49. Latihan

4.5K 443 117
                                    

Aula pertemuan di lantai satu sudah ramai oleh seluruh karyawan AR Tower. Sesuai dengan informasi dari setiap ketua divisi tadi pagi. Ada rapat mendadak di awal minggu ini.

"Biasanya kayak gini, Mbak?" tanya Tara yang duduk di salah satu kursi, berjejer dengan Mbak Nita, Mas Reza dan tim public relations lainnya. Ini baru minggu ke dua Tara bekerja, tak heran kalau ia masih merasa asing. "Setiap minggu ada pengarahan dari Pak Arjuna?"

Mbak Nita menoleh ke arah Tara. "Dia bukannya bapak lo?"

"Kan ini di kantor," bela Tara yang memang sengaja menyebut mertuanya begitu. Pokoknya sebisa untuk tetap profesional. Perempuan itu duduk memperhatikan aula yang mulai terisi penuh. "Karyawan AR Tower banyak, ya, Mbak?"

"Menurut lo aja, Ghis! 15 lantai," balas Mbak Nita yang gemas ingin meraup wajah  Tara, untung ia ingat siapa anak magang ini. "Emang lo kagak pernah denger cerita bokap lo tentang kerjaannya?"

Tara hanya bisa tersenyum tipis. Jangankan dengan Papa Juna, dengan ayahnya saja Tara tak pernah saling bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Satu-satunya laki-laki yang berhasil membuatnya banyak cerita dan menceritakan segala hal padanya hanyalah Jioon. "Ya ..., nggak--"

"Ini kenapa OB juga kena, sih, Mbak?" Jioon tiba-tiba saja muncul. Sebenarnya lelaki itu sedari tadi sudah menguping obrolan Mbak Nita dengan Tara dari kursi belakang, tetapi ia langsung beranjak kala melihat gerak-gerik istrinya yang kurang nyaman. Lelaki itu bahkan sudah duduk di kursi kosong samping sang istri. "Padahal kami nggak ada urusan sama hal-hal berbau kerjaan kantor, apalagi arahan dari bapaknya Mbak Tara."

Diantara para pekerja yang ada di lantai 11, Jioon memang cukup akrab dengan Mbak Nita dan Mas Reza. Walaupun mulut dua manusia itu minim akhlak, tetapi mereka suka ngasih uang kembalian buat Jioon, kadang juga jajanin makan siang. Mas Reza bahkan beberapa kali memberi uang lebih setiap gajian, katanya, sih, berbagi.

"Mas, kagak ada info gitu Big Bos mau ngapain?" Jioon mencondongkan tubuhnya ke arah Mas Reza yang berada di sebelah Mbak Nita. "Ini tumben pasukan biru muda juga ke seret."

Mas Reza hanya mengedik saja. Lelaki berkacamata itu sedang pusing dengan event terbaru timnya, ia juga khawatir pertemuan besar ini merupakan review pekerjaan setiap tim secara mendadak. "Brisik, Ji! Gue puyeng, takut kena cecer Big Bos."

Mulut Jioon seketika membulat, matanya bahkan sampai menipis, lalu ia tertawa sampai tak mengeluarkan suara. Rupanya pemimpin tim 3 ini sedang deg-deg-ser. "Saya kira Mas Reza nggak takut sama pimpinan," godanya yang terus mencondongkan tubuh sampai tangannya berpegang pada pegangan kursi Tara. Hingga perempuan itu terhimpit dan sedikit mundur, menghindari tubuh Jioon.

"Ji, lo mau modus ke Ghista, ya!" Mbak Nita yang memang duduk di samping Tara langsung mendorong wajah Jioon. "Inget istri lo di rumah! Bisa-bisanya malah cari kesempatan ke anak gadis," omelnya seperti memarahi adik sendiri. "Ghis, tuker tempat, deh. Gue yang di situ."

Tara hanya bisa nurut, perempuan itu beranjak, dan bertukar posisi menjadi duduk di antara Mas Reza dan Mbak Nita. Sedangkan Jioon, pemuda itu di kursi paing ujung, samping Mbak Nita. Keempatnya memang duduk berjejer di baris anak tangga ke sepuluh dan sengaja mengambil kursi ujung agar lebih mudah keluar.

"Elah, bilang aja kalo cemburu, Mbak," balas Jioon yang tak tahu malu menggoda Mbak Nita. "Mau saya modusin juga, kan?"

Lirikan sinis Mbak Nita beri pada pemuda di samping kanannya. "Lo mau modusin emak 2 anak, hah?" omelnya yang memang merupakan seorang istri dan memiliki anak. "Anak gue yang gede aja jarak umurnya kagak jauh dari lo."

"Kan konsepnya Mbak Nita jadi sugar mommy saya," canda Jioon dan langsung mendapatkan toyoran dari Mbak Nita. Sedangkan Jioon semakin puas tertawa. Ia senang membuat Mbak Nita darah tinggi, kalau bisa stroke ringan.

Si Julid ARJIOON✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang