Bagian 49-Tetap Bertahan

956 70 6
                                    

"Tak peduli seberapa sering kamu jatuh, yang terpenting seberapa sering kamu berjuang dan tak mengenal kata menyerah."

***

Tak peduli seberapa derasnya rinai hujan yang jatuh, hal itu tidak membuat seorang gadis yang masih terduduk sendirian dikursi panjang taman, mencari tempat lain untuk berteduh. Ia masih ingin disana, menumpahkan tangis dan meluapkan segala sakit yang terus menyesakkan dada. Sampai-sampai ia tak sadar, ada laki-laki lain yang sedari tadi terus melindunginya dari rintik hujan menggunakan payung transparan yang ia pegang.

Setelah isak gadis itu mulai mereda, laki-laki dengan setelan kaos putih berbalut blazer dan celana jeans hitam itu, memutuskan untuk menepuk bahunya pelan. “Udah nangisnya?”

Reina terkesiap dan segera mengangkat pandangan. Didepannya berdiri sosok laki-laki yang tengah tersenyum manis kearahnya. Dia, Rian.

“Kak Rian?” Ada sedikit keterkejutan diwajah Reina saat menangkap sosok itu. Tunggu, sedang apa dia disini? “Kak Rian sejak kapan disini?” Lanjutnya sembari mengelap wajahnya yang basah.

“Kurang lebih sepuluh menit yang lalu.” Jawabnya enteng.

“Ngapain?” Tanya Reina menyelidik.

“Gue gak sengaja liat lo lagi duduk sendirian disini. Lo keliatan sedih banget, sampai hujan aja lo gak mau berteduh.” Jelasnya diakhiri senyum.

Reina hanya beroh ria kemudian tertunduk. Gadis itu benci terlihat serapuh ini dihadapan orang, apalagi kalau orang itu adalah Rian.

“Kenapa lo nangis? Ada masalah?” Tanya Rian dengan kening yang berkerut dalam. “Oh iya, bukannya tadi lo masih dimarkas ya?”

Reina diam saja, tak membalas.

“Apa lo lagi ada masalah sama Devan?”

Mendengar nama itu, Reina dengan cepat mengangkat pandangan, “Enggak.” Tukasnya bohong.

Rian manggut-manggut. Walau sebenarnya tahu, bahwa ada yang Reina coba tutupi darinya. “Gue anter pulang ya?” Tawar Rian.

“Gak usah kak, makasih. Aku belum mau pulang.” Jawabnya dengan sedikit memaksakan senyum.

“Terus, kapan lo mau pulang?”

Reina membuang muka. “Nanti.”

“Oke,” Rian mengangguk. “Kalau gitu, gue tungguin disini sampe lo mau pulang.”

“Eh jangan kak,” Sergah Reina cepat. “Kakak pulang aja. Aku masih mau disini, sendirian.”

“Dan biarin lo kehujanan kayak gini?” Ujar Rian sambil menatapnya heran.

“Aku udah biasa. Mending kakak pulang aja.” Kata Reina, tetap menginginkan Rian pulang.

“Gak, gue tetap mau disini. Ada masalah? Ini tempat umum bukan?” Telaknya.

Reina menarik napas panjang. Sungguh, ia benar-benar tidak tahu bahwa didlaam diri Rian ada sisi lain yang sangat menyebalkan. Lihatlah laki-laki itu sekarang, sangat keras kepala dan tetap kekeh pada kemauannya.

DEVANO (Selesai)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang