16| ITCED - Victoria

11.6K 1.7K 47
                                    

Satu kata buat Idris

Jangan lupa say hi ke Renfred

Happy reading!

.......

"Ria!" pekik Renfred yang terlihat sangat bahagia dan tidak bisa menunggu lagi untuk segera memeluk Victoria.

Ria adalah nama panggilan khusus yang diberikan oleh Renfred, kepada Victoria.

Victoria membalas pelukan dari Renfred itu, ia tersenyum melihat tingkah Renfred.

"Apa perjalanan mu menyenangkan pangeran?" Itu Grizelle yang mulai angkat suara.

Baru saat itulah Renfred melepaskan pelukannya, dan beralih pada Grizelle.

Nada suara Grizelle yang lembut dan hangat, ia tersenyum menatap Renfred. Berdiri bersama Victoria menunggu kedatangan Renfred, ia layaknya ibu kandung bagi Renfred.

"Menyenangkan," jawab Renfred, menatap Grizelle sembari tersenyum.

"Bagaimana kabar anda?" lanjutnya, bertanya kepada Grizelle.

"Saya baik pangeran," jawab Grizelle.

....

Setelah kedatangan Renfred, istana menjadi ricuh. Para pelayan berbondong-bondong bergosip tentang Renfred. Setelah satu jam sampai di istana, Renfred beristirahat di kamarnya. Awalnya ia tidak mau pergi ke kamar yang sudah pelayan siapkan dan rapikan. Renfred hanya ingin bersama dengan Victoria. Tapi setelah Victoria memaksanya, barulah Renfred mau.

"Dimana sekarang Victoria?" tanyanya kepada pelayan. Padahal baru saja mereka bertemu.

"Yang mulia putri mungkin berada di kamarnya pangeran," jawab pelayan tersebut.

"Baiklah, aku akan pergi kesana."

Pelayan yang melayani Renfred hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Renfred. Ia terheran-heran dengan sikap Renfred yang tidak bisa jauh dari Victoria.

Di tempat lain, Victoria tengah berjalan di taman istana bersama Bella. Ia berencana untuk mengadakan pesta teh di sana, di mana dirinya akan memperkenalkan Renfred kepada Ariel.

"Apakah di sini menurutmu bagus Bella?" tanya Victoria, menatap sekeliling wilayah taman yang terhiasi dengan pepohonan. Memang tidak ada banyak bunga tumbuh di area itu.

"Menurut saya, di sini bagus putri. Putri tidak akan kepanasan karena sinar matahari, jika pesta tehnya di sini," jawab Bella jujur.

"Iya kau benar, aku memilih tempat ini bukan tanpa alasan. Udaranya juga bagus karena banyak pohon yang menghasilkan oksigen di sini," ujar Victoria.

"Oh ya Bella, bisakah aku meminta tolong padamu?"

"Iya putri?" Bella menatap Victoria menunggu perintah darinya.

"Tolong sampaikan kepada Renfred, bahwa dia harus datang kesini besok," ucap Victoria.

Bella mengangguk mengerti, dan segera menjalankan perintah Victoria. "Baik putri, saya akan segera pergi menemui pangeran."

Bella berjalan pergi meninggalkan Victoria sendirian di sana. Victoria duduk dibawah salah satu pohon menikmati udara segar. Entah datang dari mana, tanpa di undang Idris muncul tiba-tiba.

"Tolong anda menjauh dari putri Ariel," ucapnya tanpa basa-basi, menatap Victoria tajam.

Tatapan Idris yang tidak bersahabat itu selalu berhasil membuat Victoria emosi.

Victoria bangkit, dan berjalan mendekat kearah Idris.

"Apa masalahmu?" tanya Victoria dengan nada menekan.

Sedangkan Idris terdiam, ia hanya menatap Victoria.

"Aku tidak mengerti, apa yang membuatmu tidak menyukaiku? Kau seolah sangat membenciku karena aku telah berbuat sesuatu kepadamu, padahal aku baru mengenalmu Idris." Victoria menghela nafas, ia sudah muak dengan sikap Idris kepada dirinya.

"Saya tidak menyukai anda, dan tidak butuh alasan untuk membenci seseorang," jawab Idris dengan nada dingin.

"Idris..."

"Haruskah aku ingatkan kepadamu, aku adalah putri Gwenalyne, pewaris sah dari Gwenalyne. Aku bisa saja menyingkirkan mu dengan mudah, tapi tentu tidak ku lakukan."

Mendapatkan peringatan dari Victoria, justru tidak membuat Idris takut, ia malah semakin menjadi.

Idris tersenyum miring, ia terlihat meremehkan Victoria. "Benarkah?"

"Aku jadi takut mendengar perkataan mu itu," sambungnya sambil tersenyum lebih lebar.

"Suatu saat jangan sampai kau menyesal," ucap Victoria.

Sedangkan Idris masih tersenyum dan tidak peduli dengan ancaman Victoria.

"Hahahahaha."

Tiba-tiba saja Victoria tertawa terbahak-bahak, membuat Idris terkejut dengan perubahan sikap Victoria.

"Aku tau kau mencoba melindungi Ariel, itu berarti Ariel sangat penting bagimu. Tapi bagaimana jika Ariel tidak ada?" Victoria tersenyum smirk.

Kedua bola mata Idris membulat sempurna. Ia terkejut mendengar ucapan Victoria yang terdengar seperti ancaman, akan melukai Ariel.

"Takut?" Victoria mencondongkan tubuhnya, dan tersenyum pada Idris.

"Jangan takut Idris, aku tidak akan melakukan hal yang akan mengotori tanganku," lanjut Victoria.

"Yang kau lihat selama ini hanya sisi lemah dari gadis kecil Victoria, tapi kau tidak tau Victoria bukan hanya seorang gadis kecil."

Tentunya semua orang tidak tahu siapa Victoria. Tubuhnya memang seorang anak-anak, tapi jiwanya adalah jiwa orang dewasa, yang sudah memiliki banyak pengalaman dan juga pengetahuan.

"Baiklah, sampai jumpa," ucap Victoria melambaikan tangan pada Idris lalu berjalan pergi dari sana.

Idris berputar, dan cahaya muncul. Dalam kedipan mata, Idris anak kecil tadi berubah menjadi orang dewasa.

"Antara kau dan Ariel, hanya ada salah satu yang bisa hidup, dan tentunya itu Ariel," ucap Idris menatap punggung kecil Victoria.

Rahasia apa yang tengah Idris sembunyikan tidak ada yang tau, sekalipun itu Ariel.

"Kau penyihir."

Tiba-tiba terdengar suara seseorang. Idris panik, ia dalam mode orang dewasa. Pasti orang itu melihatnya.

"Siapa?!" Idris membalas dengan berteriak.

Seorang anak laki-laki keluar dari balik pohon. Ternyata anak laki-laki itu sedari tadi bersembunyi di balik pohon, mendengarkan semua percakapan antara Idris dan Victoria.

Dan anak laki-laki itu adalah Renfred.

"Siapa kau?!" Tentunya Idris tidak mengenal Renfred. Ia juga tidak melihat ada darah keturunan Gwenalyne mengalir pada diri Renfred.

Renfred tersenyum miring menatap Idris.

"Berani sekali kau bersikap tidak sopan kepada Victoria," ucap Renfred tanpa membalas pertanyaan Idris tadi.

Mendengar perkataan Renfred, Idris tersenyum. Ia jadi mengerti sesuatu.

"Ohh jadi kau pelayan setia putri itu," ujar Idris tidak tahu diri, laki-laki itu masih dengan percaya dirinya tersenyum meremehkan dihadapan Renfred.

"Haruskah aku melenyapkan mu?" Kedua tangan Renfred sudah mengepal, kepalan tangannya itu mengeluarkan kilatan cahaya seperti petir.

Melihat sihir pada diri Renfred, membuat Idris jadi berpikir panjang. Ia bisa melihat mana yang begitu besar dalam diri Renfred. Dalam kondisinya sekarang, Idris masih tidak bisa mengatasi mana sebanyak itu.

Victoria's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang