"Berdamailah dengan masa lalu, bisa jadi itulah yang akan membawamu menuju kebahagiaan yang selama ini kau cari."
•
•
•Quin hendak memasuki kelas, namun tiba-tiba Leon datang dan menyeretnya ke halaman belakang.
“Lo jalan sama siapa kemarin?” Nada bicara Leon terdengar dingin.
Quin memutar bola mata dan menatap Leon sinis. “Gak penting buat lo tahu gue jalan sama siapa! Itu semua gak ada urusannya sama lo!” desisnya tajam. Ikut merubah panggilannya dengan Leon.
Leon kembali menarik Quin saat gadis itu berniat meninggalkannya.
“Lepasin tangan gue!”
Leon tersenyum culas. “Bener-bener cewek murahan," ungkapnya membuat pupil mata Quin membesar.
Hingga, satu tamparan mendarat mulus di pipi kanan Leon. Wajah pria itu berubah merah seketika karena menahan amarah, tatapan matanya semakin menajam.
“Apa-apaan lo?!”
“Lo yang apa-apaan?!” teriak Quin mulai geram. “Kenapa? Gak suka lo? Lo inget gak perlakuan lo sama gue kemarin kayak gimana?!” Air mata mengalir di pipi Quin. “Lo jahat Le! Lo bukan lagi Leon yang gue kenal!”
Rahang Leon menegas. Tangannya bersiap melayangkan tamparan di pipi Quin, namun pergerakan terhenti di udara.
“Kenapa lo gak jadi tampar gue? Tampar gue, Le! Tampar!”
Leon terdiam. Perasaan bersalah memenuhi hatinya. “Gue, gue minta ma—"
“Hubungan kita selesai!” putus Quin sepihak dan berlalu pergi meninggalkan Leon yang langsung mengusap wajah gusar dan menarik rambut frustasi.
Pria itu memukul udara di depan wajahnya sambil berteriak hingga suaranya nyaris habis.
“Argh sialan!”
***
Bel istirahat berbunyi. Devan, Rian, Kai, dan Hito sudah berada di kantin untuk memuaskan perut mereka yang lapar.“Kalian mau pesen apa?” tanya Hito menatap ketiga temannya bergantian.
“Kita bertiga sama kayak lo aja,” jawab Kai malas berpikir.
“Ya, udah, berati es teh sama bakso ya?” Hito menjulurkan tangan membuat mereka mengernyitkan kening secara bersamaan.
“Apaan?” Entah pura-pura polos, atau memang sengaja, sikap Kai membuat Hito memutar bola matanya jengah.
“Uangnya mana? Masa pakek uang gue," sungut Hito.
“Ya, elah, hitung-hitungan banget sih lo jadi temen. Cepetan buruan beli! Pakek duit lo dulu, entar gue bayar.”
Hito ngelus dada. “Udah puluhan kali lo ngomong kayak gitu. Tapi apa? Gak pernah lo bayar juga kan? Kalau gue tabungin tuh duit, udah bisa kebeli lamborghini kali gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO (Selesai)✓
Teen FictionSemenjak kematian Eren, semua berubah 180 derajat. Devan, ketua geng Black Tiger yang terkenal akan kekuasaannya merajai jalan, telah berubah menjadi sosok yang kasar dan ditakuti oleh semua orang. Ya, semua itu karena Devan merasa hidupnya sudah ha...