Bagian 52-Kebenaran Yang Menyakitkan

1.1K 72 10
                                    

"Tentang rindu kusam
Tentang cinta terbuang
Mengutip satu namamu di antara keluh kesah
Gundah gelisah, air mata, dan lara

Masihkah ada sedikit senyum darimu
Di batas penantianku yang kini makin terbata
Jika masih ada ruang di hatimu
Untukku, sedikit saja, tolong bicaralah
Pada tanah membentang
Pada pohon-pohon rindang
Dan angin yang mengusik keangkuhan"

(kutipan puisi diujung kata kata)

***

D

evan berjalan menuju dinding pembatas rofftop. Mengamati jalanan dibawahnya dengan perasaan hampa. Wajah laki-laki itu terlihat pucat pasi, dan dadanya terasa sesak setiap kali ia menarik napas.

“Ngapain lo disini?”

Suara berat itu membuat Devan seketika membalikan tubuh, mengahadap Rian.

“Ada yang mau gue jelasin sama lo Yan.” Ucap Devan lemah.

“Jelasin apa lagi?” Rian tersenyum culas, menyorot Devan tajam. “Semuanya udah jelas. Lo laki-laki paling brengsek yang pernah gue kenal!”

“Gue tahu.” Lirih Devan memelas. “Tapi gue punya alasan Yan. Gue-“

“Alasan apa?!” Rian memotong perkataan Devan. “Seribu alasan apapun yang bakal lo ucapin, itu semua gak pernah ngerubah apapun yang udah terjadi.”

“Gue gak minta semuanya dirubah.” Devan tersenyum sayu. “Lebih baik Reina ada diposisi ini, dari pada hidup bersampingan sama gue.”

“Lo gila Van!” Bentak Rian marah. “Asal lo tahu, Reina rela waktu itu nungguin lo hujan-hujanan, berharap lo balik lagi. Dan ternyata apa? lo memang bener-benar pergi ninggalin dia!”

“Gue minta maaf untuk itu.” Devan menunduk dalam. Rasa bersalah dalam hatinya kian bertambah besar. Ya, benar apa kata Rian, dia memang laki-laki brengsek dan perbuatannya sama sekali tidak bisa dimaafkan. Tapi ia melakukan ini, juga hanya demi Reina. Devan hanya mau Reina terlepas dari bayang-bayangnya. Dan jika waktu kehilangan itu tiba, Reina tidak akan merasa begitu terluka dan tidak terus berlarut-larut dalam kesedihan.

“Minta maaf lo bilang?” Rian terkekeh sinis. “Gak! perbuatan lo gak bisa dimaafin Van! lo keterlaluan.”

Devan mengangkat wajahnya, sebelum kembali melontar kata. “Gue gak minta lo maafin gue. Dan gue juga gak minta lo, untuk berhenti benci sama gue. Tapi please, kasih gue kesempatan buat jelasin semuanya dengan jelas. Biar lo paham, kenapa gue ngelakuin ini semua.”

Rian diam, mencoba mencerna apa yang Devan katakan.

“Maksud lo?”

Devan berjalan mendekati Rian, menepuk bahunya, dan berucap sebelum melangkah pergi. “Malam ini gue kerumah lo, dan gue akan jelasin semuanya.”

***

Malam ini, sesuai dengan janjinya pada Rian, Devan akan kerumah laki-laki itu untuk menjelaskan apa yang telah membuatnya melakukan ini semua. Namun saat membuka pintu utama rumah, Devan terkejut ketika melihat Quin berdiri didepan sana.

DEVANO (Selesai)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang