Ghilang baru saja membuka pintu rumah, tetapi rambutnya langsung ditarik kencang oleh Tara yang sudah ancang-ancang sejak suara KLX terdengar masuk. Bahkan, karena ingin semua emosinya terealisasikan dengan baik, Tara sampai melompat untuk mencapai rambut adiknya. Sebuah usaha yang sangat luar biasa.
"AAA! APAAN INIII?" Suara berat Ghilang langsung menggelegar. Remaja yang baru pulang nongkrong itu seketika membungkukkan tubuhnya, mengikuti tangan sang kakak agar kulit kepalanya tidak terlalu sakit. "MBAK TARA! IIIH LEPAAAAS!"
Kerusuhan semakin jadi. Tara tak mau melepaskan jambakannya, sedangkan Ghilang sudah siap melawan. Lelaki itu menarik baju kakak perempuannya. Sungguh pertikaian yang sangat menarik untuk ditonton.
"Dasar manusia nggak punya otak, kalo buat kesimpulan itu risetnya yang bener!" maki Tara yang semakin kencang menarik rambut adiknya. "Bisa-bisanya lo berlagak jadi pahlawan tak berdaya padahal sebenernya biang keladi!"
Masih dengan teriakan kesakitan dan tubuh membungkuk, Ghilang belum paham dengan maksud penyerangan kakaknya. Remaja semi pengangguran itu berusaha melepaskan diri, mendorong pundak Tara agar melepaskannya. "MBAK APAAN, SIH? GUE SALAH APA--"
"BANYAK! LO JANGAN BELAGAK JADI KORBAN--"
"INI GUE LAGI JADI KORBAN KEKERASAN LO, ANJIR--"
"LO YANG DULUAN!"
Ruang tamu keluarga Adiputra sudah berubah menjadi ring tinju. Sepasang adik kakak itu masih terus baku hantam tanpa ada yang memisahkan. Ayah dan Bunda berada di kamar membersikan diri sebelum magrib, sedangkan asisten rumah tangga sudah pulang sejak jam 4. Pertikaian mereka semakin memanas, beberapa rambut Ghilang bahkan sudah rontok.
Jioon yang baru pulang langsung disambut oleh Tara dan Ghilang yang masih terus bertikai. Teriakan Tara dan pemberontakan Ghilang membuat Jioon melongo. Ini pertama kalinya ia melihat sebuah baku hantam antar keluarga yang cukup parah.
"EMANG MULUT LO ITU NGGAK ADA SARINGANNYA!"
"YA MULUT GUE BUKAN JARING-JARING BUAT NANGKEP IKAN!"
"MENDING DIEM DAH! GARA-GARA LO INI!"
"APA? APA? GARA-GARA GUE APA? ULERNYA PANJI NOH GARAGA!"
Ini Jioon antara shock dan terpana memperhatikan Tara yang bertengkar dengan Ghilang. Lelaki itu masih diam dengan mulut sedikit terbuka, memperhatikan istirnya yang sedang tarung. Selama hidup Jioon tak pernah berantem dengan Mas Jinan, lagipula mana berani ia menarik rambut kakaknya itu.
Omelan-omelan yang keluar dari mulut Tara dan Ghilang juga sangat menarik. Ada saja balasan dari si bungsu, sedangkan Tara masih terus menyalahkan adiknya. Di mata Jioon, mereka benar-benar lucu, ia bahkan tak berminat melerai keduanya.
Tenaga Tara yang mulai menurun, sedangkan Ghilang masih penuh. Remaja lelaki itu berhasil melepaskan diri dengan cara mendorong mbaknya sampai terlempar hingga ke pojok ruang tamu. Untung saja guci besar di sana tidak ada yang menjadi korban dan Tara tersungkur tepat di pinggir guci.
"Buset!" Jioon langsung mendekati istrinya, ia membantu Tara berdiri. "Udaaah," tahannya saat perempuan yang ia bantu itu sudah siap kembali menyerang Ghilang. "Udah, Ra!"
Ghilang juga mengatur napasnya, lelaki itu masih tak paham dengan maksud penyerangan kakaknya. "Lo napa, dah?" sewotnya sembari mengelus-elus kepala yang menjadi korban tarikan sang kakak. "Bang, istri lo kerasukan setan magrib kali tuh."
Dengan sigap Jioon menahan Tara dengan pelukan saat istrinya kembali siap menyerang Ghilang. "Ra, Ra, istighfar!" ucapnya yang mulai terhasut adik iparnya dan mengita sang istri kerasukan. "Raaa!" Jioon semakin erat memeluk Tara yang siap melepaskan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Julid ARJIOON✓
General FictionDi balik tingkah nyinyir dengan mata tajam Jioon, dia menyimpan rahasia yang ia tanggung sendiri. Penyiar radio yang selalu membuat tawa orang sekitar itu rupanya tak cukup untuk memberi warna pada hidupnya. Semua rahasia Jioon mulai terungkap ketik...