Bagian 22-Dua Sisi

756 84 0
                                    

"Manusia itu punya dua mata, namun gak ada satupun orang yang memiliki pandangan sama. " -Devano

***

“Van, mau kemana?” tanya Hito saat melihat Devan bangkit dan berjalan ke arah motornya yang terparkir di depan warkop.

“Ambil jaket, ketinggalan," balas Devan sambil memakai helm.

Sevan menggelengkan kepalanya. Heran dengan Devan yang selalu lupa dan meninggalkan barangnya di sekolah. “Gimana sih? Sama jaket sendiri aja lupa.”

“Ketua kita pikun bitch!” sahut Kai yang langsung di hadiai pelototan tajam Devan.

“Gue kesana dulu, entar balik lagi kesini," ujarnya. Motor Devan melesat pergi meninggalkan warkop. Cowok itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Saat sudah hampir sampai di depan gerbang SMA Galaksi, ia melihat tiga orang laki-laki dari kejauhan dengan motor sport bewarna hijau, melaju cepat mengejar seorang gadis yang sedang berlarian di depannya. “Altair? Mau ngapain mereka?”

***

Sudah terhitung dua puluh menit lebih Reina menunggu, namun tak sedikitpun ada tanda-tanda kehadiran supirnya maupun para kendaraan lain yang lewat. Mana handphonenya lowbat lagi. Sialan!

Reina menghela napas, menoleh ke jalanan di sampingnya. Tampak dari jauh, tiga orang laki-laki dengan motor sport bewarna hijau melaju cepat ke arahnya. Gadis itu mendelik kaget. “Anjir! Itu anak geng motor yang ngejer gue waktu itu kan?”

Shit! Gue harus lari sekarang!” Reina berlari secepat mungkin menuju ke arah gang sempit dekat gedung sekolah. Tiba-tiba...

Brakk!

Dia terjatuh karena berlari terlalu kencang hingga lututnya lecet dan mengeluarkan darah segara. Sekuat mungkin gadis itu berusaha untuk bangun. Namun usahanya gagal. Ia kembali terjatuh dan luka di lututnya semakin terasa perih.

Napas Reina tercekat saat menyadari ketiga laki-laki yang mengejarnya tadi kini sudah berada di hadapannya dengan seringai dan tatapan mata yang tajam.

“Mau lari kemana lagi lo hah?!” Cowok itu berjalan mendekat, sambil menyunggingkan senyum sinis. “Mau coba kabur lagi dari kita-kita?”

Reina meneguk ludahnya. Jujur, ia sangat takut sekarang. Dengan napas memburu, gadis itu berteriak kencang.

“PERGI KALIAN! JANGAN GANGGUIN GUE!”


Cowok itu malah tertawa membuat bulu kuduknya meremang. “Wih, santai dong! Gak usah teriak-teriak. Suara lo bikin sakit kuping tahu gak?!”

“Pergi! Tolong jangan ganggu gue! Pergi lo sialan!”

“Anjing!” Rahang cowok itu menegas. Emosinya semakin naik ke permukaan karena ucapan Reina barusan. “Gue habisin nih cewek!”

Reina refleks memejamkan mata.saat cowok itu hendak melayangkan pukulan ke arahnya. Namun pergerakan cowok itu tertahan ketika mendengar suara dingin dan mematikan dari belakang punggungnya.

“Sentuh dia, lo mati!”

Ketiga cowok itu membalikan badan dan mendapati Devan, ketua Black Tiger angkatan ke-17 yang berjalan santai menghampiri mereka.

DEVANO (Selesai)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang