Bagian 11-Dalam masalah

880 103 0
                                    

"Seberapa banyak pun luka yang telah dibuat, orang tua akan selalu menjadi tempat untuk berpijak.



"Mengapa kalian terlibat dalam tawuran? Kalian sadar bahwa ini merugikan?"

Devan dan Teo hanya bisa mengangguk sebagai tanggapan.

"Kalian masih duduk di bangku sekolah, tapi lihat, apa yang sudah kalian lakukan? Tindakan kalian benar-benar tidak mencerminkan status pelajar. Sangat memalukan dan tentu saja merusak reputasi baik sekolah." Ekspresi polisi tersebut penuh kekecewaan. "Kalian sudah menelepon orang tua kalian?"


Wajah Teo pucat pasi. Pikirannya langsung tertuju pada konsekuensi yang akan ia dapat jika ayahnya sampai mengetahui hal ini. Sementara itu, Devan tetap tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

"Saya atasi semua ini sendiri," kata Devan tegas. "Saya tidak akan melibatkan keluarga saya dalam masalah ini."

"Tidak bisa seperti itu nak, Devan. Saya akan menahan kamu jika kamu tidak membawa penanggung jawab kamu kesini."

"Saya mohon maaf, tetapi saya tidak bisa melibatkan penanggung jawab saya dalam situasi ini. Saya siap bertanggung jawab atas tindakan saya sendiri dan siap menghadapi konsekuensinya," teguh Devan menanggapi. Sementara Teo hanya termenung dengan wajah bimbang.

"Sa-saya, eum... ayah saya pasti tidak akan datang, pak," ucap Teo terbata-bata.

Polisi itu menghela napas. "Untuk sementara saya akan menahan kalian terlebih dahulu, sampai ada penanggung jawab kalian yang datang untuk menindak lanjuti kasus ini."


***

Setelah tiba di kantor polisi, Reina dan juga anak-anak Black Tiger yang lain memilih untuk duduk di kursi tunggu, sementara Rian segera bergegas menghampiri Devan yang saat ini sedang berada di balik jeruji besi bagian luar.

Tepat saat kedatangan mereka, seorang gadis cantik dengan rambut bergelombangnya yang terurai, datang mendekati mereka. Gadis itu adalah Quin. Orang yang Devan sukai.

"Kai, kok bisa Devan bisa ketangkep polisi? Apa yang udah dia lakuin?" Gadis itu terlihat panik.

Kai menggeleng. "Gue gak tahu. Tadi gue ketemu Reina di jalan, dia bilang Devan ketangkep."

"Kok bisa?"

Reina tertunduk. "Ta-tadi Devan nolongin gue," jawabnya lirih. "Gue minta maaf..."

Quin segera mendekati Reina, duduk di sampingnya, dan mengusap punggungnya dengan pelan. "Ini bukan salah lo. Jangan khawatir, masalah ini pasti cepet selesai."

Tidak, ini salahnya. Jika saja Devan tidak datang untuk menolongnya, laki-laki itu pasti tidak akan berakhir disini.

"Salah gue. Devan nolongin gue."

"Bukan salah lo, Rei. Dari awal kita emang udah dikejar-kejar polisi. Lo tenang, ya? Ini cuma masalah kecil, lo jangan takut," sela Hito yang disusul anggukan setuju dari Sevan.

"Iya, lagian juga ini bukan pertama kalinya Devan berurusan sama polisi."

Mendengar perkataan Sevan, Kai langsung terkekeh. Ia jadi teringat bagaimana brutalnya mereka dulu. Memang masih sama sih, hanya saja lebih mendingan yang sekarang.

DEVANO (Selesai)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang