Bagian 42-Terungkap

648 70 12
                                    

"Jika tidak ingin jatuh kelubang yang paling dalam, maka jangan membuatnya lebih dalam lagi."

***

“Kamu mau lihat wajah saya bukan?” Dengan ragu, Reina putuskan untuk mengangguk. Sembari meneguk ludahnya dengan susah payah.

“Saya akan tunjukkan diri saya yang sebenarnya.”

Tanpa diduga, tangannya terangkat dan melepas topeng yang tersangkut di wajahnya. Kedua mata Reina membelalak, mulutnya terbuka, napasnya tercekat, dan ia terbungkam setelah melihat sosok wajah di balik topeng. Dia...

“Kak Leon?” Reina benar-benar terkejut melihatnya. Apa-apaan ini. Jadi, pria bertopeng yang telah menculiknya ini, adalah kak Leon?

“Kak, apa-apaan ini?!” Tanya Reina parau. Berharap bahwa dirinya salah lihat. Tapi tidak, itu semua memang benar. Laki-laki di depannya ini betul-betul kak Leon. Dia tidak menyangka kalau kak Leon akan melakukan hal segila ini.

Leon tersenyum culas. Senyuman yang mampu mampu membuat tubuh Reina menegang karena takut. “Lo tahu, apa alasan gue nyulik lo?”

Reina menggeleng dengan air mata yang kembali mengalir, membasahi pipi. Ia benar-benar tidak tahu, dan sepertinya juga tidak ingin mengetahuinya.

“Karena lo adiknya Rigal! Dan sekalian, gue mau habisin Devan tepat didepan mata lo!” Jelas Leon penuh penekanan. Hal itu membuat bola mata Reina membulat sempurna.

“Kenapa kak?! Apa salah kak Rigal? Dan kenapa kakak tega mau habisin Devan?!” Bingung Reina. Ia tahu Devan dan Leon memang tak pernah akur, tapi, apa alasan Leon sampai tega melakukan hal ini? pasti ada alasan lain yang tidak ia ketahui.

Wajah Leon berubah tajam, dengan tatapan yang tertuju lurus ke depan. “Karena gue benci sama mereka!” Jawabnya singkat.

Reina menatap Leon bingung. Tak mengerti dengan jalan pikiran laki-laki itu. “Memang harus sampe berbuat hal kayak gini?! Lo benar-benar gak waras kak!”

“Iya, gue memang gak waras Reina!” Teriak Leon frustasi. Dalam sekejap, tatapannya kembali menajam. “Karena itu, gue mau lo rasain apa yang gue rasain. Gimana rasanya kehilangan orang yang lo sayang? Dan gue juga mau Devan hancur! Gue mau habisin nyawa dia, gue mau dia mati!”

“Jangan...” Reina terisak kencang, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Memohon pada Leon agar tidak melalukan hal gila itu. “Jangan apa-apain Devan kak. Aku mohon jangan kakak sakitin dia... aku mohon kak...”

“Diam!” Bentak Leon membuat Reina tertegun. “Siapapun gak akan bisa halangin gue. Disini, Devan bakal mati, tepat di depan mata lo sendiri!” Ia membungkukkan badan, menatap dress putih yang Reina kenakan. “Gaun putih ini, sebentar lagi akan bermandikan darahnya Devan!”

“Jangan kak..” Mohon Reina, wajahnya sudah berderai air mata.

“Gue udah kasih tahu Devan, tentang keberadaan lo disini. Dan gue juga bilang sama dia, buat datang sendirian, kalau mau nyawa lo aman.” Jelas Leon, kembali menegakkan badannya.

DEVANO (Selesai)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang