Bagian 33-Pria Bertopeng

643 73 2
                                    

Karena hati yang mudah lelah, adalah hati yang telah patah.”




Sosok pria berjubah hitam dengan wajah yang tertutup oleh topeng tengah mengamati seseorang yang sedang tertidur dari balik jendela. Bibirnya perlahan tertarik membentuk senyum iblis. Tak lama, membawa langkahnya pergi menghampiri orang itu. Seketika, kelopak mata laki-laki itu terbuka.  Laki-laki yang diketahui bernama Arnold langsung terperanjat dari kasur saat menyadari kehadiran pria berjubah hitam itu di dalam kamarnya.

“Lo siapa?!”

Pria bertopeng itu tidak membalas. Justru mengangkat balok kayu berukuran besar dan menghantamkannya ke kepala Arnold dengan kencang, hingga darah segar mengalir dari kepalanya tanpa henti.

Tidak menunggu waktu lama sampai Arnold harus kehilangan nyawanya berkat hantaman balok kayu tersebut.

Setelah memastikan bahwa Arnold benar-benar telah meninggal, pria bertopeng tersenyum puas penuh kemenangan. Dia langsung menghilangkan jejak dan semua barang bukti yang ada agar perbuatannya tidak diketahui oleh siapapun.


***


Hari minggu, hari dimana para pelajar bisa bersantai  karena terlepas dari semua aktivitas sekolah yang menggangu. Terutama bagi Reina,  hari ini betul-betul membuatnya bahagia. Semalam, Devan mengirimkan pesan untuk mengajaknya jalan-jalan. Laki-laki itu memang tidak memberitahu pasti mereka akan kemana. Namun yang jelas, Reina begitu senang karena Devan yang mengajaknya duluan.

Kapan lagi bisa jalan-jalan berdua dengan orang yang ia suka? Terlebih mereka sekarang sudah berstatus pacaran. Walau sebenarnya, HANYA PURA-PURA PACARAN.

"Gue pakek baju apa ya?” Gadis itu menimang-nimang baju yang akan ia pilih. Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam, akhirnya Reina memilih setelan dress biru selutut yang di padukan dengan sneaker putih.

Saat semuanya  sudah siap, Reina bergegas keluar dari dalam rumah. Didepan sana sudah ada Devan yang menunggu dari dalam mobil. Beruntung papa dan mama tirinya sedang tidak di rumah. Jadi Reina bisa bebas keluar tanpa hambatan.

Reina masuk ke dalam mobil Devan dan duduk di kursi samping kemudi. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang saat Devan memasangkan seatbelt ke tubuhnya tanpa izin.

“Makasih," respon Reina kikuk.

Devan hanya tersenyum menatap gadis itu langsung melajukan mobilnya.

“Kita mau kemana?”

“Ke sesuatu tempat," jawab Devan singkat.

Reina hanya mengangguk dan kembali menyandarkan kepalanya di kursi kemudi. Matanya memejam saat alunan musik mengalun dari radio yang Devan putar sebagai peneman perjalanan.

Setelah beberapa menit, lagu berikutnya kembali berputar. Namun kali ini, lagu tersebut berhasil mengundang perhatian Reina.

Senyum manis terpampang diwajah gadis itu. “To the bone?”

“Iya. Mau nyanyi bareng?”

Tawaran itu tidak mungkin Reina tolak. Bernyanyi juga merupakan salah satu hobinya sejak kecil.

DEVANO (Selesai)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang