"Gue ingetin sama lo. Pilihan lo cuma dua, babak belur, atau mati di tangan gue!"—Devano
•
•
•Setelah pulang sekolah, memang selalu jadi kebiasaan Devan berkumpul bersama anak-anak Black Tiger yang lain hanya sekedar nongkrong dan bercengkrama gak jelas di markas kedua mereka. Ya, lebih tepatnya di warkop kang Jupri.
"Eh, Van, cerah banget muka lo hari ini. Tumben, ada apaan?" tegur Sevan yang baru saja sampai.
Sementara Devan hanya tersenyum. Memang hari ini, dia sungguh berbeda dari Devan yang mereka kenal. Tatapan matanya yang tajam berubah menjadi tatapan yang begitu menggemaskan. Menjadi lebih ramah, dan selalu menebarkan senyum kepada semua orang.
"Aneh banget kan?" Celetuk Kai. "Guru fisika terkiller di sma Galaksi aja sampe heran ngeliat perubahan sikap tuh anak."
"Emang ada apa si lo hari ini? kasih tahu dong sama kita-kita," ujar Darren. Devan baru saja akan membuka mulutnya untuk membalas ucapan Darren, namun suara teriakan Hito mengurungkan niat cowok itu. Mereka semua refleks menoleh ke sumber suara.
"Van!" Hito berteriak. "Dito di serang!" Wajah Devan langsung berubah tajam. Anak-anak Black Tiger yang lain langsung berdiri menghampiri Hito.
"Siapa yang nyerang Dito?" tanya Kai murka.
"Anak-anak Vagos. Mereka sekarang lagi di jalan Bagaskara," balas Hito, membuat rahang Devan mengeras.
"Kita kesana sekarang!" perintah Devan. Dan tanpa berlama-lama, mereka segera menekan gas dengan kecepatan tinggi. Menuju ke jalan Bagaskara utuk menyelamatkan Dito yang sedang dalam bahaya. Karena bagi mereka, keselamatan dan nyawa Dito adalah hal yang paling penting saat ini.
***
Reina mengambil beberapa makanan instan dan juga minuman di supermarket. Melangkah ke arah meja kasir dan meletakkan keranjang yang ia bawa. Setelah selesai, ia dengan cepat mengeluarkan dua lembar seratus ribuan dan menyerahkannya kepada kasir. Reina mengambil kresek putih, berbalik dan hendak melangkah pergi. Namun ia mengurungkan niatnya saat melihat Intan juga berada di sana tengah mencari-cari bahan makanan untuk di beli.
Tanpa pikir panjang, ia segera berjalan mendekati Intan. Sementara itu, Intan refleks menoleh dan sedikit terkejut melihat kehadiran Reina.
"Tante, apa kabar?"
Sudut bibir Intan tertarik membentuk lengkungan. "Baik. Kamu apa kabar sayang?"
"Alhamdullilah baik tante." Gadis itu ikut tersenyum.
"Syukurlah kalau gitu. Kamu mau beli apa kesini sayang?"
"Cuma beli minuman sama makanan instant kok, te. Kalau tante mau beli apa?"
"Tante mau beli bahan makanan. Soalnya, malam ini tante mau camping sama Devan dan kedua abangnya."
Mendengar itu, senyum Reina mengembang lebar. "Beneran, tante?"
"Iya. Tante seneng banget, Devan udah balik lagi kayak dulu sama tante."
"Kalau gitu, boleh gak aku bantu tante buat cariin bahan makanannya?"
Intan mengangguk senang. "Boleh. Boleh kok sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO (Selesai)✓
Novela JuvenilSemenjak kematian Eren, semua berubah 180 derajat. Devan, ketua geng Black Tiger yang terkenal akan kekuasaannya merajai jalan, telah berubah menjadi sosok yang kasar dan ditakuti oleh semua orang. Ya, semua itu karena Devan merasa hidupnya sudah ha...