pelan dan masih terus mengetuk pelan pintu plastik berwarna coklat muda itu. "Mandinya pake air anget, Kak. Jangan lama-lama juga, lo baru sehat!" Pemilik genggi tertinggi itu tentu tak akan bertanya tentang keadaan Jioon yang marah atau tidak, perempuan itu justru mengomel seperti seorang ibu yang memarahi putranya karena kelamaan main air.
"Iyaaa ...." Jioon hanya menjawab seperti itu, suara kucuran air shower masih terdengar, sebagai tanda kalau lelaki itu belum selesai mandi. "Bentar."
Tara tak lagi menyahut, perempuan itu memilih masuk ke kamar dan menyiapkan baju ganti untuk suaminya. Masih juga belum selesai, ini pertama kalinya Jioon berlama-lama di kamar mandi, padahal biasanya lelaki itu paling lama juga karena BAB. Jioon juga biasanya sebal kalau Tara mandinya lama, tapi kali ini dia justru lebih lama dari sang istri.
Sebentar lagi jam 12 malam, Tara memilih untuk kembali ke ruang tengah. Mencoba login akun portal kampus miliknya menggunakan laptop Jioon yang masih di posisi awal. "KAAAK, GUE PINJEM LAPTOPNYA, YAAA." Perempuan itu berteriak dari ruang tengah dan sudah duduk bersila menghadap ke laptop.
"Ck, masih aja ini web stupid," keluh Tara saat melihat website yang akan ia masuki eror, "mana udah mau jam 12."
Awal semester memang selalu menjadi puncak emosi para mahasiswa dan mahasiswi di kampus tempat Tara kuliah. Portal untuk mengisi KRS selalu eror, belum lagi dibukanya saat tengah malam. Sudah mata ngantuk, harus sabar nahan emosi, dan siap mental cari mata kuliah yang dosennya baik nilai pula.
Ditengah-tengah paniknya Tara untuk login ke portal kampus, ponselnya tiba-tiba saja berdering, itu panggilan video dari Giselle. Rutinitas dua sahabat saat mengisi KRS, mereka akan video call agar mendapatkan kelas yang sama.
"Ghis, gue masih eror anjir!" Layar ponsel Tara seketika dipenuhi oleh wajah Giselle. Tanpa sapaan atau bertanya tentang kabar, perempuan itu langsung protes tentang portal kampus. "Pokoknya kita harus satu kelas, Ghis!"
"Biasanya juga gitu, Gi. Eh, tapi bulan-bulan pertama gue mau magang, lo pantau tugas ya," pinta Tara yang masih terus berusaha untuk login, "lo jangan ikut magang!"
Tara sudah menyandarkan ponselnya di mug besar milik Jioon, membiarkan iPhone 11 itu menyorotnya tanpa perlu dipegang. Mereka masih terus mengatur strategi untuk semester ini. Karena Tara ingin magang di tiga bulan pertama, sedangkan Giselle sepertinya akan bulan-bulan terakhir semester atau saat liburan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Julid ARJIOON✓
General FictionDi balik tingkah nyinyir dengan mata tajam Jioon, dia menyimpan rahasia yang ia tanggung sendiri. Penyiar radio yang selalu membuat tawa orang sekitar itu rupanya tak cukup untuk memberi warna pada hidupnya. Semua rahasia Jioon mulai terungkap ketik...