13| ITCED - Victoria

13.2K 1.9K 31
                                    

_o0o_
Happy Reading!

...

Sampainya disana. Victoria menundukkan kepalanya hormat, dan Lucifer duduk di singgasananya. Victoria kira hanya dirinya yang dipanggil oleh Lucifer, ternyata Ariel juga.

"Victoria," panggil Lucifer.

"Iya ayah?"

"Apa kamu sudah mengenal gadis disebelah mu itu?" tanya Lucifer menanyakan tentang Ariel.

Awalnya Victoria terkejut tapi ia langsung menjawab pertanyaan Lucifer dengan mengatakan belum mengenal Ariel.

"Tidak, aku tidak mengenalnya."

Ariel yang berdiri disebelah Victoria, ia terlihat terkejut. Dia berfikir padahal tadi dia dan Victoria sempat bertegur sapa dan saling berkenalan.

"Dia Ariel Jwell, dia adalah kakakmu," ucap Lucifer.

Jujur saja Victoria sakit hati. Victoria takut jika semua saudara laki-laki, dan juga ayahnya hanya menyukai Ariel lalu mengabaikan dirinya.

Akhirnya Victoria diam, dia tidak menanggapi perkataan Lucifer dan sibuk dengan pikirannya sendiri akan ketakutannya kepada Ariel.

Lucifer berdiri dari singgasananya dan berjalan menghampiri Victoria.

"Akulah dengan dia, ayah percaya padamu." Lucifer mengelus kepala Victoria dengan lembut.

"Baiklah ayah."

Setelah menemui Lucifer, Victoria segera pergi dan kembali ke kamarnya. Disepanjang perjalanannya, ia sempat meruntuki dirinya sendiri karena tadi mengatakan tidak mengenal Ariel. Victoria menyadari sikapnya yang cukup jahat.

"PUTRI!"

Victoria berhenti saat seseorang berteriak memanggil namanya. Itu Ariel, ia tengah berlari kearah Victoria.

Ariel bernafas dengan terengah-engah akibat berlari.

"Apa anda baik-baik saja?" tanyanya membuat Victoria tersentak.

Victoria berfikir, bukankah harusnya dirinya yang menanyakan itu kepada Ariel melihat kondisi Ariel sekarang.

"Aku baik-baik saja memang kenapa?" ujar Victoria balik bertanya.

"Ummmm itu...." Terlihat dari wajahnya, Ariel ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu kepada Victoria.

"Katakan saja, jangan ragu-ragu," ucap Victoria.

"Tadi, saat didalam anda mengatakan pada yang mulia bahwa anda tidak mengenal saya," ucap Ariel dengan ragu-ragu.

"Lalu?"

"Saya takut jika anda sekarang merasa bahwa saya telah merebut posisi anda."

Victoria tersentak, ia terkejut. Dirinya tidak tau jika Ariel akan menyadari ketakutan yang Victoria rasakan.

"Tidak, aku hanya ingin ayah yang memperkenalkan mu, dan mendengarnya dari ayah secara langsung," jawab Victoria.

"Putri!" Tiba-tiba Ariel memegang tangan Victoria dan menggenggamnya erat.

"Tolong jangan takut pada saya, saya hanya ingin berteman baik dengan anda!" ucapnya.

Victoria bisa melihat hanya ada ketulusan dan rasa takut, tidak enak hati dari mata Ariel.

"Putri Ariel!" lagi-lagi Idris datang merusak suasana.

Sungguh bocah itu menatap Victoria tidak suka secara terang-terangan. Entah kenapa dia tidak ada rasa takut. Padahal Victoria itu putri Lucifer, kaisar dibenua ini.

Tanpa diminta, Idris langsung menarik tangan Ariel agar melepaskan genggamannya ditangan Victoria.

"Tolong anda jauh-jauh dari putri Ariel," ucapnya sembari mendorong Victoria mundur dengan pelan.

Sungguh Victoria terkejut. Sikap Idris yang sebelumnya masih bisa di tolerir, tapi yang sekarang, sungguh Idris terlalu berani. Idris seperti lupa jika Victoria adalah bangsawan, anak kandung dari Lucifer. Idris harusnya memiliki rasa hormat kepada Victoria.

"Ada ala denganmu?" tanya Victoria.

"Apa maksud anda?" Idris terkejut.

"Sudahlah, tidak usah berpura-pura. Aku tau kau tidak menyukai ku, tapi caramu memperlakukan ku itu salah," ucap Victoria langsung pada intinya.

"Terserah anda saja," sahut Idris acuh.

Sedangkan Ariel mulai panik. Ia merasa bahwa sebentar lagi Victoria dan Idris akan bertengkar.

"Aku bisa mengadukan mu kepada ayah," ujar Victoria mengancam.

Tapi lagi-lagi tidak ada rasa takut dimata Idris, bocah itu malah sepertinya meremehkan Victoria.

Idris tersenyum miring. "Putri, apa anda tidak takut."

Kedua mata Victoria membulat sempurna. Ia seperti tau apa yang dimaksud oleh Idris dan apa yang ingin ia katakan.

"Putri Ariel akan mengambil semua milik anda, jadi mulailah dari sekarang menikmati semuanya," ucap Idris berbisik tepat pada ditelinga Victoria.

"Idris!" Ariel membentak memanggil Idris. Ia tidak bisa melihat Idris berulah. Sayang sekali, panggilan Ariel tidak digubris oleh Idris.

"MENJAUH DARI PUTRI VICTORIA!" Suara tegas dan berani menggelegar membuat Victoria, Idris, dan Ariel terkejut.

Mereka secara bersama-sama menoleh kearah sumber suara.

Dan itu adalah suara milik Leonardo.

"Leo..." gumam Victoria.

Leonardo mengangkat kepalanya dan menatap tajam Idris, ia berjalan dan berhenti di tengah Idris dan Victoria.

"Kau harusnya tau jarak mu dan tuan putri," ucap Leonardo menekankan.

"Beraninya kau bersikap seperti itu kepada putri Victoria," lanjutnya lagi.

Lagi-lagi Idris malah tersenyum, membuat siapapun seperti Leonardo jadi kesal melihat senyum diwajahnya itu.

"Memang kau siapa? Atas hak apa melarangku," ujar Idris.

Leonardo tidak menjawab.

"Lalu kau sendiri siapa? Apa posisimu sampai kau berani bersikap seenaknya kepada putri Victoria," ucap Leonardo.

"Aku? Kau menanyakan siapa aku?" nada bicara Idris dibuat-buat untuk meremehkan Leonardo.

"Hmmmm, aku kstaria pribadi putri Ariel."

"Apa kau sudah tau, jika Putri Ariel kakak dari putri Victoria mu itu?" ucap Idris sambil melirik Victoria yang berdiri dibelakang Leonardo.

Meskipun Leonardo baru tau sekarang, tapi ia tidak terkejut dan masih bisa bersikap tenang menghadapi Idris.

"Sudahlah Idris jangan membuat onar, ayo kita kembali," ucap Ariel membujuk Idris.

Ariel menarik sekuat tenaga pergelangan tangan Idris, menariknya agar pergi dari sana. Dan akhirnya Idris mau untuk pergi bersama Ariel meninggalkan Victoria dan Leonardo.

"Apa anda tidak apa-apa?" tanya Leonardo menanyakan keadaan Victoria.

"Aku tidak apa," jawab Victoria singkat.

Ekspresi wajah Victoria terlihat murung. Leonardo tau jika hati Victoria sedang tidak baik-baik saja.

"Anda tenang saja." Leonardo mengelus lembut kepala Victoria.

"Jika semua orang tidak memperhatikan anda, saya akan selalu memperhatikan anda," sambung Leonardo.

Victoria mendongak dan menatap wajah Leonardo. Ia tersenyum hangat kepada Victoria.

Sepertinya setelah bicara dengan Leonardo, Victoria sudah merasa lebih baik dari sebelumnya.

Victoria's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang