Bagian 16- Gadis Penyelamat

960 94 1
                                    

“Cinta tidak hanya di awali dengan kisah indah, tetapi cinta di awali dengan bermacam kisah. Takdir lah yang akan menentukan segalanya.”


***


Saat berjalan menuju perpustakaan, Reina menolehkan pandangannya ke samping lapangan outdoor SMA Galaksi, mendapati Devan dan teman-temannya tengah bermain basket disana. Sorot matanya tertuju pada pria bertubuh jangkung dengan seragam basket lengkap dengan head band bewarna hitam yang melingkar di kepala. Peluh membanjiri wajah pria itu. Dia adalah Devano Chandra Albaran sang ketua Black Tiger yang juga bergabung dalam tim basket SMA Galaksi bersama tiga temannya, Kai, Hito, dan Rian.

Suara teriakan para siswi begitu menggema di sepanjang jalan, terutama suara Clarisa dkk yang begitu nyaring bak petasan. Sudut bibir Devan membentuk senyum setelah berhasil memasukan bola bewarna orange itu ke dalam ring lawan. Beberapa detik kemudian, bola mata Reina membulat sempurna saat tatapan mata Devan beralih ke arahnya. Mereka saling pandang satu sama lain, hingga tanpa sadar, Reina tidak sengaja menabrak seseorang di depannya. Begitu juga Devan, dia tidak menyadari jika bola basket yang baru saja Kai lempar malah tertuju ke arahnya.

“Devan!!!”

Devan meringis saat bola basket itu menghantam keras kepalanya. Reina yang mendengar teriakan keras Kai barusan, refleks menoleh ke arah lapangan. Kembali mendapati Devan yang sudah terjatuh dengan kondisi berlutut dan di kerumuni oleh teman-temannya.

“Woy! Kalau jalan tu liat-liat. Punya mata gak si lo?!”

“Woy lo dengerin gue gak sih?”

“Lo budek ya?!”

“Woy!!!”

Teriakan keras dari gadis di depannya membuat Reina tersentak. Dia adalah Tiara, yang merupakan primadona di SMA Galaksi.

“Maaf.” Reina sedikit membungkukkan badannya dan malah membawa langkahnya pergi mendekati Devan yang masih berada di lapangan basket. Tanpa menghiraukan teriakan kekesalan Tiara yang terus memanggilnya untuk berhenti melangkah.

Devan masih memegangi kepalanya yang berdenyut akibat hantaman keras yang baru saja ia dapatkan. Dia melirik Kai sekilas dengan pandangan tajam, namun pria itu malah membalasnya dengan cengiran.

“Kalau mau lempar tu bilang-bilang dulu! Gue jadi kayak gini kan?!”

“Ya elah... Maaf, Van. Kan lo juga yang salah. Lo bukannya fokus main malah noleh ke samping. Emang lo liatin apa si tadi?”

Devan bungkam. Dia memilih diam dan mengabaikan pertanyaan Kai barusan. Sementara itu, napas Reina memburu saat kakinya menapaki lantai kasar lapangan. Secepatnya dia berlari mendekati Devan.

“Lo gak apa-apa Van?”

Kedatangan Reina yang tiba-tiba membuat mereka semua terkejut.Lalu, Devan mengangkat sebelah alisnya dengan heran.

“Lo ngomong sama gue?" Dia menoleh ke kanan kiri, memastikan bahwa dirinya tidak salah.

“Lo kira gue ngomong sama siapa? Hantu? Ya jelas elo lah!" Kemudian, Reina sedikit membungkukkan badan dan menjulurkan tangannya pada Devan. "Sini gue bantuin."


Namun laki-laki itu malah menepisnya dengan kasar. “Gak usah! Gue bisa sendiri. Gak usah jadi pahlawan kesiangan buat gue!”

DEVANO (Selesai)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang