"Kau boleh merasa lelah, dan hati mu boleh patah, namun ingat, sekalipun itu, kau tak boleh menyerah."
***
Reina keluar dari kamar dalam keadaan kacau. Mata gadis itu masih terlihat sembab dan sedikit bengkak karena terlalu sering menangis tadi malam. Tatapannya menerawang keseluruh penjuru ruangan. Berharap menemukan sosok Rian disana. Namun nihil, ia tidak menemukannya. Mungkin laki-laki itu sudah pergi lebih dulu ke sekolah.
Gadis itu seketika terlihat sedih. Bagaimana tidak? Rian tidak pernah semarah ini padanya. Pria itu selalu menyikapi suatu masalah dengan kepala dingin. Ya, memang Rian tidak membentaknya atau pun berlaku kasar seperti yang Devan lakukan. Tetapi tetap saja, perubahan sikap Rian yang semakin dingin justru lebih membuatnya takut.
Reina kemudian menuntun langkahnya ke ruang makan. Ia begitu terkejut setelah melihat sepiring nasi goreng sudah tersedia diatas meja, lengkap dengan telur mata sapi diatasnya. Perlahan, lengkungan dibibir Reina terbentuk. Ada sedikit kehangatan yang mulai merambat dihatinya. Bahkan saat sedang marah pun, Rian masih menaruh rasa perhatian kepadanya.
Tanpa pikir panjang, Reina langsung duduk dan menyantap nasi goreng itu. Karena sebentar lagi, ia harus siap-siap untuk berangkat ke sekolah.
***
Devan saat ini tengah makan dikantin bersama Kai dan juga Hito. Sedangkan Rian sendiri, memilih untuk bersantai dirofftop. Ia begitu malas melihat wajah Devan. Awalnya Hito juga tak mau karena masih begitu kesal dan kecewa dengan sikap Devan semalam yang sudah menyakiti hati Reina. Laki-laki itu sudah sangat keterlaluan dan ia benar-benar tidak terima soal itu.
Dan beginilah sekarang, suasana saat itu benar-benar sangat hening. Hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring. Sampai suara Kai yang terdengar, berhasil memecahkan atmosfer keheningan diantara Hito dan juga Devan.
“Kalian kenapa si? tumben banget hari ini diem aja.” Kai membuka obrolan dan keduanya hanya melirik pria itu sekilas dengan tatapan malas.
“Males ngomong. Ada cowok brengsek disini.” Sahut Hito tajam sambil mengaduk-ngaduk mangkuk bakso tanpa berniat memakannya.
Kai langsung menoleh kearah Hito.
“Maksud lo apaan To? Ngatain gue lo ya?” Tuduhnya.“Bukan buat lo. Tapi buat yang sadar aja si.” Sindir Hito keras.
Devan diam saja. Ia sangat tahu bahwa Hito saat ini tengah menyindir dan mencoba untuk memancing emosinya.
Kai menoleh kedua orang itu bergantian.
“Kalian lagi berantem?” Tanya Kai, namun tak ada satupun yang membalas.“Kai.” Panggil Hito kemudian, membuat Kai menoleh lagi kearahnya. “Menurut lo brengsekan yang mana. Gue yang jelas playboy, atau cowok gak tahu diuntung, yang udah dikasih cewek sebaik Reina malah disia-siain?”
“Hah? gimana?” Kai mengernyitkan dahinya. Masih belum mencerna apa yang Devan katakan.
Hito tak menjawab. Ia malah mengalihkan pandangannya pada Devan. “Kenapa lo tega lakuin hal itu sama Reina, Van?”
Devan hanya diam. Mengabaikan Hito dan berniat pergi dari sana. Hal itu, tentu saja membuat emosi yang sedari tadi Hito pendam, akhirnya naik ke permukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO (Selesai)✓
Novela JuvenilSemenjak kematian Eren, semua berubah 180 derajat. Devan, ketua geng Black Tiger yang terkenal akan kekuasaannya merajai jalan, telah berubah menjadi sosok yang kasar dan ditakuti oleh semua orang. Ya, semua itu karena Devan merasa hidupnya sudah ha...