"Hidup bagai daun yang gugur saat musim semi, ia jatuh dari ranting tempat ia tumbuh, melayang jauh saat angin mulai menerpa, lalu pergi dan hilang entah kemana."
***
Tak ada yang lebih menyenangkan bagi murid-murid SMA Galaksi, selain mendengarkan bel pulang sekolah berbunyi. Ya, itu artinya, mereka bisa bersantai dan terlepas sejenak dari urusan sekolah yang mengharuskan mereka untuk belajar, belajar, dan belajar.
Namun beda lagi dengan Reina, yang bukannya senang, tapi malah terlihat kesal. Seenaknya saja laki-laki itu mengajaknya pulang bersama, tapi sekarang, Devan malah tak kunjung menemuinya.
“Lo kenapa belum pulang Na?” Tanya Aina yang tiba-tiba saja sudah berada di dekat Reina.
Reina menoleh, kemudian menggeram kesal. “Gue lagi nungguin Devan. Dia bilang mau pulang bareng, tapi sampe sekarang tu anak belum juga nongol. Ngeselin banget si!”
Aina tersenyum sambil mengusap punggung Reina. Berusaha menenangkan sahabatnya itu. “Udah, gak usah marah-marah. Tadi gue liat kak Devan masih di kelas sama temen-temennya. Mungkin bentar lagi dia bakal datang buat nganter lo pulang. Kayaknya dia lagi ada urusan.”
“Setidaknya kan, dibisa kabarin gue dulu. Jadi gue gak perlu susah-susah nungguin dia disini.”
Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Reina dari belakang. Reina secepatnya menoleh, berharap bahwa orang itu adalah Devan, dan ternyata ia salah menduga. Orang yang sudah berdiri di hadapannya ini bukanlah Devan, melainkan Rian.
“Kak Rian?” Reina sedikit terkejut melihat kehadirannya.
Rian tersenyum menatap Reina. “Lo belum pulang?”
Reina menggeleng. “Belum kak. Masih nunggu Devan.”
“Devan?” Rian mengerutkan keningnya, seolah berpikir. Tak lama, ia manggut-manggut setelah menyadari sesuatu. “Oh iya, gue lupa. lo sekarang udah pacaran sama Devan ya?”
Reina nyengir paksa sambil mengangguk ragu.
Wajah Rian berubah murung. Entah mengapa, ada sesuatu yang mengusik perasaannya setelah teringat kembali dengan fakta itu. Walau begitu, Rian tetap berusaha mengembangkan senyumnya. “Devan lagi ada urusan. Kayaknya bakal lama, lo mau gue anter?” Rian menawari dan di balas gelengan pelan dari Reina.
“Gak usah kak, aku mau nungguin Devan aja.” Reina tersenyum kecil.
“Na, supir gue dateng, gue pulang dulu ya?” Ujar Aina tiba-tiba.
Reina mengangguk dan tersenyum setelahnya. “Iya, hati-hati ya di jalan.”
“Iya. Gue balik dulu ya, bye Reina, kak Rian!” Pamit Aina dan segera berjalan pergi.
Rian kembali menatap Reina. “Lo yakin masih mau nunggu Devan disini?”
“Iya kak. Aku masih mau nungguin Devan.”
“Gak mau pulang bareng gue?” Tawar Rian sekali lagi dan jawaban Reina tetap sama. Ia akan menunggu Devan, dan pulang bareng dengan laki-laki itu. “Yakin? Devan masih ada kerjaan-“
“Gak ada!” Seru seseorang yang baru saja keluar dari dalam mobil. Orang itu adalah Devan. Ya, hari ini Devan memutuskan untuk membawa mobilnya yang sudah lama tidak terpakai ke sekolah. Kemudian, ia berjalan santai menghampiri keduanya.
“Kerjaan gue udah selesai. Dia pulang bareng gue.” Tegas Devan dengan wajah datar. Laki-laki itu beralih menatap Rian sepenuhnya. “Lo bisa pulang sekarang. Biar gue yang anter pacar gue sendiri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO (Selesai)✓
Teen FictionSemenjak kematian Eren, semua berubah 180 derajat. Devan, ketua geng Black Tiger yang terkenal akan kekuasaannya merajai jalan, telah berubah menjadi sosok yang kasar dan ditakuti oleh semua orang. Ya, semua itu karena Devan merasa hidupnya sudah ha...