Bagian 48-Retak

783 71 0
                                    

Holla holla guyss

Author update lagiii

Silahkan dinikmati yaaa

Happy Reading Guyss🥰

****

"Sesuatu yang telah putus, suatu saat pasti akan tumbuh."

***

“Woy! tumben lo ngerokok. Gak biasanya.” Heran Hito yang baru saja mendaratkan bokongnya disofa. Seperti biasa, malam ini mereka berkumpul dimarkas hanya sekedar untuk nongkrong dan bercengkrama tidak jelas.

Devan menghembuskan asap dari benda bernikotin itu keudara. Kemudian menoleh ke Hito dengan tatapan datar. “Lagi pengen aja.”

“Kenapa? ada masalah? Sini cerita-cerita.” Sahut Sevan sembari bertengger pada ujung sofa.

“Asli! Cerita sini, jangan malu-malu.” Timpal Darren, diselingi cengiran lebar.

“Gak! udah gue bilang cuma pengen aja.” Sinis Devan, memutar bola matanya.

Rian menutup buku yang ia baca, beralih menatap Devan. “Masih kepikiran soal kemarin?”

“Gak juga.” Jawab Devan singkat. Ia berdiri, menatap satu persatu keenam inti Black Tiger tersebut. “Gue kebelakang dulu.”

“Mau ngapain?” Tanya Rehan.

“Buang angin kalik,” Celetuk Kai asal.

“Sembarangan kalau ngomong! Gue mau cari angin.” Protes Devan. Segera berjalan kehalaman belakang markas tanpa persetujuan. Setelah sampai, laki-laki itu menjatuhkan duduknya dikursi panjang seraya menatap gemerlap bintang yang menghiasi langit malam.

Laki-laki itu menunduk, memperhatikan dan memegang dadanya seraya memejamkan mata sesaat. Ucapan Dokter Adam tadi sore sewaktu dirumah sakit, terus terngiang-ngiang dipikirannya sampai sekarang. Hingga kini, ia merasakan panas menjalar dari kedua matanya.

“Devan, ada yang mau saya bicarakan sama kamu.” Kata Dokter Adam.

“Soal penyakit saya?”

Dokter Adam mengangguk, Guratan lelah tergambar jelas diwajahnya. “Nanti, kita bicarakan ini. Setelah keadaan kamu kembali membaik. Saya tunggu diruangan saya.”

Devan dengan cepat menggeleng. “Jangan dok!” Cegahnya. “Dokter bisa bicarakannya disini.”

“Tapi, kondisi kamu belum sepenuhnya stabil Devan.”

“Saya mohon dok..” Pinta Devan, amat sangat memohon. “Saya gak mau, teman saya yang diluar bisa tahu penyakit saya apa. Dokter bisa bicarakan semuanya disini. Saya siap, mendengar kabar apapun dari dokter.”

Dokter Adam terlihat berpikir, tak lama kemudian, ia mengangguk, menyetujui. “Devan.” Terdengar helaan napas berat keluar dari mulut Dokter Adam sebelum ia menatap serius ke arah Devan. “Dari hasil pemeriksaan yang saya lakukan, paru-paru kamu sudah mencapai delapan puluh persen mengalami kerusakan.”

DEVANO (Selesai)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang