_o0o_
Happy Reading!...
Hening.
Beberapa menit lamanya Victoria menunggu jawaban dari bocah laki-laki tersebut. Tapi bocah laki-laki itu tak kunjung memberi Victoria jawaban.
"Hey! Apa kau bisu?" tanya Victoria dengan nada tinggi mulai tidak sabar.
Lagi bocah ini tidak menjawab, bahkan dia tidak bereaksi. Tatapannya kosong, dan satu, rambutnya berantakan serta baju ia kenakan kusut, compang-camping seperti gelandangan.
"L----a-----p-----ar..."
Victoria sebelumnya tidak paham, karena bocah itu berbicara dengan mengeja satu demi satu kata, dan lagi suaranya tidak terlalu jelas. Tapi sedetik kemudian dia sadar saat menata kedua tangan bocah tersebut yang meremas baju bagian perutnya.
"Kau lapar ya?" Bocah itu mengangguk lemah.
"Ayo ikut aku!" Victoria berniat membawa bocah tersebut ke istana. Ia ingin memberinya makan dan baju baru.
Victoria berhenti saat bocah laki-laki itu menahan diri, menolak untuk ikut dengannya.
"Eh, ada apa?" tanya Victoria heran.
"Ak---u..." Bocah tersebut berhenti bicara dan menggeleng pelan.
"Kenapa kau tidak mau ikut bersamaku? Di rumahku ada banyak makanan, kau juga bisa mandi dan memakai baju bagus, dan aku punya banyak mainan juga," ujar Victoria dengan lugu.
"Ak---u, tid-dak---bi--bisa."
"Kenapa?" Sebelah alis Victoria naik, bertanya-tanya apa alasan bocah laki-laki ini tidak mau ikut dengannya.
Tidak ada jawaban, yang Victoria dapatkan, bocah tersebut menggeleng dengan lemah lalu pergi masuk kedalam salah satu kamar.
Victoria mengikuti bocah tersebut masuk kedalam kamar. Kamarnya kotor tapi megah, layaknya kamar seorang bangsawan. Entah mengapa kastil kecil di taman istana ini tidak terawat. Dan lagi bagaimana bisa ada bocah di sini. Apa orang-orang istana tidak ada yang tau keberadaan bocah ini.
Bocah laki-laki itu duduk di lantai. Kepalanya mendongak menatap sesuatu yang menempel di dinding kamar.
"Hey! Apa yang sedang kau lakukan?" Victoria bertanya, ia heran dengan tingkah bocah itu.
Bocah laki-laki itu tidak menjawab, menoleh untuk sekedar menatap Victoria saja tidak. Matanya hanya fokus pada sesuatu di dinding itu. Pada akhirnya Victoria berjalan menghampiri bocah tersebut.
"Kenapa kau duduk di lantai, ini kotor. Cepat berdirilah!" Lagi-lagi perkataan Victoria tidak digubris.
Victoria mengikuti arah pandang bocah tersebut. Ternyata bocah itu menatap lukisan seorang wanita. Wanita bangsawan yang ada di lukisan depan tadi, yang sebelumnya Victoria lihat.
"Apa dia ibumu?" Victoria menebak.
Bocah laki-laki itu mengangguk pelan.
"Lalu dimana dia sekarang?" tanya Victoria lagi.
Seketika itu juga ekspresi wajah bocah tersebut berubah. Wajahnya jadi murung dan sedih.
"Ti-da-k-a-d-da."
Victoria langsung diam. Ia langsung mengerti apa yang dimaksud dengan tidak ada itu. Mungkin artinya ibunya itu sudah tiada.
Tapi satu hal yang membuat Victoria bingung. Jika wanita di lukisan itu adalah ibunya, maka bocah itu dan ibunya ada keluarga kerajaan. Lalu bocah ini juga pasti kerabat Victoria.
"Ini adalah dunia novel yang aku tulis. Aku sudah mengerti ending dari cerita novel ini, tapi aku tidak pernah tau jika Lucifer masih memiliki kerabat," batin Victoria.
....
"Putri bermain kemana saja tadi?" tanya Bella.
Wanita yang bekerja melayani Victoria dengan tulus itu tidak ada henti-hentinya bertanya kepada Victoria. Sekedar pertanyaan sepele saja.
"Aku bermain di taman Bella. Sekarang ada lagi yang ingin kau tanyakan padaku?" Victoria menatap Bella dengan datar.
Sedangkan Bella tersenyum. "Tidak putri."
"Bella."
"Iya putri?"
"Bisakah kau membawakan ku baju untuk laki-laki?"
Bella terkejut dan langsung heran. Untuk apa Victoria meminta baju laki-laki.
"Untuk apa Putri?" tanya Bella penasaran.
"Untuk kakak ku. Aku ingin memberinya hadiah." Tentu yang Victoria katakan adalah kebohongan.
Ia ingin merahasiakan tentang bocah yang berada di kastil kecil tidak terawat di taman belakang tadi.
"Wah, Putri sangat perhatian dengan pangeran Renfred ya?! Saya tidak percaya ini! Semoga hubungan kalian berdua sebagai adik dan kakak bisa terjalin erat," ujar Bella dengan bersemangat.
"Hahaha... iya." Victoria hanya bisa mengulas senyum.
Mendengar nama Renfred, rasanya ia ingin sekali melenyapkan bocah itu.
"Jika begitu saya akan segera menyiapkan baju yang terbaik putri!"
"Terserah kau saja Bella."
Victoria malas untuk menanggapi Bella yang mengira baju itu untuk Ranfred.
Sedangkan dari balik pintu kamar Victoria, sepasang telinga sedari tadi tengah menguping pembicaraan Victoria dan Bella. Entah apa alasan orang itu menguping pembicaraan Victoria dan Bella.
"Hadiah untukku?"
"Aku tidak salah dengar kan?"
Itu Renfred yang sedikit terkejut mendengar bahwa Victoria ingin memberikan dirinya hadiah.
Senyuman mengembang di wajah Renfred. Dia terlihat bahagia dan menanti-nanti hadiah dari Victoria itu.
Bahkan sampai Renfred di tempat latihan, ia tidak ada hentinya memikirkan tentang hadiah dari Victoria nanti.
"Ada apa pangeran? Pangeran terlihat bahagia sekali, apa ada sesuatu yang terjadi?"
Itu Juan, kstaria pribadi Renfred yang tengah menemani Renfred latihan pedang. Ia heran melihat Renfred ya g sedari tadi senyum-senyum sendiri seperti orang tidak waras.
"Tidak. Aku hanya tidak sabar menunggu hadiah," jawab Renfred.
"Hadiah?"
"Iya."
Sebelah alis Juan naik, ia bertanya-tanya hadiah apa yang dimaksud oleh Renfred itu.
"Maaf jika saya lancang, hadiah dari siapa yang sedang pangeran tunggu-tunggu?"
"Tentu saja dari adikku," jawab Renfred dengan bangga.
Tunggu, Juan jadi semakin tidak mengerti ini.
"Adik?"
"Iya."
"Maaf, adik mana yang anda maksud pangeran?" tanya Juan lagi. Karena Juan heran, ketujuh pangeran Gwenalyne tidak pernah akur.
"Tentu adik baru ku, Victoria."
"APA?!" Juan tidak salah dengar ini kan.
Setahu Juan, saat Renfred baru tiba di sini, ia tidak menyukai putri itu, begitu juga dengan Renfred. Tapi ini dalam sekejap semuanya berubah.
"Kenapa kau begitu terkejut Juan?" Renfred melirik Juan dengan tatapan tajam.
"Maaf pangeran, ini tidak biasanya. Saya kira hubungan anda dengan tuan putri tidak akur," ucap Juan sembari mengulas senyum canggung.
"Memang kenapa jika kami tidak akur hah?!" Renfred kini beralih menatap Juan dengan mata tajamnya. Sepertinya perkataan Juan telah menyinggung Renfred.
"Maaf pangeran maksud saya, saya hanya terkejut saja." Juan mencoba tersenyum, nyawanya sedang tidak aman sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Victoria's [END]
FantasyAria mengira bahwa dirinya bernasib menyedihkan seperti novel dan komik Isekai yang dia baca. Tapi setelah kematian, dan bereinkarnasi menjadi Victoria, dia tahu semuanya berhubungan dengan takdirnya sejak dahulu kala. Terlahir dalam setiap kehidupa...