Bagian 32-Pacar Pura-Pura

647 73 1
                                    

“Lebih baik ditinggalkan, daripada di cintai dalam kepura-puraan.”




“Halo semuanya, selamat malam!” si gadis pembawa acara tersebut menyapa para hadirin dengan ramah. “Wah, acara malam ini meriah banget ya? Oh iya, sebelumnya happy birthday buat Quin, semoga panjang umur dan selalu di limpahi kebahagiaan. Aamiin!"

“Nah, teman-teman semua, bentar lagi kita bakal masuk ke sesi pesta dansa!” lanjutnya membuat semua orang berteriak heboh. “Kalian udah punya pasangan semua kan? Atau ada yang jomblo nih?”

“Udah!!!” sebagian berteriak begitu, sebagian lagi berteriak sebaliknya.

"Belum!!!"

"Yang belum cari pasangan dulu sana. Siapa tahu dapat pacar beneran!" canda gadis itu. "Eh, dari pada berlama-lama, yuk siapin posisi kalian masing-masing!" Ujarnya memberi instruksi.

Beberapa para hadirin berkumpul mengambil posisi masing-masing bersama pasangannya. Namun ada juga beberapa yang tidak ikut ambil posisi dan hanya memilih  duduk karena tidak punya pasangan alias JOMBLO! Salah satu contoh, Reina dan juga teman-temannya.

“Lo kenapa gak ikut, Cha? Kan lo punya pacar."

Pertanyaan dari Reina membuat Icha menggembungkan pipi dengan wajah cemberut. 

“Randi gak dateng, dia sakit.”

“Kasihan banget. Gue turut prihatin," responnya sok sedih. Padahal dalam hati, Reina senang sekali karena punya teman yang tidak bisa ikut dansa.

“Eh, btw lo punya pacar gak si?” tanya Icha pada Aina yang sedari tadi diam. Selama ini, Icha belum begitu mengenal dalam tentang sosok Aina. Jangankan tahu pacarnya siapa, rumah bahkan keluarganya pun Icha sama sekali tidak tahu.

Aina tersenyum tipis. “Gue gak boleh pacaran. Harus fokus sama sekolah dulu. Nanti kalau udah selesai mengemban ilmu, baru deh hal itu dipikirin," tutur gadis itu membuat Icha dan juga Reina langsung mengacungkan jempol takjub.

"Baru kali ini gue ngelihat orang kayak lo. Biasanya di zaman sekarang, sulit menemukan cewek sma yang gak mau pacaran."

Reina mengangguk setuju. “Jangankan SMA, SD aja udah banyak tuh cewek-cewek yang udah pacaran. Eh, kalau boleh tahu, Mama lo ngelarang lo pacaran gak?”

Aina menggeleng. "Gue aja yang maunya gitu."

“Bagus! Jangan kayak Icha, centilnya gak ketulungan."

Icha mendelik lantaran kesal dirinya di bawa-bawa. “Sialan lo, Na! Gini-gini gue tuh cewek setia meski mata gue suka khilaf ngeliatin cogan. Tapi bukan berati gue suka, gue cuma mengagumi betapa indahnya ciptaan tuhan."

"Iya, iya, deh. Percaya!" Lantas keduanya tertawa kompak.

Di sisi lain, inti Black Tiger sedang di buat ricuh lantaran Devan tidak mau ikut dansa dengan alasan tidak punya pasangan. Padahal dari tadi, puluhan gadis sudah banyak yang antri demi bisa berdansa dengan ketua Black Tiger tersebut.

“Ayolah, Van, masa lo gak mau dansa si bareng kita?” Kai menarik tangan Devan, namun tenaga pria itu terlalu kuat hingga Kai berakhir jatuh ke belakang. Dengan kesal, dia kembali bangkit dan menarik Devan. “Van, ayo dong jangan kayak gini. Cewek di luar sana masih banyak, Van. Tuh! Udah puluhan yang ngantri buat jadi pasangan dansa lo, masa lo masih gak mau?”

Tatapan tajam yang Devan berikan padanya membuat nyali cowok itu menciut. “Gue bilang enggak, ya enggak! Ngerti bahasa manusia gak si lo?"

"Enggak tuh, Van. Kayaknya dia lebih paham kalau lo pakai bahasa monyet," celetuk Hito diakhiri tawa.

DEVANO (Selesai)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang