Beberapa hari telah berlalu semenjak tidak adanya Idris kehidupan Victoria berjalan lancar tidak ada masalah, gangguan dan lainnya. Victoria menjalani kehidupan tuan putrinya dengan tentram dan bahagia. Tapi ketenangan yang ia rasakan itu hanya sesaat, sebelum berita tentang kakak angkatnya akan datang.
Lucifer memberikan perintah kepada semua pangeran yang tengah menempuh pendidikan di academy, untuk segera kembali ke istana. Kecuali Renfred, ia telah lebih dulu kembali ke istana. Kelima kakak angkat yang tidak pernah Victoria temui, bahkan bicara sekalipun. Entah untuk tujuan apa Lucifer mengumpulkan anak-anaknya saat ini.
Victoria hanya bisa diam, tidak ingin membuat suara sekecil apapun. Ruang makan yang harusnya tidak memberi dampak apapun pada dirinya, sekarang terasa tidak nyaman. Ia duduk disebelah Renfred, berhadap-hadapan langsung dengan keenam kakaknya termasuk Ariel. Jika Victoria ingat-ingat, semenjak kepergian Idris Ariel menjadi sedikit pendiam, ia hampir tidak pernah tersenyum atau mengajak Victoria bicara seperti sebelumnya.
Setelah acara keluarga yang harmonis ini, Victoria berniat akan berbicara dengan Ariel lalu meminta maaf kepadanya.
Di hadapan Victoria duduk berjejer kelima pangeran tampan Gwenalyne. Mereka tanpa ekspresi menatap Victoria bersamaan. Entah mereka tidak menyukai Victoria atau tidak karena tahta.
Keheningan yang sangat lama itu pecah setelah Lucifer membuka suara.
"Aku memanggil kalian untuk kembali ke istana itu bukan tanpa alasan."
Semua pangeran dan yang ada di sana menatap Lucifer, dah mendengarkan dengan seksama.
"Aku menginginkan kalian semua untuk lebih baik menjalani pendidikan di academy istana, Bukan diluar istana," ujar Lucifer.
Terlihat dari wajah semua pangeran, mereka terkejut dengan keputusan Lucifer.
"Karena persaingan untuk tahta Gwenalyne akan segera terlaksana. Aku akan mencari siapa pewaris sah."
Victoria ikut terkejut sekarang ini. Yang benar saja, dahulu Lucifer pernah mengatakan bahwa Victoria lah pewaris sah Gwenalyne. Tapi mengapa persaingan gila akan terjadi seperti dalam novel. Padahal alur cerita seharusnya tidak sama lagi seperti di novel.
"Maaf ayah, Victoria menyela." Victoria memotong perkataan Lucifer.
"Ria!" Renfred langsung terlihat panik, ia berbisik dan menyenggol sikut Victoria. Sedangkan Victoria hanya menoleh sesaat padanya.
"Apakah ayah akan mengadakan semacam pertandingan?" tanya Victoria.
Mendengar pertanyaan dari Victoria, Lucifer tersenyum smirk. Senyumannya itu membuat Victoria bertanya-tanya sekaligus frustasi. Ia takut jika pertandingan itu akan mengorbankan nyawa, dan para saudara ini akan saling membunuh.
"Tentu saja." Jawaban dari Lucifer langsung membuat Victoria terkejut bukan main. Ekspresi wajahnya yang terlihat sangat jelas, membuat Lucifer mengerti apa yang tengah Victoria pikirkan.
"Aku tidak akan mengatakan seperti apa pertandingan itu," ucap Lucifer.
"Tapi..."
"Pertandingan akan aku awasi sendiri, siapapun yang bertindak curang atau bermain kotor, tidak akan ku maafkan." Suasana langsung terasa menyeramkan. Perkataan Lucifer terdengar seperti sebuah peringatan, dan tentunya Lucifer tidak pernah berbohong dengan perkataan nya sendiri.
....
Setelah pertemuan itu, Victoria kini dibikin pusing dengan pertandingan yang dimaksud oleh Lucifer. Entah bagaimana caranya Victoria harus menghentikannya.
"Ada apa?" pertanyaan dari Renfred langsung membuyarkan lamunan Victoria.
"Hah?!" Victoria refleks menoleh dan menatap Renfred terkejut.
"Apa kau sedang memikirkan pertandingan itu?" tanya Renfred.
Cukup lama Victoria menjawab. "Ah tidak, bukan itu."
"Jangan berbohong Ria, meskipun aku bukan kakak kandung mu, tapi aku sudah lama bersamamu. Aku bisa memahami dirimu tanpa kau katakan sekalipun," ujar Renfred. Perkataan Renfred itu kini membuat Victoria menjadi terharu. Sosok Renfred terlihat sangat dewasa meskipun terkadang ia kekanak-kanakan dan menyebalkan.
"Hahaha, aku adalah pembohong yang buruk." Victoria tertawa.
Renfred tidak mengatakan apapun, ia diam seribu bahasa sembari menatap Victoria. Diam nya Renfred membuat Victoria bingung.
Tiba-tiba saja tangan Renfred terangkat, ia menyentuh kepala Victoria dang mengelusnya lembut.
"Aku akan selalu melindungi mu. Aku adalah kakak yang terbaik di Gwenalyne. Dan kau jangan khawatir, semua akan berjalan dengan baik," ujar Renfred. Perkataan Renfred itu sungguh menyentuh hati kecil Victoria. Seumur hidupnya ia tidak pernah diperlakukan sebaik ini oleh seseorang, setelah bereinkarnasi ia akhirnya bisa merasakan hal itu. Memiliki seorang kakak yang melebihi seorang kakak kandung sekalipun.
"Aku tau kau sendiri tidak terlalu menginginkan tahta, tapi bagaimanapun juga kau yang berhak akan hal itu 'adikku'." Kata 'adikku' itu membuat Victoria speechless. Jarang sekali Renfred memanggilnya seperti itu.
Sedangkan tidak ada jawaban dari Victoria. Ia malah tersenyum lebar kepada Renfred. Begitu juga dengan Renfred.
Renfred dan Victoria tidak menyadari jika ada 4 pasang mata tengah menatap mereka diam-diam, dari sudut yang berbeda-beda.
"Victoria De Charna Gwenalyne."
....
"Putri Ariel!" panggil Victoria. Ariel tengah berjalan menuju kamarnya. Dan lalu Victoria datang menghampirinya.
Ariel berbalik dan menatap Victoria tanpa ekspresi. Bahkan ia tidak mengatakan sepatah kata apapun kepada Victoria. Victoria berusaha tersenyum kepada Ariel.
"Aku ingin meminta maaf pada mu," ucap Victoria.
Sebelah alis Ariel naik, ia heran dan bertanya-tanya untuk apa permintaan maaf dari Victoria itu.
"Maaf yang mulia, untuk apa anda meminta maaf pada saya. Anda tidak melakukan hal yang salah pada saya," jawab Ariel.
'tidak melakukan hal yang salah' jawaban dari Ariel itu seolah-olah menyalahkan Victoria, dan secara tidak langsung Ariel telah mengungkapkan isi hatinya yang marah kepada Victoria.
"Aku meminta maaf padamu karena telah melakukan sesuatu kepada Idris," ujar Victoria.
"Untuk itu anda tidak perlu meminta maaf, saya tau jika Idris sangat keterlaluan. Jadi jangan merasa bersalah yang mulia." Bisa Victoria rasakan bahwa Ariel tengah memendam amarah kepada Victoria.
"Maaf yang mulia putri, saya harus segera pergi mandi."
"Ah iya pergilah maaf telah menunda mandi mu." Victoria berusaha tersenyum kepada Ariel.
Dan Ariel masuk kedalam kamarnya. Pintu kamar tertutup rapat, dan meninggalkan Victoria sendiri di luarnya.
Victoria berbalik berjalan pergi dari sana, dengan membawa banyak sekali hal yang ia pikirkan.
Dug!
Victoria berhenti dan memegangi dahinya setelah tidak sadar menabrak sesuatu.
"Ish! Sakit!" Victoria bergumam sembari memegangi dahinya.
"Tuan putri Victoria De Charna Gwenalyne." Victoria spontan mendongak dan menatap orang yang tidak sengaja ia tabrak itu.
Philip De Seymour Gwenalyne, Pangeran pertama dan yang tertua. Kandidat paling kuat setelah Victoria sendiri. Laki-laki itu tersenyum tipis pada Victoria.
"Ternyata anda masih sama, masih sangat kecil seperti dulu," ucap Philip.
Ternyata Philip dulu memperhatikan Victoria juga. Waktu Victoria masih berumur 3 tahun jika tidak salah. Philip pernah kembali ke istana, sebelum Victoria dan Renfred sangat akrab seperti sekarang ini. Dulu Victoria menganggap Philip adalah sosok yang cuek dan dingin. Ia dulu terlihat seperti tidak peduli pada Victoria ataupun Renfred. Ia adalah sosok orang yang ambisius dalam hal belajar, mungkin bisa dibilang kutu buku.
Dalam cerita novel yang Victoria tulis di kehidupan sebelumnya, Victoria membuat karakter Philip jadi sangat obsesi terhadap tahta, maka dari itu ia sangat giat belajar dan terus belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Victoria's [END]
FantasiAria mengira bahwa dirinya bernasib menyedihkan seperti novel dan komik Isekai yang dia baca. Tapi setelah kematian, dan bereinkarnasi menjadi Victoria, dia tahu semuanya berhubungan dengan takdirnya sejak dahulu kala. Terlahir dalam setiap kehidupa...